Akhir-akhir ini, bencana gempa Bumi berhasil memporak porandakan sejumlah wilayah di Indonesia. Ini dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada di jalur Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire.
Mengutip dari buku Proses Terjadinya Gempa Bumi karya Rani Siti Fitriani dkk, gempa Bumi merupakan sebuah peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi pada bagian dalam Bumi secara tiba-tiba.
Nah, akibat yang ditimbulkan dari bencana gempa Bumi ialah kerusakan bangunan, sarana dan prasarana umum seperti jalan raya dan lain sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana Proses Terjadinya Gempa Bumi?
Terjadinya gempa Bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng yang berefek pada getaran permukaan Bumi. Ketika muncul gaya yang cukup besar dari pergerakan lempeng, maka batuan di lempeng akan menegang.
Akibatnya, lempeng Bumi berubah bentuk. Bahkan, lempeng bisa mengalami patah atau kembali ke bentuk semula ketika gaya tersebut hilang, seperti dikutip dari unggahan resmi Instagram @ditsmp.kemdikbud pada Jumat (16/12/2022).
Baca juga: 3 Jenis Sesar, Penjelasan, dan Contohnya |
Batuan pada lempeng mengalami perubahan bentuk atau deformasi secara perlahan dalam jangka waktu tertentu. Ketika batuan tersebut mengeras atau menegang maka energi potensialnya terus bertambah. Saat lempeng bergerak atau patah, energi dilepaskan dan mengakibatkan terjadinya getaran yang merambat melalui material Bumi lainnya.
Semakin besar energi yang dilepaskan, maka getarannya akan semakin terasa. Ketika lempeng patah menjadi dua bagian, masing-masing bagian akan bergerak menjauh.
Sementara itu, dalam buku Geografi SMP/MTs Kelas VII yang disusun oleh WIrastuti Widyatmanti dan Dini Natalia, proses terjadinya gempa dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan sebabnya dan kedalamannya.
1. Proses Terjadinya Gempa Berdasarkan Sebabnya
a. Gempa Bumi Tektonik
Gempa Bumi tektonik menjadi gempa yang paling sering terjadi dan diakibatkan oleh pergeseran lempeng tektonik atau pengaruh kegiatan pembentukan pegunungan.
Lempeng tektonik yang bergerak dan bergesekan satu sama lain memiliki energi dan tekanan yang besar. Jadi, ketika tekanan tersebut semakin membesar dan tidak dapat ditahan pinggiran lempeng, energi dan tekanan dilepaskan dalam bentuk getaran dan dirasakan sebagai gempa Bumi.
b. Gempa Bumi Vulkanik
Selanjutnya ada gempa Bumi vulkanik. Sesuai dengan namanya, gempa Bumi jenis ini diakibatkan oleh aktivitas vulkanik. Pergerakan magma ke permukaan Bumi menimbulkan gesekan dan pecahan pada batu-batuan yang berujung menimbulkan getaran dan goncangan yang berkepanjangan.
Biasanya, gempa Bumi jenis ini terjadi pada wilayah yang berdekatan dengan gunung berapi. Umumnya, skala gempa Bumi vulkanik tidak sekuat tektonik.
c. Gempa Bumi Runtuhan
Terakhir adalah gempa Bumi runtuhan. Gempa Bumi runtuhan terjadi akibat adanya runtuhan, seperti runtuhan gua dan pertambangan. Persentase gempa ini sangat kecil dan jika terjadi hanya dirasakan di wilayah sekitar sumber reruntuhan.
2. Proses terjadinya Gempa Berdasarkan Kedalamannya
Berdasarkan kedalamannya, gempa dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu:
a. Gempa Bumi Dangkal
Gempa Bumi dangkal memiliki kedalaman hiposenter kurang dari 90 km. Gempa Bumi ini menjadi yang paling berbahaya, karena dekat dengan permukaan Bumi dan peluang kerusakannya sangat besar.
b. Gempa Bumi Menengah
Yang kedua adalah gempa Bumi menengah. Biasanya, gempa Bumi menengah memiliki kedalaman hiposenter antara 90 km sampai dengan 150 km.
c. Gempa Bumi Dalam
Gempa Bumi yang terakhir adalah gempa Bumi dalam. Sesuai dengan namanya, hiposenter gempa jenis ini terletak lebih dari 150 km di dalam perut Bumi.
Nah, itulah pemaparan mengenai proses terjadinya gempa Bumi. Semoga pembahasan di atas dapat menambah wawasan detikers ya!
(aeb/faz)