Studi Ungkap Tujuan Hidup Berdampak pada Kepuasan Hidup Anak Remaja hingga Dewasa

ADVERTISEMENT

Studi Ungkap Tujuan Hidup Berdampak pada Kepuasan Hidup Anak Remaja hingga Dewasa

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 15 Feb 2023 19:00 WIB
Brain from wooden puzzles. Mental Health and problems with memory.
Foto: Getty Images/iStockphoto/ilustrasi kesejahteraan mental remaja-dewasa
Jakarta -

Sebuah studi mengungkapkan tujuan hidup ternyata bisa berdampak pada kesejahteraan emosional remaja. Hasilnya, mereka yang memiliki tujuan hidup merasa lebih puas dan bahagia dibanding teman sebayanya tidak memiliki tujuan hidup.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Profesor psikologi pendidikan Kaylin Ratner dari University of Illinois Urbana-Champaign, Amerika Serikat dilansir via laman Science Daily, Rabu (15/2/2023).

Ia meneliti perasaan 200 remaja terkait dengan tingkat kepuasan hidup dan kesejahteraan subjektif mereka dalam kehidupan sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, studi yang memiliki subjek orang dewasa menunjukkan bahwa tujuan hidup adalah faktor dari kesejahteraan yang memicu harapan dan efek positif bagi kesehatan fisik serta mental seseorang.

Namun bagaimana dengan remaja yang masih penuh dengan semangat dan ambisi hidup? Begini penjelasannya.

ADVERTISEMENT

Hubungan Tujuan Hidup dan Kesejahteraan Emosional

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Kaylin Ratner bersama rekan-rekanya melakukan penelitian terhadap perasaan 200 remaja.

Hasilnya, remaja yang mendapat skor tinggi ternyata merasa lebih puas dengan kehidupan mereka. Sehingga mereka merasakan banyak emosi positif yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan negatif.

Seperti penelitian pada orang dewasa, Kaylin juga menemukan bila remaja yang memiliki tujuan daripada tidak cenderung mengalami kesejahteraan yang lebih baik.

Diterbitkan dalam Journal of Happiness Studies, penelitian ini juga menyasar para remaja yang memiliki kebutuhan khusus, tepatnya autisme.

Tak ada beda, mereka juga ingin melihat hubungan tujuan hidup dengan kesejahteraan emosional termasuk kebahagiaan secara keseluruhan.

Proses Penelitian pada Remaja Usia 14-19 Tahun

Penelitian dilakukan selama 70 hari dengan peserta para remaja di usia 14-19 tahun. Setiap harinya, mereka diminta untuk menuliskan tiga hal yakni seberapa besar tujuan hidup mereka, seberapa puas hidup mereka saat ini, dan tingkat emosi positif dan negatif yang mereka rasakan.

Menariknya, informan dalam penelitian ini ternyata juga merupakan peserta GripTape. GripTape adalah sebuah organisasi nirlaba nasional di Amerika Serikat yang berusaha untuk menanamkan rasa bisa manusia memiliki pilihan kepada remaja.

GripTape juga akan memberikan sumber daya agar para remaja mampu membuat proyek Learning Challenge yang berjalan selama 10 minggu lamanya.

Peserta diharapkan membuat sebuah proposal tentang ide-ide mereka dan mempresentasikannya. Mereka yang beruntung akan mendapatkan hadiah sebesar $500 (sekitar Rp 7.608.500) dan didampingi oleh mentor yang akan mendukung bisnis kecil mereka.

Melody Estevez, manajer penelitian di GripTape menjelaskan ada beberapa tahapan dalam proyek Learning Challenge.

Pertama, peserta akan menyelesaikan survey dengan 28 pertanyaan yang akan menilai tingkat sifat autis subklinis. Hasilnya mengejutkan, skor tertinggi menunjukkan bahwa remaja memiliki banyak sifat-sifat autis subklinis.

Selama penelitian, mereka akan selalu melakukan penilaian tentang seberapa besar tujuan yang mereka rasakan setiap harinya.

Peneliti juga melacak apa saja tujuan yang mereka tuliskan setiap harinya serta tentang emosi yang mereka rasakan.

Setidaknya ada empat emosi positif yakni puas, rileks, antusias, dan gembira. Dan juga ada empat emosi negatif yakni marah, cemas, lamban, atau sedih.

Dengan demikian, nantinya skor gabungan emosi ditambah dengan skor kepuasan hidup akan digunakan untuk menilai kesejahteraan psikologis mereka.

Hasil Penelitian

Setelah melalui penelitian yang panjang, tim menemukan bila remaja yang memiliki tujuan lebih baik daripada yang tidak. Dengan demikian peneliti berharap tujuan ini bisa didukung agar remaja merasa lebih baik dari hari ke ari.

Selanjutnya terkait peserta dengan ciri autis subklinis, peneliti mendapati mereka cenderung melaporkan tingkat perasaan negatif yang lebih tinggi dan kepuasan hidup yang lebih rendah.

Namun, kekuatan hubungan antara kesejahteraan dan tujuan hidup ternyata tidak dimoderasi oleh ciri-ciri remaja autis subklinis.

Dengan kata lain, remaja yang mengidap gejala autisme tetap dapat memperoleh manfaat kesejahteraan pada tingkat yang sama dibanding rekan mereka yang tidak memiliki gejala serupa.

"Penelitian 70 hari kami adalah salah satu pemeriksaan yang paling konsisten terhadap tekad kaum muda dan membantu mereka memperkuat pengaruh yang menguntungkan bagi mereka terhadap masalah kesejahteraan emosional," ujar Kaylin Ratner.

Kaylin menambahkan dengan hasil penelitian sebuah intervensi dibutuhkan untuk mempromosikan tujuan hidup. Imbasnya bisa berdampak baik karena kesejahteraan emosional anak muda akan meningkat termasuk yang mereka memiliki kelainan.

Sebagai tambahan, populasi penelitian ini 70% diantaranya adalah perempuan. Bila dijabarkan 31% diantaranya adalah orang Asia, 22% Afrika-Amerika, 18% berkulit putih dan 14% lainnya adalah Hispanik (orang Spanyol).

Dengan demikian, karena sampel tidak mewakili jenis kelamin dan keragaman ras dan etnis di kalangan remaja melainkan populasi umum masyarakat Amerika Serikat, studi ini mungkin tidak dapat digeneralisasikan. Untuk itu, diperlukannya penelitian lanjutan untuk mendapat hasil yang maksimal.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads