Apakah detikers pernah mendengar tentang istilah butterfly effect? istilah ini kerap dibahas dalam psikologi dan juga konteks lain dalam berbagai aspek kehidupan.
Secara singkat, butterfly effect adalah istilah untuk menggambarkan sebuah perubahan kecil yang memberikan dampak besar dalam jangka panjang untuk suatu peristiwa.
Asal Muasal Pengertian Butterfly Effect
Dilansir dari situs Bakri Universitas Medan Area, butterfly effect atau disebut juga efek kupu-kupu adalah istilah yang pertama kali dipakai oleh Edward Norton Lorenz, seorang meteorologi dan matematikawan asal Amerika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istilah ini merujuk pada sebuah pemikiran bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil secara teori dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian.
Butterfly effect secara teori adalah perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam atmosfer bumi yang akhirnya mengubah jalan angin ribut (tornado), menunda, mempercepat atau bahkan mencegah terjadinya tornado di tempat lain.
Butterfly effect adalah bagian dari Teori Chaos, yang merujuk kepada perubahan kecil dari kondisi awal suatu sistem, yang mengakibatkan rangkaian peristiwa menuju perubahan skala besar.
Andaikan jika kupu-kupu itu tidak mengepakkan sayapnya, daerah lingkup sistem tersebut tidak akan berbeda jauh, demikian penjelasan yang dilansir dari situs Badan Pendidikan Kristen Penabur.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa sekecil apapun perubahan yang terjadi pada suatu sistem, dapat menimbulkan efek besar bagi seseorang.
Sama seperti dalam aspek kehidupan, seseorang dapat melakukan hal kecil yang dapat berdampak baik ataupun berdampak buruk.
Banyak Orang Merasa Terkena Butterfly Effect
Disadari atau tidak, manusia sering melakukan hal-hal yang gambar dalam butterfly effect. Misalnya tentang apapun yang seseorang ucapkan dan lakukan kepada orang lain akan beresonansi terhadap lingkungan di sekitar orang tersebut.
Apabila perubahan sekecil tersebut itu bernilai positif, maka akan menghasilkan dampak besar yang semakin baik, dan begitupun juga sebaliknya.
Sebagai ilustrasi, ketika seseorang memiliki kesadaran untuk saling mendukung dalam bentuk dukungan sekecil apapun dan berendah hati dalam bersosialisasi, hal-hal tersebut menyebabkan suatu perubahan besar bagi seseorang.
Dalam artian positif, perubahan tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang, mengembangkan rasa kekeluargaan dan memberikan suatu dampak yang baik juga untuk lingkungan sekitarnya.
Selain itu, dukungan juga menjadi salah satu bentuk kepedulian yang berdampak secara spiritual bagi orang tersebut. Namun ada juga sebaliknya, terkadang manusia tanpa disadarinya pernah memberikan respon yang mematahkan semangat seseorang.
Oleh karena itu, manusia perlu memperhatikan ucapan dan tindakannya yang dapat menyebabkan butterfly effect kepada orang lain.
Contoh Butterfly Effect
Penggunaan istilah butterfly effect, tidak hanya digunakan dalam studi tentang cuaca, tetapi dapat juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Butterfly effect banyak digunakan untuk menjelaskan Teori Chaos (teori kekacauan), di mana aksi kecil dapat memulai rangkaian peristiwa yang menyebabkan efek lebih besar dan tidak terduga.
Sebaliknya, juga bisa digunakan meramal kejadian yang akan terjadi dimasa depan, seperti dikutip di buku Agama Digital: Pertalian Agama, Politik dan Teknologi di Indonesia oleh Andri Syah.
Kekacauan itu kerap terjadi disebabkan oleh hal-hal kecil yang awalnya tidak disadari. Dari sini, manusia perlu belajar untuk berhati-hati karena tindakan sekecil apapun bisa memberikan dampak yang besar yang tidak diduga-duga.
Oleh karena itu, penting bagi detikers mengetahui seperti apa butterfly effect dalam kehidupan sehari-hari serta dampak yang ditimbulkan. Berikut beberapa contoh butterfly effect, di antaranya yaitu:
1. Kasus George Floyd
Gerakan demo besar-besaran di Amerika Serikat (bahkan seluruh dunia) pada tahun 2020, yang memprotes rasisme terhadap kulit hitam.
Demo itu dipicu oleh tewasnya George Floyd, seorang pria kulit hitam di tangan aparat kepolisian kulit putih. Dan, tewasnya Floyd berawal dari laporan bahwa dirinya membeli rokok dengan uang pecahan 20 dolar palsu, seperti dikutip di buku Peluk Hangat Penderitaanmu oleh Muhammad Andi Firmansyah.
2. Adolf Hitler
Dalam Perang Dunia II, Adolf Hitler merupakan sosok yang bertanggungjawab besar terhadap pembantaian massal warga Yahudi di berbagai negara di Eropa. Nah, banyak orang yang kemudian bertanya-tanya bagaimana jika Adolf Hitler pada masa kecilnya menempuh jalan hidup yang berbeda-beda?
Hitler pernah ditolak dua kali di Akademi Seni rupa di Wina, Austria, pada tahun 1907 dan 1908. Dua kali gagal, menyebabkan Hitler menyerah masuk ke sekolah seni dan akhirnya meniti karir di dunia militer hingga menjadi Der Kaiser yang paling ditakuti selama Perang Dunia II.
Keputusan komite sekolah seni tersebut menolak hitler terkesan kecil, tetapi kemudian menghasilkan dampak besar di belakang berupa terciptanya Perang Dunia II.
Nah, itulah penjelasan mengenai butterfly effect dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari manusia. Semoga bisa menambah wawasan detikers ya!
(faz/faz)