Jika kita membahas asal usul manusia tentunya kita akan banyak membahas terkait manusia purba. Penelitian terkait spesies manusia purba dan asalnya terus dilakukan oleh para arkeolog untuk mempelajari sejarah kehidupan manusia.
Bukti-bukti tanda kehidupan oleh manusia purba terus ditelusuri oleh arkeolog. Namun, kalian tahu ga sih bahwa para arkeolog tersebut menemukan tanda kehidupan dari manusia purba di Pulau Flores?
Yuk, simak informasi berikut yang mengutip dari IFL Science.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Spesies Manusia Purba di Flores
Pada tahun 2003, para arkeolog mencari bukti dari migrasi manusia modern dari Asia ke Australia.
Kemudian para arkeolog menemukan kerangka kecil yang cukup lengkap dari spesies manusia yang telah punah yaitu Homo floresiensis atau yang dikenal sebagai 'si Hobbit' di Pulau Flores, Indonesia.
Spesies ini masih tergolong baru yang memiliki umur penemuan sekitar 12.000 tahun. Namun, seorang pensiunan profesor antropologi dari Universitas Alberta mengatakan bahwa terdapat bukti bahwa keberlangsungan hidup spesies Hobbit telah diabaikan.
Penelitian terhadap Hobbit ini membawa profesor tersebut kepada kemungkinan manusia purba spesies ini masih hidup hingga saat ini.
Kemungkinan lain yang dilayangkan oleh profesor tersebut adalah bahwa Hobbit masih hidup dalam ingatan manusia saat ini jika ternyata spesies Hobbit sudah musnah.
Penemuan Manusia Kera di Flores
Melalui buku Between Ape and Human, Gregory Forth mengemukakan pendapatnya bahwa ahli paleontologi dan para ilmuwan telah mengabaikan pengetahuan pribumi terkait penampakan manusia kera yang hidup di hutan Flores.
Penampakan tersebut diketahui disaksikan oleh lebih dari 30 pasang mata yang setiap saksinya sudah ia wawancara secara langsung.
Penjelasan ilmiah terhadap penampakan tersebut adalah bahwa manusia purba Hobbit masih hidup hingga saat ini dan bertahan di Flores.
Ia juga menuliskan bahwa zoologi rakyat lokal oleh suku Lio yang mendiami pulau tersebut bercerita tentang penampakan manusia yang berubah menjadi hewan pada saat mereka bergerak dan beradaptasi pada lingkungan baru.
Namun, suku Lio mengidentifikasi makhluk ini sebagai seekor hewan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memiliki bahasa yang kompleks ataupun teknologi seperti yang dimiliki oleh manusia. Serta perbedaan lain yang dimiliki oleh makhluk tersebut.
Kendati demikian makhluk tersebut tetap memiliki kesamaan dengan manusia. Kesamaan yang nampak adalah makhluk tersebut dapat berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki serta merupakan makhluk yang relatif berbulu.
Penemuan kesamaan tersebut menambah kebingungan suku Lio akan eksistensi dari makhluk tersebut.
Sayangnya, laporan akan hewan yang dicurigai merupakan spesies Homo floresiensis kerap diabaikan oleh beberapa ilmuwan.
Meskipun demikian beberapa saksi pernah berkesempatan untuk mengamati makhluk tersebut secara lebih dekat karena makhluk tersebut ditemukan sudah tewas.
Saat ini, pengetahuan yang dimiliki ilmuwan terkait manusia purba spesies ini adalah bahwa mereka masih hidup sekitar 50.000 tahun yang lalu.
Tetapi Forth terus mendesak agar pengetahuan yang dimiliki oleh para pribumi dimasukan ke dalam penelitian lebih lanjut terkait makhluk ini. Sebagai penjelasan akan penampakan-penampakan yang dilihat oleh suku Lio.
Bukti-bukti lain yang ditemukan juga menambah kecurigaan bahwa spesies Homo floresiensis masih hidup hingga sekitar 100 tahun yang lalu. Suku Lio sendiri mempercayai penampakan akan makhluk yang mereka lihat.
(faz/faz)