Studi: Hominin di Etiopia Sudah Punya Bengkel Perkakas Sejak 1,2 Juta Tahun Lalu

ADVERTISEMENT

Studi: Hominin di Etiopia Sudah Punya Bengkel Perkakas Sejak 1,2 Juta Tahun Lalu

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 08 Feb 2023 18:30 WIB
Hominin di Etiopia Sudah Punya Bengkel Perkakas Sejak 1,2 Juta Tahun Lalu
Foto: M. Mussi dkk via Live Science
Jakarta -

Sebuah studi baru menemukan, lebih dari 1,2 juta tahun lalu sekelompok kerabat manusia yang tidak dikenal telah membuat kapak tajam dari kaca vulkanik di sebuah bengkel perkakas batu. Bengkel tersebut diperkirakan berada di tempat yang kini merupakan Etiopia.

Penemuan ini memperlihatkan bahwa kerabat manusia purba mungkin secara teratur membuat artefak batu dengan cara yang metodis, setengah juta tahun lebih awal dari catatan sebelumnya yaitu 500 ribu tahun lalu di Prancis dan Inggris.

Alat batu yang dihasilkan oleh para hominin ini menawarkan pengetahuan baru menuju evolusi pikiran manusia karena pembuatannya membutuhkan keterampilan dan pengetahuan. Hominin adalah kelompok yang mencakup manusia dan spesies punah yang lebih dekat keterkaitannya dengan manusia daripada hewan lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemajuan utama dalam pembuatan perkakas batu adalah adanya semacam bengkel. Di situs ini, para arkeolog bisa melihat bukti hominin secara metodis dan bagaimana mereka berulang kali membuat artefak batu.

Bengkel alat-alat obsidian yang baru saja dianalisis itu diperkirakan adalah yang tertua yang tercatat dikelola oleh para hominin. Demikian dikutip dari Live Science.

ADVERTISEMENT

Pada penelitian ini, para ahli menyelidiki sekelompok situs yang dikenal sebagai Melka Kunture yang terletak di sepanjang lembah Sungai Awash di Etiopia. Lembah Awash telah menghasilkan beberapa contoh fosil hominin awal yang paling terkenal, contohnya kerabat kuno manusia yang dijuluki "Lucy".

Para ilmuwan memusatkan perhatian mereka pada 5.757 artefak yang terbuat dari obsidian di sebuah situs yang dikenal sebagai Simbiro III di Melka Kunture. Alat-alat purba itu berasal dari lapisan pasir yang menurut data fosil dan geologi, berusia lebih dari 1,2 juta tahun.

Artefak-artefak itu terdiri atas 30 kapak tangan yang berbentuk tetesan mata dengan panjang rata-rata sekitar 11,5 sentimeter dan berat 0,3 kilogram. Manusia purba dan hominin lainnya kemungkinan memakainya untuk memotong, mengikis, menyembelih, dan menggali.

Kapak-kapak obsidian dari situs ini lebih teratur dalam segi bentuk dan ukuran. Artinya, ada penguasaan teknik dalam pembuatannya.

Arkeolog dari Sapienza University of Rome, Margherita Mussi mengatakan hominin kerap kali digambarkan sulit bertahan hidup dan kesulitan dengan lingkungan. Namun, menurutnya dia dan tim kali ini membuktikan bahwa hominin adalah individu cerdas.

Penggunaan obsidian secara eksklusif di situs Simbiro III itu disebut hal yang tidak biasa terjadi pada zaman Batu Awal (3,3 juta-300 ribu tahun lalu). Meski perkakas obsidian bisa jadi sangat tajam, tetapi sebetulnya juga rapuh dan sulit dibuat tanpa dihancurkan. Maka pada umumnya obsidian hanya dipakai secara luas dalam pembuatan perkakas batu sejak zaman Batu Tengah (300 ribu-50 ribu tahun lalu).

Paleoantropolog dari University of Winconsin, John Hawks mengatakan, dibuktikan sejak 1970-an bahwa batu obsidian sudah diangkut melintasi jarak jauh sejak 1,4 juta tahun lalu. Jadi, bagaimana para manusia purba ini memanfaatkan batu obsidian adalah sesuatu yang masuk akal.

Kendati begitu, belum diketahui pasti hominin mana yang menciptakan artefak-artefak di Etiopia ini. Sebelumnya di situs Melka Kunture lainnya peneliti menemukan sisa-sisa hominin berusia kira-kira 1,66 juta tahun dan kemungkinan adalah Homo erectus.

Para ahli juga menemukan Homo heidelbergensis berusia sekitar 1 juta tahun. Homo erectus menurut Mussi mempunyai proporsi tubuh mirip manusia modern. Sementara, Homo heidelbergensis kemungkinan adalah nenek moyang yang sama dari manusia modern dan Neanderthal, menurut Smithsonian.

Disebabkan usia tanah di Simbiro III lebih dari 1,2 juta tahun, maka hominin pencipta bengkel perkakas obsidian ini lebih mirip dengan Homo erectus, kata Mussi.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads