Otak Tidak Merasakan Sakit, Mengapa Pusing Bisa Sangat Terasa?

ADVERTISEMENT

Otak Tidak Merasakan Sakit, Mengapa Pusing Bisa Sangat Terasa?

Martha Grattia - detikEdu
Rabu, 15 Mar 2023 16:30 WIB
ilustrasi sakit kepala sebelah kiri, atau migrain
Foto: iStockphoto/Pornpak Khunatorn/ilustrasi sakit kepala
Jakarta -

Kita sering merasa sakit pada kepala atau pusing, mulai dari yang ringan hingga sakit kepala berat yang berhari-hari. Tapi tahukah kamu bahwa otak dapat merasakan rasa sakit diseluruh tubuh tetapi tidak memiliki reseptor rasa sakitnya sendiri. Lalu mengapa sakit kepala begitu terasa?

Mengutip dari laman Live Science, sakit kepala dapat disebabkan oleh beberapa kondisi medis yang mendasari, seperti sinus yang membengkak, gula darah rendah, atau cedera kepala.

Namun secara garis besar, sebagian besar sakit kepala dipicu karena rasa sakit yang dirujuk yang mana rasa sakit di tempat berbeda dari tempat sebenarnya terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang ahli saraf dan spesialis sakit kepala di Vanderbilt Health di Tennessee bernama Dr. Charles Clarke ini berkata bahwa ini sama halnya dengan sakit punggung yang menyebabkan linu di panggul dan sakit di kaki.

Pada saat sakit kepala, terdapat beberapa masalah tubuh seperti rahang, bahu, dan leher yang akhirnya menyebabkan nyeri otot dan saraf di sekitar otak.

ADVERTISEMENT

Clarke mengambil sakit kepala tegang sebagai contohnya yang menurut World Health Organization (WHO) yang menjadi jenis sakit kepala berulang yang paling umum. Sakit kepala tegang ini kerap terjadi sebagai nyeri pada otot di bagian atas kepala atau dahi.

Sakit Kepala Disebabkan Oleh Otot Saraf

Menurut National Institute of Health (NIH), rasa sakit tersebut disebabkan oleh otot-otot yang menegang di wajah, leher, dan kulit kepala dan dapat dikaitkan dengan stres.

"Akan tetapi sakit kepala dan pengetatan otot tengkorak bisa menjadi sekunder akibat respons stres lainnya, seperti bahu yang kaku atau rahang yang terkatup," kata Clarke.

Menurut NIH, pembesaran pembuluh darah, stres, dan ketegangan otot dapat memicu saraf perasa nyeri di otot dan pembuluh darah di sekitar kepala, leher, dan wajah. Dan setelah diaktifkan, saraf ini mengirim pesan ke otak dengan seolah-olah rasa sakit itu berasal dari jaringan otak.

Salah satu jenis sakit kepala lainnya adalah migrain, meskipun secara teknis sakit kepala hanya salah satu gejala dari gangguan saraf.

Sakit kepala migrain dapat dirasakan dalam berbagai cara dan tempat seperti nyeri yang dalam, nyeri permukaan, bagian belakang, kiri, atau kanan kepala hingga belakang mata. Menurut Clarke yang membedakan hanya tingkat keparahannya.

Tapi tahukah kamu, nyeri migrain bisa berlangsung lebih intensif daripada sakit kepala lainnya dan bisa bertahan lebih lama.

Hal ini seringkali bersifat genetik dan menyebabkan gejala lain seperti mual. Salah satu teori menyatakan bahwa rasa sakit itu terkait dengan saraf trigeminal, saraf sensorik untuk kepala dan wajah, dan lapisan pelindung otak tempat pembuluh darah mengembang dan berkontraksi.

Salah satunya penjelasan untuk migrain adalah dipicunya reaksi peradangan karena listrik di otak merangsang jalur saraf trigeminal.

Peradangan pun menyebar melalui pembuluh darah dural dan serabut saraf trigeminal mengirim sinyal kembali ke batang otak. Peradangan ini kemudian menyebar ke meninges yang peka dengan rasa sakit atau jaringan pelindung di sekitar otak dan memicu sakit kepala.

Sakit Migrain Dapat Diatasi

Menurut Clarke, ini dapat disebut dengan "api yang menyala di luar kendali" karena rangkaian pembuluh darah yang meradang dan saraf yang teriritasi. Inilah yang menyebabkan rasa sakit migrain meningkat dan mengapa banyak perawatan migrain bekerja lebih baik jika digunakan lebih awal.

Clarke mengatakan bahwa saat ini hubungan antara rasa sakit di sekitar tubuh dan sakit kepala sudah mapan, mekanisme dari penyebab sakit kepala masih belum sepenuhnya dipahami.

Namun, Clarke juga memberi saran untuk mengatasi sakit kepala ini dengan perubahan gaya hidup seperti berlatih yoga, melatih otot atau olahraga yang cukup, obat seperti ibuprofen atau aspirin untuk gangguan sakit kepala yang lebih parah dapat mengurangi keparahan dan frekuensi sakit kepala.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads