Nyamuk acap jadi hewan yang mengganggu dalam kehidupan manusia. Serangga bersayap berukuran kecil ini bisa bikin bentol dan rasa gatal pada kulit manusia yang digigitnya.
Hanya saja gangguan berupa rasa gatal tersebut ternyata tidak ada apa-apanya dibanding penyakit bisa yang disebabkan oleh nyamuk.
Gigitan kecil nyamuk dapat membawa berbagai jenis penyakit ke dalam tubuh manusia di antaranya demam berdarah dan malaria. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ratusan ribu orang di seluruh dunia meninggal karena malaria.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah apakah detikers pernah bertanya-tanya bagaimana hewan tersebut tetiba muncul? Nyamuk memang punya kemampuan luar biasa untuk mendeteksi mangsanya meskipun dari kejauhan.
Kemampuan tersebut membuat kita sulit untuk menghindari hewan ini. Yuk, simak penjelasan bagaimana nyamuk bisa mengenali calon mangsanya seperti dikutip dari laman National Institute of Health.
Cara Nyamuk Mengenali Manusia
Ternyata nyamuk dapat mengenali manusia bukan melalui darah melainkan melalui karbon dioksida yang dihembuskan saat kita bernafas. Karbon dioksida dapat terdeteksi oleh nyamuk betina akibat dari reseptor yang dimiliki oleh sel saraf neuron cpA.
Karbon dioksida yang kita embuskan menarik perhatian dari nyamuk untuk mendekat kepada kita. Jadi jangan heran jika nyamuk sering sekali terbang dekat telinga atau kepala manusia.
Meskipun begitu, kulit manusia tetap menjadi ketertarikan utama nyamuk meskipun ia tidak merasakan adanya karbon dioksida.
Untuk itu, penelitian untuk menentukan neuron dan reseptor yang dibutuhkan untuk menarik bau kulit manusia dilakukan.
Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Anandasankar Ray di University of California, Riverside. Penelitian ini juga didukung sebagian oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) NIH.
Penelitian Terhadap Nyamuk dan Bau Kulit Manusia
Paparan bahan kimia terhadap karbon dioksida ternyata dapat membuat nyamuk kehilangan ketertarikannya terhadap karbon dioksida.
Selanjutnya, peneliti melakukan percobaan kepada nyamuk dengan spesies Aedes aegypti dan Anopheles gambiae yang dapat menularkan demam berdarah dan malaria.
Peneliti menguji respon nyamuk terhadap bau kulit manusia dengan menempatkan bau tersebut ke dalam sebuah media. Ternyata, nyamuk kurang tertarik terhadap bau kulit yang sudah terpapar bahan kimia.
Dari penelitian tersebut kita dapat mengetahui bahwa reseptor yang digunakan nyamuk untuk mendeteksi bau kulit dan karbon dioksida sama.
Cara Manusia Menghindar dari Nyamuk
Salah satu cara agar kita dapat menghindari nyamuk adalah dengan menggunakan bahan kimia untuk memblokir reseptor karbon dioksida yang dimiliki nyamuk. Sayangnya, cara ini sulit digunakan karena senyawa kimia tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia.
Penelitian selanjutnya dilakukan untuk menyaring senyawa kimia apa saja yang dapat memblok reseptor nyamuk dan aman digunakan bagi manusia. Peneliti memfokuskan penelitian kepada 138 senyawa kimia yang murah dan aman digunakan manusia.
Kemudian peneliti menemukan dua senyawa yang dapat digunakan. Senyawa tersebut adalah ethyl pyruvate. Meskipun memiliki bau buah, senyawa yang merupakan zat penyedap makanan ini ternyata mampu untuk menghalangi daya tarik nyamuk terhadap tangan manusia.
Senyawa selanjutnya adalah siklopentanon yang merupakan perasa dan pewangi. Bau mint yang dikeluarkan oleh senyawa ini ternyata memiliki efektivitas yang sama seperti karbon dioksida untuk menarik nyamuk ke dalam perangkap.
(pal/pal)