Mantan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti SPd MPd menuturkan, pada dasarnya membatasi cita-cita anak sesuai pemahaman seorang dewasa saja merupakan pikiran yang sempit.
Jika pembatasan ini terjadi, maka sang anak butuh second opinion atas cita-cita yang bisa dijalani sebagai impian sesuai keinginannya.
"Sebenarnya, ketika guru bicara begitu, makan butuh fungsi orang tua. Mungkin orang tuanya membebaskan, dia support anaknya. Ketika guru memengaruhi anak bahwa menyanyi adalah hobi, bukan cita-cita, bahwa cita-cita itu adalah guru, dokter, itu pikiran sempit. Di situlah anak butuh second opinion atas cita -cita yang bila dijalani, dicapai suatu saat, sebagai impian, tetapi ini harus muncul dari keinginan anak itu," kata Retno pada detikEdu.
Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) ini tersebut menjelaskan, berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, setiap siswa berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Ia menambahkan, guru bisa jadi melontarkan perkataan terkait pengarahan cita-cita ke bidang akademik ketimbang vokasi seperti penyanyi karena melihat prestasi akademik sang anak yang baik.
Kendati demikian, sambungnya, orang dewasa baik guru maupun orang tua perlu mengingat bahwa berdasarkan teori kecerdasan Gardner, ada 9 jenis kecerdasan manusia dan akademik hanya salah satunya.
"Sampai UU pun menyebut begitu. Lalu kita pakai teori Gardner: kecerdasan ada 9, akademik hanya salah satu. Kalau nggak cerdas pun secara akademik, nggak kiamat. Artinya, kecerdasan itu juga muncul dalam menari, olahraga, menyanyi, menulis. Anak itu punya beberapa kecerdasan itu," sambung Retno.
"Contoh, Tiara Andini menjadi penyanyi profesional. Banyak remaja menjadi penyanyi. Nabilah Idol, menjadi content creator, cover (lagu), dapat uang dari situ, orang tuanya support, masuk Idol. Dari situ, anak bisa kuliah juga menekuni bidang menyanyi maupun mengembangkan ilmunya yang lain, misal jika dia kelak ingin berkembang ke bisnis," jelasnya.
Dari situ, sambungnya, anak mengenal proyeksi dan tahapan hidup 5-10 tahun dari sekarang.
"Itu konsep diri positif. Orang tua perlu bantu anak menemukan konsep diri itu karena mengembangkan anak jadi percaya diri," saran dia.
Sejak Senin (20/3/2023), viral utas Twitter oleh Bambang W Nugroho pemilik akun @bambangwn ini semula membuat utas tentang dirinya yang membuat surat pengunduran diri sang anak dari pendidikan profesi dokter karena kemampuan dan minat menjadi dokter sudah lenyap.
Bambang menuturkan, sang anak mengalami masalah kejiwaan hingga dirawat oleh psikiater usai meraih gelar Sarjana Kedokteran. Karena itu, anaknya menunda ikut program co-assistant (co-ass).
Lewat terapi, diketahui bahwa saat SMP, cita-cita sang anak menjadi penyanyi dipertanyakan gurunya di kelas. Alhasil, anak tersebut memilih berganti cita-cita menjadi dokter.
"Mbok cita-cita itu yang beneran, kayak teman-temanmu tadi lho.. Mosok jadi penyanyi," kata Bambang menirukan guru tersebut, dikutip dari cuitan dengan izin, Jumat (24/2/2023).
Mendengar respons guru dan tawa teman-temannya, sang anak lalu tertegun dan menjawab ulang dengan profesi lain. "Saya ingin jadi dokter...," tuturnya.
Bambang mengatakan, keluarganya tidak mengetahui peristiwa tersebut hingga diinformasikan di tahun-tahun terakhir kuliah, saat anaknya hampir selesai terapi kejiwaan.
"Maaf, kami baru tahu hal ini setelah anak kami bermasalah di kuliahnya, dan di koasnya. Itu dari hasil terapi. Andai kami tahu sejak awal pas dia di SMP, kami pasti sudah antisipasi," tuturnya yang juga seorang pengajar selama 30 tahun terakhir.
(twu/nwk)