Hari Santri Nasional kembali diperingati pada 22 Oktober 2024. Peringatan ini menjadi simbol perjuangan dan harapan para santri di Indonesia serta menandai pengakuan terhadap kontribusi santri dalam perjuangan kemerdekaan.
Salah satu ciri khas santri di pondok-pondok pesantren adalah penggunaan sarung. Di Indonesia, masyarakat umumnya menggunakan sarung saat salat. Namun, bagi kalangan santri, penggunaan sarung jauh memiliki alasan tersendiri.
Di pesantren, sarung dikenakan setiap hari dan menjadi bagian integral dari semua kegiatan santri, baik saat beribadah maupun berolahraga. Itulah sebabnya penggunaan sarung sangat identik dengan kalangan santri di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan Santri Menggunakan Sarung
Penggunaan sarung di kalangan santri tidak sekadar tradisi atau hanya mengikuti jejak pendahulu mereka. Ada alasan kuat di balik pilihan ini.
Sarung dipilih karena menawarkan fleksibilitas yang lebih dibandingkan celana panjang. Aktivitas santri yang padat, mulai dari tidur, mengaji, sholat, hingga jalan-jalan ke masjid, membutuhkan pakaian yang nyaman.
Celana panjang yang ketat tidak selalu cocok untuk berbagai aktivitas tersebut. Oleh karena itu, sarung pun menjadi pilihan karena dianggap lebih fleksibel dan mudah dirawat.
Fungsi Sarung
Sarung memiliki beragam fungsi untuk aktivitas para santri, antara lain:
- Untuk beribadah: sarung menjadi pilihan ideal untuk digunakan saat beribadah di masjid karena dapat menutup aurat, praktis, dan mudah digunakan.
- Untuk kegiatan sosial: sarung juga sering digunakan saat menghadiri undangan pengajian, resepsi, atau acara keluarga.
- Untuk beraktivitas: sarung merupakan pilihan nyaman untuk aktivitas sehari-hari di rumah. Dengan desain yang tidak ketat, sarung memberikan kebebasan bergerak dan mudah dirawat.
- Multifungsi: sarung dapat digunakan secara mendadak sebagai tas untuk membawa barang-barang sehingga menambah nilai praktisnya dalam kehidupan santri.
Makna Sarung
Srung bagi kalangan santri tidak sekedar pakaian yang memudahkan kegiatan sehari-hari. Sarung memiliki makna simbolis yang lebih dalam. Sarung mencerminkan kemampuan santri untuk bersikap fleksibel, memungkinkan mereka berada di berbagai situasi dan memegang berbagai peran.
Meskipun dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda, santri tetap berpegang teguh pada ajaran agama sebagai landasan dan semangat dalam menjalankan setiap amanah yang diberikan kepada mereka.
Artikel ini ditulis oleh Firga Raditya Pamungkas peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(iws/iws)