Saat ini detikers pasti sering kali mendengar tentang resesi. Apa sih arti resesi itu?
Isu terkait resesi merupakan sebuah isu yang sedang hangat diperbincangkan. Prediksi akan terjadinya resesi membuat kepanikan dalam masyarakat.
Isu resesi yang merupakan penurunan ekonomi tentu menjadi ketakutan tersendiri bagi kalangan masyarakat. Meskipun resesi dikabarkan akan terjadi secara global tetapi masyarakat tetap mengkhawatirkan kestabilan ekonominya jika terjadi resesi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kalian sudah mengetahui belum apa itu resesi, dampaknya dan bagaimana cara menghadapinya? Yuk, simak informasi berikut ini yang mengutip dari Britannica, TIME, dan buku Peningkatan Ekonomi Masyarakat Menuju Era Society 5.0 di Tengah Pandemi COVID-19 yang ditulis A Mundzir dkk.
Pengertian Resesi
Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi riil tumbuh negatif atau dengan kata lain terjadi penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun berjalan.
Singkatnya resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami:
1. PDB negatif
2. Meningkatkan tingkat pengangguran
3. Penurunan penjualan ritel
4. Ukuran pendapatan menurun
5. Manufaktur yang berkontraksi untuk periode waktu yang panjang
Secara ekonomi, resesi diketahui sebagai tren penurunan dalam siklus bisnis yang ditandai dengan penurunan produksi dan lapangan kerja yang menyebabkan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga menurun. Resesi juga ditandai oleh perlambatan ekonomi yang ekstrem.
Resesi dapat disebabkan oleh laju ekonomi yang lambat. Akibat dari COVID-19 beberapa negara di dunia mengalami peningkatan inflasi. Inflasi yang terjadi menyebabkan kenaikan suku bunga yang dapat memperlambat laju ekonomi dan menyebabkan resesi.
Terjadinya resesi yang parah dan berkepanjangan ternyata dapat menyebabkan depresi dalam ekonomi. Namun, penyebab terjadinya depresi bergantung pada jumlah dan kualitas kredit yang diberikan pada periode kemakmuran sebelumnya, jumlah spekulasi yang diizinkan, kemampuan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal untuk membalikkan tren penurunan dan jumlah kelebihan kapasitas produktif yang ada.
Dampak dari Resesi
Resesi tentunya dapat memberikan dampak secara langsung. Penurunan laju ekonomi dapat berdampak kepada stabilitas keuangan perusahaan. Dampak yang diberikan resesi kepada perusahaan tentu akan memberikan dampak secara langsung terhadap perusahaan hingga karyawannya.
Akibat dari resesi para karyawan terancam untuk kehilangan pekerjaannya atau tidak mendapatkan bonus, pengurangan kompensasi, dll. Hal ini menjadi akibat dari sedikitnya uang dalam perekonomian yang menyebabkan permintaan akan barang berkurang.
Jika terjadi resesi masyarakat juga cenderung akan berpikir dua kali pada saat membelanjakan uang mereka di luar kebutuhan pokok. Sayangnya, hal tersebut justru akan semakin memperlambat laju ekonomi karena perputaran uang juga menjadi sedikit.
Resesi yang terjadi secara terus menerus dapat juga menyebabkan peningkatan angka pengangguran secara drastis. Perusahaan tentunya akan memperlambat pengeluaran, perekrutan dan meningkatkan keuntungan dengan menaikkan biaya meminjam uang.
Cara Menghadapi Resesi
1. Sediakan dana darurat 3-6 bulan ke depan
Managing director-senior wealth advisor Concenture Wealth Management yang berbasis di Houston, Robert Gilliland mengatakan penting untuk menanyakan kepada diri sendiri terkait dengan pengadaan dana darurat ini.
"Tanyakan pada diri sendiri: Di mana saya dapat mengurangi arus keluar bulanan?" saran Gilliland.
Gilliland menambahkan bahkan memotong pengeluaran kecil, seperti berlangganan layanan streaming, adalah cara mudah untuk menghemat uang tambahan yang sangat penting untuk membangun dana darurat.
Gilliland menyarankan dana darurat yang dimiliki cukup untuk 3-6 bulan.
"Anda mungkin ingin mengisi akun ini dengan uang ekstra sekarang untuk memperhitungkan biaya hidup yang lebih tinggi sebagai akibat dari inflasi dan potensi kehilangan pekerjaan selama resesi," kata Gilliland.
2. Prioritaskan pelunasan utang berbunga tinggi
Menopang keuangan juga berarti menangani utang.
"Hal pertama yang saya ingin orang lakukan adalah membayar hutang, seperti hutang kartu kredit," demikian saran Marguerita Cheng, seorang perencana keuangan bersertifikat dan pendiri dan CEO Blue Ocean Global Wealth di Gaithersburg, Maryland.
Pastikan untuk memeriksa tingkat bunga yang dikenakan oleh pemberi pinjaman dan milikilah strategi untuk melunasi hutang, meskipun itu membutuhkan waktu.
Memulai proses itu sekarang akan membantu detikers membangun cadangan kas yang akan membebaskan detikers untuk melakukan hal-hal lain, seperti berinvestasi di pasar keuangan.
3. Memperbarui resume
PHK dan langkah-langkah pemotongan biaya sudah mulai melanda sektor teknologi dan media, yang bisa menjadi pertanda buruk bagi industri lain. Lonjakan pengangguran terjadi selama resesi, tidak ada salahnya untuk melakukan antisipasi.
"Pastikan resumu tajam dan diperbarui," saran Gilliland.
"Jika kamu tidak memiliki jaminan pekerjaan, pastikan kamu memiliki Rencana B untuk pekerjaan itu," imbuhnya.
Jika detikers memiliki uang ekstra, manfaatkan peluang pengembangan profesional melalui perusahaan atau melalui program pendidikan berkelanjutan atau sertifikasi
"Jadikan diri Anda lebih berharga bagi atasan Anda dan tingkatkan keterampilan Anda," saran Cheng.
4. Kreatif dalam menabung dan mencari pemasukan
Pikirkan secara kreatif tentang cara lain untuk menghemat lebih banyak uang. Misalnya, mengevaluasi opsi asuransi untuk memastikan memiliki opsi terbaik untuk keadaan pribadimu, bisa menghemat jutaan rupiah setiap tahun.
Pertimbangkan cara lain untuk menghasilkan lebih banyak uang-baik itu meminta kenaikan gaji atau menambah aliran pendapatan lain melalui usaha sampingan.
Sekarang adalah saat yang tepat untuk mengevaluasi seluruh gambaran keuanganu, menjelang resesi, sehingga kamu tidak terkejut.
"Hal-hal ini tidak berlangsung selamanya, jadi memastikan kamu siap sangatlah penting," kata Gilliland.
"Jadilah proaktif," tambah Cheng.
5. Hati hati, jangan gegabah berinvestasi
Pasar saham biasanya merosot sebelum resesi dimulai dan rebound sebelum ekonomi membaik, jadi menuju resesi bisa menjadi saat yang tepat untuk membeli saham saat harga lebih rendah.
"Evaluasi kembali strategi investasi untuk memastikannya masuk akal untuk situasi kehidupanmu" saran Gilliland.
"Dan daripada hanya membuang uang ke pasar saham, pikirkan tujuanmu untuk berinvestasi," imbuh Cheng.
Pasar kemungkinan akan tetap bergejolak karena investor profesional menilai peluang resesi dan mungkin perlu beberapa saat agar harga saham bangkit kembali dari aksi jual pasar lebih dari 17% tahun ini.
Itulah mengapa penting untuk berinvestasi dengan uang dingin alias uang yang tidak detikers perlukan dalam beberapa tahun ke depan.
"Ini bisa menjadi peluang yang sangat menarik untuk membangun kekayaan untuk tujuan jangka panjang seperti pensiun atau kuliah," kata Cheng.
Nah, langkah apa yang sudah detikers lakukan untuk mengantisipasi resesi?
(nwk/nwk)