Sebuah studi baru menyebutkan bahwa kini petani di seluruh dunia kehilangan 3-5 persen hasil panen karena populasi hewan penyerbuk menyusut.
Lebih lanjut, penelitian ini mendapati bahwa menurunnya populasi hewan penyerbuk juga berisiko jangka panjang lebih buruk bagi manusia, seperti dilansir laman Smithsonian Magazine.
Salah satu dampaknya yaitu buah, sayur, dan kacang-kacangan menjadi kurang sehat sehingga berimbas pada kesehatan manusia, seperti menculnya penyakit diabetes dan jantung. Mengapa?
Penyerbukan adalah proses reproduksi generatif yang terjadi pada tumbuhan. Proses penyerbukan terjadi ketika serbuk sari jatuh ke kepala putik yang mengandung sel kelamin betina.
Salah satu faktor yang membantu dalam proses penyerbukan adalah berbagai hewan-hewan penyerbuk seperti lebah, kupu-kupu, kelelawar, dan ngengat.
Melalui bantuan hewan penyerbuk, berbagai produksi sayur, buah, kacang hingga polong-polongan membantu petani mendapatkan hasil panen yang lebih sehat.
Turunnya Populasi Hewan Penyerbukan
Sebuah penelitian yang dipublikasi di jurnal Environmental Health Perspective (EHP) menyebutkan, populasi hewan penyerbuk menurun dalam beberapa waktu ke belakang.
Padahal, 80 persen tumbuhan berbunga termasuk tanaman pangan mengandalkan penyerbukan sebagai proses untuk bereproduksi.
Salah satu faktornya karena aktivitas manusia seperti penggunaan pestisida berbahaya, perubahan iklim, polusi udara, praktik pertanian, dan perubahan tata guna lahan.
Dilansir laman Harvard Gazette, Harvard University, Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB mendapati bahwa akan terjadi kiamat serangga.
Konferensi yang berlangsung di Montreal tersebut semula memperhatikan penurunan tahunan populasi serangga hingga pembicaran korban manusia karena hal tersebut.
Setidaknya, setiap tahun terdapat 1-2 persen penurunan populasi serangga hingga timbul peringatan tentang "kiamat serangga" yang mungkin datang dalam beberapa dekade mendatang.
Kiamat serangga ini salah satunya timbul lantaran kemajuan perubahan iklim sehingga penyerbukan liar spesies serangga utama terganggu.
Imbasnya, tiga perempat varietas tanaman menjadi terancam memiliki hasil makanan yang tidak sehat.
Kiamat Serangga dan Akibatnya di Indonesia dan Dunia
Melalui penelitian Environmental Health Perspective (EHP), Matthew Smith dkk menggunakan kerangka kerja model yang menyertakan bukti empiris dampak turunnya populasi hewan penyerbukan dari jaringan pertanian di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Latin.
Selain itu, mereka juga menggunakan model risiko penyakit global untuk memperkirakan dampak kesehatan yang mungkin ditimbulkan.
Hasilnya, dampak kesehatan disertai dengan kerugian ekonomi dapat mempengaruhi berbagai belahan dunia secara berbeda-beda.
Studi Smith dkk mendapati, negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita rendah akan menanggung beban kehilangan produksi pangan yang berdampak jauh dengan tidak adanya ada pemasukan negara. Sementara itu, negara-negara yang memiliki penghasilan menengah hingga tinggi akan mendapat konsekuensi masalah kesehatan.
Dampak kesehatan dari perubahan lingkungan ini juga mungkin terjadi pada populasi negara berpendapatan rendah seperti Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara.
Selain itu, Indonesia, China, India, India dan Rusia sebagai negara berpenghasilan menengah dengan populasi besar mungkin akan menderita beban terbesar bila kiamat serangga terjadi.
Masalah kesehatan bisa terjadi lantaran sedikit tanaman yang mengalami penyerbukan. Akibatnya, sedikit pula akses mendapat obat dari tanaman. Karena itu, manusia bisa kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin A dan folat.
Dampak paling berat yang mungkin terjadi adalah efek kesehatan ini dapat menyebabkan sekitar 427.000 kematian per tahunnya dengan penyakit seperti kanker prostat, diabetes, jantung, kekerasan antarpribadi, dan gangguan penggunaan narkoba.
Meski begitu, Matthew Smith menyebutkan bahwa dampak tersebut masih bisa dihindari dengan menciptakan perlindungan bagi hewan penyerbuk. Cara yang mungkin dilakukan adalah membatasi pestisida, mempertahankan habitat alami, memulihkan habitat yang rusak, serta menanam lebih banyak tumbuhan, terutama bunga.
Dengan melakukan pelestarian kembali, manusia akan menjaga tidak hanya lingkungan namun juga menjaga ekonomi dan kesehatan masyarakat seluruh dunia.
Simak Video "Kisah Penyelamatan Hewan dari Reruntuhan Gempa Turki"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/twu)