Pernahkah detikers bertanya-tanya mengapa manusia gemar mengikuti hal-hal yang dianggap viral? Sebagai contoh latto-latto yang kini digandrungi oleh semua kalangan, tidak hanya anak-anak.
Kemudian ada juga botol minum Corkcicle dengan harga yang cukup mahal untuk sekedar tempat minum, masyarakat berbondong-bondong untuk membelinya.
Masih banyak hal-hal viral lainnya yang diikuti oleh masyarakat. Lalu, bagaimana perasaan tersebut muncul? Mengapa manusia cenderung mengikuti sesuatu yang tengah viral?
Dosen Psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Fadjri Kirana Anggrani, SPsi MA menuturkan bahwa perilaku tersebut memiliki sebutan tersendiri lho detikers, yaitu Bandwagon Effect.
Apa Itu Bandwagon Effect?
Bandwagon Effect tergolong ke dalam fenomena psikologi di mana seseorang cenderung mengikuti tren, gaya, sikap, dan lain-lainnya setelah melihat banyak orang yang melakukan hal sama.
"Bandwagon Effect merupakan salah satu bentuk bias kognitif karena adanya pengaruh dari orang lain maupun kelompok," terang Fadjri seperti dikutip dari situs resmi kampus pada Kamis (19/1/2023).
Anggota Tim Psikologi Career Development Center UNS itu menjelaskan, tren yang diketahui dengan istilah viral umumnya terjadi di media sosial seperti TikTok dengan exposure yang tinggi. Hal ini tentu akan mempengaruhi orang sehingga menjadi penasaran untuk mengikuti suatu tren.
"Exposure ini makin berhasil membuat orang berperilaku ikut-ikutan," tambahnya.
Exposure Mempengaruhi Masyarakat Memiliki Perilaku Ikut-ikutan
Fadjri menguraikan bagaimana exposure dapat mempengaruhi masyarakat memiliki perilaku ikut-ikutan. Apa saja? Berikut pemaparannya.
- Konformitas, sosok pemeran dalam exposure tersebut akan menentukan masyarakat untuk mengikuti tren
- Pengaruh interpersonal, maksudnya meski exposurenya tinggi melalui media sosial, kita mengikuti hal viral itu atas bujukan dari orang terdekat
- Fear of missing out atau FOMO, timbul perasaan takut ketinggalan ketika tidak mengikuti apa yang tengah viral
- Curiosity, yakni rasa penasaran yang timbul dengan apa yang terjadi karena adanya exposure tinggi di media sosial
"Serta semua motif keputusan yang mendasari di atas bisa menuntun kita untuk mengambil keputusan ikut-ikutan secara rasional atau intuitive belaka," lanjut Fadjri.
Psikolog UNS itu berpesan agar masyarakat menyikapi sesuatu yang tengah tren dan viral dengan bijak. Menurutnya, mengikuti sesuatu yang sedang viral boleh-boleh saja, namun perlu dipikirkan secara matang-matang mengenai kebutuhan dan dampak pada diri.
"Dengan demikian, keputusan yang diambil atas dasar rasionalitas bukan intuisi karena ikut-ikutan." pungkasnya.
Simak Video "Suasana Ramainya #DemiIndonesia Goes to Campus UNS Solo"
[Gambas:Video 20detik]
(aeb/pal)