Pada 1 Februari 2023 mendatang, komet hijau bernama C/2022 E3 (ZTF) akan kembali mendekati Bumi setelah 50.000 tahun berselang. Meski begitu, penduduk planet ini sudah bisa menyaksikannya di larut malam dan dini hari sebelum 1 Februari.
Para pengamat sudah mengikuti jalurnya selama berminggu-minggu dan mendapat pemandangan yang sangat baik pada 12 Januari 2023 lalu, saat si komet hijau mendekati matahari.
Para astronom pertama kali mendeteksi keberadaan benda langit ini pada Maret 2022. Komet hijau itu bergerak melintasi tata surya sekitar 399 juta mil atau 642 juta kilometer dari matahari atau tepat di dalam orbit Jupiter.
Meski penampakannya terlihat redup, menurut Space.dom seperti dikutip dari Live Science, para pengamat mampu langsung mendeteksi adanya ekor yang berbeda. Ini menandakan bahwa yang mereka lihat adalah komet, bukan asteroid.
Pada 12 Januari 2023, komet itu sudah 482 juta kilometer lebih dekat dengan Bumi. Ini membuatnya terlihat di langit malam dekat konstelasi utara Corona Borealis.
Dari sana, si komet hijau terus bergerak ke barat melintasi langit. Para ahli mengkalkulasi bahwa komet ini akan terlihat dengan mata telanjang pada pekan ketiga bulan Januari.
Pada malam hari tanggal 26-27 Januari 2023, komet hijau bisa terlihat tepat di sebelah timur bintang Biduk. Selanjutnya, pada 1 Februari saat dia mendekati Bumi, si komet akan muncul dekat konstelasi Camelopardalis, tidak jauh dari Biduk.
Berikutnya pada tanggal 5-6 Februari 2023, komet hijau akan melintasi langit malam di sebelah barat bintang Capella dan memasuki konstelasi Auriga. Dari sana, dia turun menuju Taurus dan semakin redup saat menjauhi Bumi.
Rute Komet Hijau
Para astronom tidak yakin seberapa jauh komet hijau ini akan bergerak meninggalkan Bumi. Namun, mereka memprediksi bahwa salah satu benda antariksa itu akan meninggalkan tata surya kita sepenuhnya.
Selanjutnya, manusia mungkin tidak akan pernah melihatnya lagi. Pasalnya, dalam perhitungan para ahli, komet ini bergerak pada orbit parabola.
Memang ada kemungkinan bahwa gravitasi beberapa objek luar angkasa yang tidak diketahui, dapat sedikit mengubah bentuk orbitnya dan mengembalikannya ke jalur yang melewati tata surya. Kendati begitu, jika terjadi pun masih akan jutaan tahun sebelum komet hijau bertemu kembali dengan Bumi.
Cara Melihat Komet Hijau
Saat komet hijau melewati Bumi pada 1 Februari, dia akan terlihat seterang bintang paling redup di langit malam. Namun, dia tidak akan terlihat seperti bintang yang tajam dan runcing, melainkan tampak buram tapi berpijar dan menyebarkan cahayanya ke area seluas bulan purnama.
Apabila tinggal di kota atau daerah berpolusi cahaya, maka komet hijau akan sulit disaksikan. Joe Rao, kolumnis untuk Space.com dan dosen tamu di Hayden Planetarium menyarankan agar orang melihat komet ini di titik tergelap.
Rao menyarankan agar mata kita menyesuaikan diri dengan kegelapan selama 20 sampai 30 menit lalu melihat ke arah Bintang Utara, Polaris, yang lokasinya di ujung Biduk.
Dengan mata telanjang, masyarakat bisa melihat cahaya komet di sekitar area langit tersebut. Menurut Space.com, bisa jadi lebih mudah untuk menyaksikan komet hijau dengan cara ini daripada harus menggunakan teropong atau teleskop.
Mengapa Warnanya Hijau?
Sebetulnya komet ini tidak berwarna hijau. Kepalanya tampak bersinar hijau karena reaksi kimia yang jarang terjadi.
Cahaya ini kemungkinan adalah karena karbon diatomik (C2). Saat sinar ultraviolet matahari memecah molekul tersebut, dia memancarkan cahaya kehijauan yang bisa bertahan dalam beberapa hari. Demikian menurut sebuah studi pada 2021 lalu dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Cahaya hijau itu menghilang sebelum bagian ekor komet, koma, yang terbuat dari gas.
Gas ini adalah hasil dari radiasi matahari dan kerap berpendar biru karena sinar ultraviolet.
Simak Video "Sesembahan yang Dipuja Bangsa Arab Selain Berhala "
[Gambas:Video 20detik]
(nah/pal)