Selama 30 tahun, gunung diperkirakan menjulang tinggi karena adanya erosi di lereng dari waktu ke waktu. Namun, peneliti belakangan mendapati bahwa hubungan antara tingginya gunung dengan erosi tidak selalu terjadi.
Peneliti geologi George Hilley menjelaskan, pegunungan umumnya terbentuk saat tekanan di bawah permukaan bumi mendorongnya ke atas.
Namun ia menegaskan, ada sejumlah faktor yang memengaruhi ketinggian akhir gunung. Salah satunya yaitu area erosi di antara pegunungan, yang dikenal sebagai kanal atau sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengaruh Kanal pada Gunung
Penelitian tim Hilley yang dipublikasi di Nature Geoscience ini didukung oleh National Science Foundation (NSF) dan Fondo Nacional de Desarrollo CientΓfico y TecnolΓ³gico (Dana Nasional untuk Pengembangan Ilmiah dan Teknologi, Chili).
Tim penelitiannya mendapati, jika pegunungan mencapai ketinggian tertentu, kanal di antara pegunungan akan menjadi sangat sensitif terhadap perubahan kecil pada kemiringannya. Akibatnya, kanal ini membatasi ketinggian pegunungan di atasnya.
Berdasarkan data dari ratusan pegunungan di seluruh dunia, termasuk dari pegunungan daerah tropis di Venezuela, Brasil, Guatemala, Kosta Rika, dan Taiwan, ada pola bahwa ketinggian atau relief dari bentang alam akan berhenti setelah ambang batas tertentu. Batasan ini dipengaruhi oleh kecuraman kanal.
"Orang-orang sudah lama berpendapat jika sebuah kanal semakin curam, makan tingkat erosi makin tinggi," kata dosen Ilmu Geologi di Fakultas Ilmu Bumi, Energi, dan Lingkungan di Stanford University tersebut, dikutip dari laman kampus, Jumat (17/3/2023).
"Area tanah di atas kanal kemungkinan dikendalikan oleh seberapa cepat sungai berhenti mengalir. Begitulah cara kerja yang kita pahami tentang bagaimana ketinggian gunung berbeda-beda, karena iklim dan benturan benua. Anomali yang kami teliti adalah semacam misteri dan belum tentu seperti yang diprediksi oleh teori konvensional (bahwa gunung menjulang karena erosi semata)," imbuhnya.
Hilley mencontohkan, Pegunungan Himalaya bisa berdiri tinggi menjulang dalam waktu cukup cepat dengan bebatuan keras di badannya karena hampir mencapai nilai ambang batas ketinggiannya.
"Nilai ambang ini bisa kita dapatkan hanya dengan konfigurasi modern wilayahnya, yang juga bisa memperlihatkan beberapa ambang batas rupa topografi Himalaya zaman kuno," imbuhnya.
Menurut Hilley, kendati hasil penelitiannya mengejutkan, fakta temuannya tetap konsisten dengan data global.
"Kalau dipikir-pikir, temuan ini masuk akal jika dilihat dari konteks keseluruhan seperti apa planet kita sebenarnya," tuturnya.
"Ini juga menunjukkan fakta bahwa mungkin ada sesuatu tentang cara sungai menoreh permukaan Bumi yang belum kita pahami," kata dia.
(twu/nwy)