Mirip seperti bayi manusia di dalam kandungan, bayi burung mulai belajar berkicau ternyata sejak dalam cangkang telurnya.
Pernyataan tersebut dibuktikan dalam sebuah jurnal yang diterbitkan Philosophical Transactions of the Royal Society B Biological Sciences dilansir melalui laman News Week.
Ahli burung dari Flinders University Australia, Sonia Kleindorfer menjelaskan bayi burung sudah mendengar dan menyerap kicauan dan nyanyian orang tuanya sebelum menetas dari telur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian yang dipimpin Kleindorfer menemukan fakta pembelajaran produksi melalui vokal ini ternyata terjadi pada tujuh garis keturunan burung dan mamalia, termasuk pula manusia. Begini penjelasan penelitiannya.
Penelitian Proses Bayi Burung Berkicau
Penelitian yang dilakukan Sonia Kleindorfer dan rekan-rekannya berfokus pada pembelajaran prenatal pendengaran di antara embrio burung-burung. Mereka ingin mengetahui apakah embrio burung juga terbiasa dengan suara burung lainnya.
Objek penelitian yang digunakan yakni tiga spesies burung yang bisa belajar mendengar saat masih di dalam cangkang dan dua spesies yang belajar dengan cara lain.
Tiga spesies burung yang bisa mendengar sejak masih embrio yaitu Malurus cyaneus, Malurus elegans, dan Geospiza fuliginosa.
Sedangkan dua spesies yang bukan tipe pendengar yakni Eudyptula minor dan Coturnix japonica domestica.
Sonia menambahkan hasil penelitian yang diharapkan akan menjelaskan bagaimana "pengalaman pendengaran awal" dapat menentukan perilaku hewan dan caranya dalam memproses informasi. Lebih jauh, para peneliti bisa mengetahui apa yang membentuk neurobiologi burung.
Proses Penelitian
Awalnya, para peneliti mengukur detak jantung embrio pada burung ketika mendengar burung berkicau dan bernyanyi. Hasil pengukuran akan digunakan sebagai sampel apakah mereka merespon suara.
Melansir laman Science Alert, proses percobaan dilakukan melalui dua sesi pemaparan suara kepada embrio burung. Percobaan pertama dilakukan dengan memaparkan suara yang bising selama 60 detik dan suara hening selama 60 detik ke 109 embrio burung.
Hasilnya, tiga spesies burung yang mampu mendengar vokal menunjukkan respons yang lebih halus terhadap panggilan dari spesies mereka sendiri dibandingkan dua spesies lainnya.
Sedangkan dua spesies lainnya nampaknya tidak memiliki otak lunak dalam proses merespon suara seperti itu. Tetapi, tidak berarti mereka tidak menyerap suara apa pun saat berada di dalam telur.
Selanjutnya, percobaan kedua dilakukan dengan memaparkan suara kicauan burung dari jenis spesies yang sama atau spesies lain selama 180 detik kepada 138 embrio. Tak lupa proses hening yang dilakukan selama satu menit.
Tak hanya itu, detak jantung setiap embrio juga diukur untuk menentukan seberapa banyak pergerakan pada panggilan yang berulang.
Hasilnya, para penulis menemukan bahwa semua burung terbiasa dengan suara eksternal yang berulang terlepas apakah itu berasal dari spesies mereka ataupun berbeda.
Hasil Penelitian
Dengan begitu, para peneliti menyimpulkan bila tingkat pembelajaran bawaan yang dikenal sebagai habituasi mungkin membantu hewan dapat membedakan suara yang ramah ataupun lainnya.
"Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas untuk merasakan dan membiasakan suara pada burung yang sedang berkembang mungkin lebih luas secara taksonomi daripada yang dipertimbangkan sebelumnya. Selain itu gagasan bahwa pembelajaran persepsi vokal bukanlah perilaku biner adalah benar," tulis para peneliti.
Sayangnya, masih belum jelas apakah pembelajaran embrio awal ini akan mengubah perilaku burung setelah menetas.
Tetapi, peneliti telah menduga suara tersebut dapat mempersiapkan embrio agar siap hidup di luar telur, meskipun dengan cara dan waktu yang berbeda tergantung pada spesiesnya.
Hal tersebut telah dibuktikan dalam penelitian yang menunjukkan bahwa embrio burung camar yang belum menetas dapat mendengar suara peringatan dari induknya.
Ketika burung itu menetas, mereka cenderung menunjukkan perilaku yang lebih defensif, memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dan peka terhadap sinyal peringatan.
Untuk itu, diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk membandingkan bagaimana suara yang berasal dari luar cangkang telur bisa berdampak pada pembelajaran vokal dan cara mereka tumbuh dewasa.
Nah begitulah fakta tentang proses pembelajaran bayi burung untuk berkicau. Menarik ya detikers!
(pal/pal)