3 Alasan Mengapa Satu Lingkaran Penuh adalah 360 Derajat, Ada Faktor Sejarah

3 Alasan Mengapa Satu Lingkaran Penuh adalah 360 Derajat, Ada Faktor Sejarah

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 12 Jan 2023 17:30 WIB
Wrong system concept
Foto: Getty Images/iStockphoto/busracavus/Alasan lingkaran penuh besarnya 360 derajat.
Jakarta -

Detikers pastinya tahu bahwa satu lingkaran penuh adalah 360 derajat. Hal tersebut ternyata berkaitan dengan tiga alasan yang bisa diteliti.

Salah satunya tentu saja berkaitan dengan matematika, tetapi rupanya tak hanya itu. Sejarah ikut menjelaskan mengapa lingkaran penuh adalah 360 derajat dan berbagai bukti lainnya.

Sebelum lebih jauh membahasnya, mari mengingat apa itu arti lingkaran. Lingkaran adalah garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama bila ditarik dari titik pusat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Tak sembarangan satu lingkaran penuh memiliki sejarah panjang dan ternyata rumit. Sudah siap? Begini penjelasannya.

3 Alasan Satu Lingkaran Berjumlah 360 Derajat

1. Matematika

Melansir laman Science ABC, alasan lingkaran memiliki 360 derajat dan bukan 100 derajat karena berhubungan dengan solusi ideal pembagian.

Angka 360 habis dibagi dengan angka apa pun dari 1 sampai 10, kecuali angka 7. Dengan demikian 360 bisa dibagi dengan 24 angka berbeda yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 15, 18, 20, 24, 30, 36, 40, 45, 60, 72, 90, 120, 180 dan 360 itu sendiri. Seluruh 24 angka ini disebut pembagi dari angka 360.

Hal itu menyebabkan, 360 disebut sebagai angka komposit yang kuat karena jika dibagi menghasilkan bilangan bulat positif yang lebih kecil. Angka komposit dianggap sebagai angka dasar yang baik untuk melakukan perhitungan umum. Meski begitu sayangnya ini bukan pembenaran yang sah untuk memutuskan lingkaran memiliki 360 derajat.

2. Jumlah Hari dalam Satu Tahun

Jumlah penghitungan lamanya hari dalam satu tahun ternyata ada hubungannya dengan lingkaran berjumlah 360 derajat. Masih melansir dari sumber yang sama, para astronom kuno terutama bangsa Persia dan Kapadokia menjelaskan, matahari memerlukan waktu 265 hari untuk kembali ke posisi yang persis sama.

Dengan kata lain, matahari akan bergerak maju satu derajat setiap hari pada orbit elipsnya. Orang Persia memiliki bulan kabisat setiap 6 tahun untuk mengompensasi 5 hari ekstra dalam sehari.

Sementara, ada perbedaan antara kalender bulan dan kalender matahari. Kalender lunar memiliki total 355 hari, sedangkan kalender matahari 365 hari.

Jadi, berapa angka yang tepat di antara keduanya yang merupakan angka komposit? Ya, akhirnya 360 derajat ditetapkan sebagai jumlah matahari bergerak maju selama satu tahun.

3. Sejarah

Bila berbicara tentang sejarah, jawaban mengapa lingkaran penuh adalah 360 derajat, asalnya dari Babilonia. Bangsa Sumeria dan Babilonia terkenal menggunakan sistem bilangan bernama Sexagesimal atau satuan dengan nilai dasar 60 bukan 10.

Laman History Today menjelaskan, pada dasarnya penentuan tersebut melibatkan astronomi Babilonia. Pada pertengahan abad ke-8 SM, para astronom Babilonia mulai menulis pengamatan bulan setiap malamnya.

Kegiatan tersebut berlanjut hingga ditemukan 800 tahun catatan astronomi yang salah satu isinya tentang siklus Saros untuk memprediksi gerhana. Perhitungan tersebut akhirnya menjadi dasar prediksi gerhana oleh NASA hingga saat ini.

Dari penggunaan siklus Saros, astronom Babilonia mengadopsi ide lama untuk membuat kalender administratif hingga ditemukan 12 bulan, 30 hari dalam setahun dan ditemukan siklus 360 hari.

'Kalender ideal' ini muncul kembali pada milenium kedua SM dalam Tujuh Tablet Penciptaan Babilonia , yang menyatakan bahwa dewa Marduk mendirikan tiga bintang masing-masing selama dua belas bulan. Bintang kembar tiga ini berhubungan dengan 12 divisi ekliptika atau bulan. Satu bulan ideal terdiri dari 30 hari.

Selama abad kelima SM skema kembali dikembangkan dan dapat dipecah menjadi detail yang lebih halus dengan catatan, ekliptika dibagi menjadi 12 bagian yang sama, masing-masing dibagi menjadi 30 divisi (juga disebut uš ).

Bila dijumlah akan menghasilkan total 360 uš . Untuk akurasi yang lebih baik, uš dipecah lagi menjadi 60 divisi. Masing-masing dari 12 bagian yang mereka beri label dengan konstelasi bintang.

Ketika geometri Yunani berkembang, mereka menciptakan konsep sudut sebagai besaran. Misalnya, menjumlahkan sudut segitiga yang menghasilkan dua sudut siku-siku. Tetapi dalam Elemen Euclid (sekitar 300 SM) tidak ada satuan pengukuran selain sudut kanan.

Kemudian, pada abad kedua SM, astronom Yunani Hipparchus dari Rhodes mulai menerapkan geometri pada astronomi Babilonia. Dia menerapkan metode untuk mengukur sudut dan secara alami mengikuti pembagian ekliptika Babilonia menjadi 360 derajat serta membagi lingkaran dengan cara yang sama.

Jadi, meskipun sudut berasal dari Yunani, 360 derajat berasal dari astronomi Babilonia. Selain masalah astronom Babilonia dan Yunani, bukti bahwa lingkaran berjumlah 360 derajat tertera dalam kitab Rigveda bangsa India, yang berbunyi:

Dua belas jari-jari, satu roda, pusar tiga.
Siapa yang bisa memahami ini?
Di atasnya ditempatkan bersama
tiga ratus enam puluh seperti pasak.
Mereka tidak goyang sedikit pun.
-Dirghatamas , Rg Veda 1.164.48

Nah itulah penjelasan mengapa satu lingkaran berjumlah 360 derajat. Semoga bermanfaat detikers!



Simak Video "Ini Nono, Siswa SD NTT yang Menang Lomba Matematika Tingkat Dunia"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/nah)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia