Studi: Ada Sekelompok Sel Saraf Otak yang Hanya Respons Suara Nyanyian

Studi: Ada Sekelompok Sel Saraf Otak yang Hanya Respons Suara Nyanyian

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 02 Jan 2023 11:00 WIB
Vector illustration of the brain parts and their functions.
Foto: Getty Images/calvindexter
Jakarta -

Ilmuwan menemukan ada sekelompok sel saraf (neuron) di otak yang hanya merespons suara nyanyian atau musik yang mengandung suara nyanyian. Sekelompok neuron itu tak merespons ketika disetelkan jenis musik lain seperti musik instrumental.

Asisten Profesor Ilmu Saraf dan Biostatistik dan Biologi Komputasi Samuel Norman-Haignere, PhD, dari Universitas Rochester adalah penulis pertama makalah di Current Biology yang merinci temuan ini.

"Hasil studi ini memberikan bukti pemisahan fungsi yang relatif halus di dalam korteks pendengaran (area otak yang diperlukan untuk persepsi suara secara sadar, red), dengan cara yang sejalan dengan perbedaan intuitif dalam musik," kata Norman-Haignere dalam laman University of Rochester, seperti dikutip detikEdu, Sabtu (31//2/2022).

Area otak khusus yang merespons musik dengan suara nyanyian ini terletak di lobus temporal, dekat daerah otak yang selektif untuk berbicara dan musik. Peneliti bekerja dengan 15 pasien epilepsi yang memiliki elektroda yang ditanamkan di otak mereka (elektrokortikografi atau ECoG) untuk melokalisasi aktivitas terkait kejang sebagai bagian dari perawatan klinis mereka. ECoG memungkinkan pengukuran aktivitas listrik yang lebih tepat di otak.

Dari Psyschology Today dilansir 28 Desember 2022 lalu,disebutkan 15 pasien epilepsi dengan ECoG itu diberikan 165 suara berbeda dari permukaan lobus temporal. Lobus temporal adalah tempat ditemukannya sekelompok saraf yang aktif terhadap suara sederhana dan musik. Kesimpulannya ditemukan sekelompok saraf memang lebih merespons nyanyian dan musik vokal dibanding musik instrumental atau suara lainnya.

"Ketepatan yang lebih tinggi ini memungkinkan untuk menentukan dengan tepat subpopulasi neuron yang merespons lagu. Temuan ini bersama dengan temuan sebelumnya dari kelompok kami memberikan pandangan sekilas tentang organisasi korteks pendengaran manusia dan menunjukkan bahwa ada populasi saraf berbeda yang secara selektif merespons kategori tertentu, termasuk ucapan, musik, dan nyanyian," tuturnya.

Sementara Sophie Scott, Profesor Ilmu Saraf Kognitif dari University College London mengungkapkan bernyanyi adalah satu-satunya musik yang dimiliki hampir setiap manusia bahkan sejak lahir. Otak juga memiliki sistem untuk mengontrol suara yang dikeluarkan saat berbicara biasa dan bernyanyi.

"Kami tahu bahwa ada beberapa perbedaan signifikan antara sistem otak yang mengontrol cara kita berbicara dan sistem yang mengontrol cara kita bernyanyi, jadi sangat menarik bahwa beberapa perbedaan ini juga terlihat saat kita mendengarkan lagu manusia," tutur Sophie menanggapi temuan tim Samuel Norman-Haignere.

Koneksi Antar Saraf di Otak

Beberapa ahli saraf akhirnya berfokus menemukan koneksi antara bagian saraf yang merespons suara musik dengan bagian saraf yang menghasilkan kesenangan.

Penelitian tentang hal itu dilakukan oleh tim peneliti MIT-Harvard, Sachs dkk (2016). Mereka menyusun skala untuk mengidentifikasi orang-orang yang memiliki respons kuat kala mendengarkan musik favorit. Respons yang didapat seperti rasa kagum, merinding dan tidak bisa berkata-kata dengan musik.

Lantaran hal itu timbullah pertanyaan mungkinkah ada beberapa saraf berbeda yang aktif sehingga respon tersebut terjadi? Para peneliti akhirnya berfokus pada wilayah otak korteks prefrontal dan nukleus akumbens.

Kedua bagian itu adalah saraf yang biasa merespon berbagai hal menyenangkan yang terjadi pada tubuh karena komunikasi sosial yang positif. Agar mempermudahnya, para peneliti menggambarkan koneksi musik dan kesenangan sebagai konektivitas.

Dengan menggunakan metode Diffraction Tensor Imaging (DTI) ditemukan bahwa adanya hubungan yang lebih baik di serabut saraf antara daerah lobus temporal bagi mereka yang menggemari musik. Hal tersebut juga membuktikan bila musik dapat mempengaruhi kesenangan.

Musik memang mempengaruhi berbagai hal baik emosi, kecerdasan hingga masalah psikologi manusia. Kini musik bahkan telah berkembang sebagai cara dalam meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur emosi bagi diri sendiri.



Simak Video "Dialami Indra Bekti, Simak Pengertian dan Gejala Perdarahan Otak"
[Gambas:Video 20detik]
(nwk/nwk)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia