Kerajaan Singasari: Sejarah, Masa Kejayaan hingga Peninggalannya

ADVERTISEMENT

Kerajaan Singasari: Sejarah, Masa Kejayaan hingga Peninggalannya

Zefanya Septiani - detikEdu
Kamis, 23 Feb 2023 16:30 WIB
candi singasari
Foto: shutterstock
Jakarta -

Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan di Nusantara kuno. Kerajaan ini dianggap sebagai salah satu pengingat terkait historis terkait kemaritiman di Indonesia.

Didirikan oleh Ken Arok pada 1222 Masehi, kerajaan bercorak Hindu Buddha ini memimpikan untuk dapat menjadi penguasa Tanah Jawa. Sayangnya, masa kejayaan dari kerajaan ini tidak berlangsung lama dan berakhir setelah kematian dari Kertanegara.

Warisan sejarah yang diturunkan oleh Kerajaan Singasari dapat kita lihat melalui peninggalan-peninggalannya. Bukti arkeologis yang ditemukan terkait sejarah Kerajaan Singasari membantu kita untuk menilik apa yang sebenarnya terjadi di masa lampau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, detikers yuk simak informasi lebih lanjut terkait Kerajaan Singasari dilansir dari Kemdikbud.

Sejarah Lahirnya Kerajaan Singasari

Lahirnya Kerajaan Singasari yang pada awalnya bernama Tumapel lahir dari keinginan Ken Arok untuk memperistri Ken Dedes yang saat itu merupakan istri dari Tunggul Ametung. Keinginan Ken Arok tersebut membuatnya membunuh Tunggul Ametung sehingga ia dinobatkan menjadi Akuwu Tumapel sekaligus memperistri Ken Dedes.

ADVERTISEMENT

Kemudian, Ken Arok melakukan penyerangan terhadap Daha dengan izin para Brahmana. Kemenangan Ken Arok meluluhlantakkan Daha menjadi pertanda berdirinya sebuah kerajaan baru yaitu Singasari dengan gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi.

Ken Arok saat itu segera menaiki tahta sebagai raja pertama Kerajaan Singasari dan melahirkan sebuah wangsa baru. Wangsa ini diberi nama Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Selanjutnya wangsa tersebut akan menurunkan raja-raja Singasari dan Majapahit yang menguasai Jawa.

Letak Kerajaan Singasari

Dikutip dari detikTravel dapat kita ketahui bahwa lokasi Kerajaan Singasari berada di Jawa Timur. Kerajaan ini berada di Tumapel yang saat ini letaknya diketahui di Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Seperti yang diketahui dalam sejarah Kerajaan Singasari sendiri merupakan pemersatu dari daerah Kediri dengan Tumapel pada saat tersebut.

Raja yang Memimpin Kerajaan Singasari

Kepemimpinan Kerajaan Singasari memiliki sejarah yang unik untuk dibahas. Hal ini lantaran pergantian rajanya terjadi sebagian besar akibat perang saudara dan rasa keinginan untuk balas dendam.

Berikut merupakan daftar kepemimpinan dari Kerajaan Singasari dari awal hingga keruntuhannya menurut kitab Pararaton:

  • Ken Arok (1222-1227 M)
  • Anusapati (1227-1248 M)
  • Tohjaya (1248 M)
  • Wisnuwardhana (1248-1272 M)
  • Kertanegara (1272-1292 M)

Masa Kejayaan Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari berada pada masa kejayaannya saat di bawah pemerintahan raja terakhirnya yaitu Kertanegara. Kejayaan kerajaan ini terlihat melalui pencapaian yang dimiliki oleh Kertanegara.

Kertanegara dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas khususnya dalam bidang politik dan keagamaan pada saat memimpin Singasari.

Pada masa itu, Kertanegara juga diketahui memiliki pengetahuan yang sempurna dalam ilmu ketatanegaraan, ilmu tentang hakikat, ilmu pengetahuan dan bahasa serta patuh terhadap aturan agama.

Cakrawala Mandala Dwipantara merupakan sebuah wawasan kemaritiman yang digagas oleh Kertanegara. Gagasan ini yang kemudian mempelopori aksi dan kejayaan yang dimiliki Kerajaan Singasari.

Gagasan politik untuk menyatukan pulau-pulau di luar Jawa agar tunduk dalam suatu kepemimpinan, merupakan gagasan yang dimiliki oleh Kertanegara. Puncak kejayaan dari Singasari juga terlihat dari kerjasama yang terjalin.

Hubungan diplomatik yang dimiliki Singasari pada saat itu, terlihat pada saat mereka mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan Malayu dan Campa (saat ini Vietnam).

Tujuan hubungan diplomatik ini adalah untuk mencegah serangan Mongol yang saat itu diisukan akan melakukan serangan ke wilayah Asia Tenggara.

Keruntuhan Kerajaan Singasari

Keruntuhan Kerajaan Singasari ditandai dengan kematian Kertanegara yang merupakan Raja terakhir dari Kerajaan ini. Kematian Kertanegara yang disebabkan oleh serangan dari Jayakatwang pada tahun 1292 menjadi penanda berakhirnya agenda politik kerajaan ini.

Setelah kematian Kertanegara beberapa daerah Singasari mulai melepaskan diri. Tetapi, pencapaian Kertanegara tetap menjadi inspirasi bagi penerusnya. Selain itu, pengadopsian akan konsep pemikiran Kertanegara juga dilakukan.

Adopsi terhadap Cakrawala Mandala Dwipantara diteruskan oleh Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Raja Singasari terakhir Kertanegara, demikian dilansir dari buku Sejarah Kelam Majapahit yang ditulis Peri Mardiyono.

Pada awal berdirinya wilayah kerajaan ini hanya berada di bekas wilayah Singasari. Namun, Majapahit terus melakukan ekspansi baik di wilayah Jawa maupun Luar Jawa.

Peninggalan Kerajaan Singasari

Penemuan terhadap peninggalan Kerajaan Singasari menjadi salah satu bukti eksistensi yang dimiliki oleh kerajaan ini. Berikut merupakan peninggalan Kerajaan Singasari:

Candi Singasari

Ditemukan tahun 1803 oleh Nicolaus Engelhard di tengah hutan jati, kini di kota kecamatan Singasari dekat kota Malang, demikian menurut buku Candi Indonesia: Seri Jawa yang ditulis Edi Sedyawati, dkk.

Menurut buku Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa 1042-1527 yang ditulis Prasetya R, candi ini juga menyimpang sebagian abu Raja Singasari terakhir, Kertanegara.

Di candi ini ditemukan arca Prajnaparamita yang disebut penduduk setempat sebagai 'patung Ken Dedes'.

Candi Kidal

Masih menurut buku Candi Indonesia: Seri Jawa, Candi Kidal ini terletak di lembah Gunung Bromo. Di ruangan candi ini dulu terdapat arca Siwa Mahadewa yang sekarang disimpan di Royal Tropical Institute di Amsterdam.

Arca Siwa Mahadewa ini kemungkinan perwujudan dari Raja Anusapati, raja kedua Kerajaan Singasari, keterangan dari Kitab Negarakertagama.

Candi Jawi

Nama asli Jajawa, dibangun sekitar abad 13, berada di kaki Gunung Welirang, Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur.

Candi ini adalah tempat penympangan abu raja terakhir Singasari, Kertanegara.

Arca Amoghapasa

Menurut Budi Istiawan (2006) dalam buku Selintas Prasasti dari Melayu Kuno dilansir dari laman indonesia.go.id, prasasti ini ditulis dengan huruf Jawa Kuna dan bahasa campuran antara Sansekerta dan Melayu Kuno.

Isinya menceritakan tentang Arca Amoghapasa yang berasal dari Bhumi Jawa dan ditempatkan di Dharmmasraya. Arca ini merupakan persembahan dari Kertanegara, Raja Singasari di Jawa kepada Sri Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmmadewa yang berkuasa di Kerajaan Dharmmasraya di Melayu.

Arca ini kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.

Prasasti Gondang

Batu prasasti ini ditemukan di sawah milik Atkim, Dusun Rejoso, Desa/Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto pada 2020 lalu.

Prasasti yang dipahat pada batu andesit tersebut mempunyai diameter 127 cm. Bagian yang tampak setinggi 54 cm. Sebagian besar batu ini masih terpendam di dalam sawah yang kini ditanami jagung, demikian dilansir dari detikNews.

Prasasti Singasari/Prasasti Gajah Mada

Dalam situs Kemdikbud disebutkan prasasti ini ditemukan di sebelah utara Candi Singosari, Malang, Jawa Timur pada tahun 1904. Prasasti ini diukir di batu dengan aksara Jawa kuno.

Prasasti Gajah Mada diawali dengan penyebutan tahun 1214 Śaka bulan JyeαΉ£αΉ­a adalah wafatnya (kamoktan) Raja KΔ•rtanagara yang disebut sebagai Paduka Bhaṭāra sang lumah ring Siwa Buddha. Tahun 1214 Saka bertepatan dengan tahun 1292 M, saat raja terakhir Singasari, Kertanegara wafat dalam serangan Jayakatwang.

Prasti Singasari, peninggalan Kerajaan Singasari ini kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.




(nwk/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads