Pada 1963, seorang pria di Provinsi Nevserih, Turki, meruntuhkan tembok di lantai bawah tanahnya. Tidak disangka, ia malah menemukan ruang yang menuju labirin kota bawah tanah kuno Derinkuyu dengan kedalaman hingga 18 lantai.
Kota bawah tanah Derinkuyu diperkirakan sudah berdiri sekitar abad 8-7 SM, seperti dikutip dari Atlas Obscura. Bentuknya sekilas seperti labirin dan sarang semut, dengan ketebalan tembok hingga 1,5 meter.
Puncak peradaban di kota bawah tanah Derinkuyu diperkirakan berlangsung pada periode Byzantine, tahun 395-1453. Di masa inilah dibangun terowongan dan ruang-ruang dengan luas total 445 km², kira-kira seluas DKI Jakarta minus Jakarta Utara.
Saat ini, ada 600 jalur yang ditemukan untuk menuju kota ini. Namun, dengan berbagai jebakan dan pintu batu besar, tidak mudah untuk menjelajahi seisi kota yang masuk Daftar Warisan Dunia UNESCO sebagai bagian Lembah Göreme (Cappadocia) Turki ini.
Dengan teknologi pada masanya dan kondisi tanah berbatu, bagaimana dan kenapa kota ini dibangun? Simak kisahnya berikut, yuk!
Kota Bawah Tanah Derinkuyu
Dipahat dengan Sekop
Kota yang berlokasi 4 jam perjalanan dari Ibu Kota Turki, Ankara ini diukir sedikit demi sedikit untuk membentuk pemukiman-pemukiman bawah tanah sedalam 60 meter yang terhubung oleh terowongan sejauh puluhan kilometer, seperti dikutip dari laman ZME Science.
Batuan tempat Derinkuyu dipahat terbuat dari lapisan abu vulkanik padat atau tufa. Batu lunak ini keropos dan rapuh. Karena itu, orang-orang di peradaban kuno sebelum Masehi bisa memahat batuan tersebut menggunakan alat sederhana seperti sekop dan beliung.
Pertahanan dari Serangan
![]() |
Peneliti memperkirakan, orang-orang di zaman dulu menggunakan kota bawah tanah ini sebagai tempat persembunyian di masa krisis untuk jangka panjang, seperti dikutip dari kanal YouTube Encyclopaedia Britannica.
Derinkuyu diestimasi cukup besar untuk menampung hingga 20.000 orang. Ada sumur, saluran air, ventilasi udara, area pembuatan anggur, tempat ibadah umat Kristen, sumur air, dan ruang-ruang tinggal keluarga.
Lantai paling atas digunakan untuk menambatkan hewan ternak. Sebab, makin ke lantai yang terdalam, banyak dijumpai terowongan dan jalur masuk antarruangan yang sempit. Setiap beberapa ruang juga dihambat dengan pintu batu.
Jalur akses yang sempit dan pintu batu ini diperkirakan dirancang untuk menyulitkan tentara berbaju zirah dan penyerang lainnya agar kesulitan berjalan jauh ke area pemukiman warga di belasan lantai di dalam tanah.
Karena bertahan berabad-abad dari zaman sebelum Masehi, berbagai penduduk dari masa ke masa silih berganti menghuni kota bawah tanah ini untuk berlindung.
Salah satunya yaitu orang-orang Kristen pertama, yang menghindari persekusi dari bangsa Romawi. Karena itu, dapat dijumpai pahatan simbol salib di dinding Derinkuyu dan ruang yang berdesain salib sebagai tempat beribadah dan bertemu.
Sementara itu di zaman Ottoman dan Byzantine, orang Muslim juga menggunakan kota bawah tanah ini sebagai tempat berlindung sepanjang perang Arab-Byzantine, sekitar tahun 780-1180.
Sementara itu, sejumlah peneliti lainnya juga memperkirakan bahwa Derinkuyu kemudian sebagian besar digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan material lainnya dalam jangka panjang untuk mengantisipasi krisis. Dengan suhu sekitar 20C dan makin dingin di kedalaman terbawah, ruang-ruang kota ini bisa dijadikan area pengawetan bahan makanan.
Siapa yang Mendirikan Derinkuyu?
Para arkeolog di Departemen Kebudayaan Turki memperkirakan, bangsa Frigia yang pertama kali memahat kota bawah tanah Derinkuyu sepanjang abad 8-7 SM. Bangsa Indo-Eropa kuno ini merupakan bangsa pendiri Kerajaan Anatolia, yang berdiri pada abad 12-7 SM.
Orang-orang Frigia dikenal sebagai arsitek kenamaan pada Zaman Besi dan menghasilkan karya-karya konstruksi besar. Sementara beberapa teori lain berpendapat bahwa orang Persia atau orang Het bisa jadi pendirinya.
Simak Video "Momen Heroik Polisi AS Selamatkan Warga yang Jatuh di Rel Kereta "
[Gambas:Video 20detik]
(twu/nwy)