Dilansir melalui laman Instagram Balai Taman Nasional (BTN) Tesso Nilo Riau ,@btn_tessonilo, Rabu (15/2/2023), Afni saat itu memberikan edukasi terkait warga Pelalawan yang ancam bunuh gajah liar. Alasannya karena gajah melalui jalur mereka.
Dalam postingan tersebut, BTN Tesso Nilo menjelaskan bila gajah adalah satwa teritorial yang tidak bisa menetap di satu lokasi. Untuk itu, mereka akan bergerak dalam jalur jelajahnya untuk mencari makan, minum dan lainnya.
Afni menambahkan sebenarnya bukan gajah yang masuk ke desa-desa atau lahan warga secara sengaja. Melainkan manusia yang merebut jalur jelajah gajah dan membangunnya seolah milik pribadi.
Ia juga menyatakan bila gajah selalu melalui jalur yang sama selama puluhan tahun dan tidak pernah mengubah jalurnya. Mengapa hal itu bisa terjadi ya? Begini penjelasannya dirangkum detikEdu.
Alasan Jalur Jelajah Gajah Selalu Tetap
Alasan utama mengapa jalur jelajah gajah selalu tetap karena mereka terutama gajah liar sangat memperhatikan jejak bau kotoran dan urin yang ditinggalkan gajah lain.
Hal tersebut disampaikan melalui sebuah studi dari University of Exeter dan organisasi Elephants for Africa dilansir melalui laman Science Daily.
Ketika menjelajah mereka akan mengendus dan melacak jejak dengan belalai mereka. Para peneliti menunjukkan bila aroma adalah "sumber informasi" bagi para gajah liar.
Connie Allen dari Pusat Penelitian Perilaku Hewan Universitas Exeter membenarkan hal tersebut. Mereka menjelaskan indera penciuman gajah memiliki peran penting dalam navigasi jarak jauh.
"Saat gajah mengikuti jalur jelajahnya, mereka meninggalkan jejak urin dan kotoran mereka sendiri. Hal ini akan berguna sebagai jalur untuk gajah di masa depan," ujar Connie Allen.
Tak sembarangan, Connie melakukan penelitian tersebut di Botswana, Afrika Selatan. Di negara tersebut gajah terancam karena konflik dengan manusia seperti yang terjadi di Pelalawan, Riau.
Ia menjelaskan bila dengan menghapus jalur penciuman yang ada di jalur gajah memungkinkann mereka melakukan kontak dengan manusia. Terlebih sebuah fakta disebutkan bila endapan urin dari gajah dewasa menarik perhatian gajah yang lebih muda.
Dengan demikian, gajah Afrika lain akan mendapatkan informasi hingga bisa membedakan usia dan kedewasaan kawanannya melalui petunjuk urin di jalur jelajah ini.
Manfaat Jalur Jelajah yang Dibuat Gajah
Profesor Melissa J Remis, peneliti di Universitas Purdue, Amerika Serikat memberikan cap bila gajah dan pikirannya bisa menjadi agen 'rekayasa' hutan dilansir melalui laman Earth. Mereka membentuk lanskap jalur jelajah dengan banyak cara dan bisa bermanfaat bagi manusia.
Dalam membuat jalur jelajahnya, gajah akan melintasi hutan lebat untuk mencari sumber kehidupan baru baik makanan atau air. Bila sudah dilintasi gajah, jalur akan berbentuk jalan setapak.
Jika gajah hilang, hutan juga tidak akan terjamah dan strukturnya berubah. Dengan demikian aktivitas manusia yang bergantung pada hutan juga akan bergeser.
Karena hal itulah, para ahli akhirnya menyelidiki bagaimana efek konservasi gajah memengaruhi kehidupan manusia. Penelitian itu dilakukan pada jalur gajah yang mengarah ke pembukaan hutan di wilayah Kongo, Afrika Tengah.
Mereka melakukan konsultasi dengan komunitas setempat dan mendapatkan informasi yang relevan tentang interaksi dan hidup gajah. Hal ini bila diteliti lebih lanjut bisa menjadi strategi konservasi yang lebih baik.
Hasilnya, Remis menemukan dengan menutup jalur gajah bukanlah pendekatan konservasi yang baik. Dibanding itu, perlu adanya langkah kolaborasi untuk melestarikan hutan untuk penghidupan gajah dan manusia agar lebih baik.
Upaya Konservasi Konflik Gajah vs Manusia
Seperti yang disebutkan oleh Profesor Remis, menutup jalur gajah bukanlah hal yang paling benar dilakukan manusia.
Peneliti Connie Allen menjelaskan bila pihak pengelola dan konservasi gajah dapat menggunakan berbagai metode untuk menyelesaikan konflik manusia melawan gajah.
Salah satunya adalah metode manipulasi pergerakan gajah dengan mengirimkan mereka ke jalur yang baru dan lebih baik. Namun, tentu saja langkah itu tidak akan mudah.
Terkait konflik yang terjadi di masyarakat Pelalawan, BTN Tesso Nilo juga memberikan penanganan terkait kejadian tersebut. Berikut saran yang diberikan:
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat sekitar tentang jalur jelajah gajah.
2. Bila sudah terlanjur membuat lahan di jalur jelajah gajah, lebih baik ikut menyedekahkan lahan dengan menanam tanaman pakan gajah seperti pisang, bambu, rumput gajah dan lainnya.
3. Pemerintah dalam hal ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) memiliki kualifikasi dan keahlian teknis untuk melakukan penggiringan gajah. Tapi tidak semua bisa dilakukan sendiri. Mereka berharap masyarakat sekitar yang hidup di kawasan habitat gajah harus bisa bekerjasama dan mengelola lingkungan bersama-sama.
Itulah penjelasan tentang jalur jelajah gajah yang selalu tetap, semoga tak ada lagi konflik gajah dan manusia ya detikers...
(nwk/nwk)