Peristiwa Boston Tea Party adalah sebuah protes politik yang terjadi pada 16 Desember 1773 di Griffin's Wharf, Boston, Massachusetts.
Orang-orang Amerika merasa frustasi karena Inggris menerapkan kebijakan 'pajak tanpa perwakilan' atau no taxation without representation. Mereka membuang 342 peti teh yang diimpor oleh British East India Company di pelabuhan.
Latar Belakang Terjadinya Boston Tea Party
Pada 1760-an Inggris terlilit utang, sehingga parlemen mereka mengenakan pajak terhadap kolonis Amerika. Menurut laman History, Undang-Undang Stempel tahun 1765 mengenakan pajak kepada orang-orang Amerika atas hampir setiap lembar kertas cetak, mulai dari kartu remi, izin usaha, sampai surat kabar dan dokumen hukum.
Undang-Undang Townshend 1767 lebih lanjut, menerapkan pajak atas barang-barang esensial seperti kertas, gelas, cat, hingga teh.
Pemerintah Inggris merasa pajak tersebut adil. Namun, tidak demikian dengan pihak Amerika.
Orang-orang Amerika merasa amat marah karena dikenai pajak tanpa adanya perwakilan di Parlemen Inggris. Mereka pun tidak setuju dengan sikap Inggris yang memaksakan pajak guna memperoleh pendapatan.
Siapa Tokoh-tokoh Boston Tea Party?
Peristiwa Boston Tea Party disebut dipimpin oleh Samuel Adams bersama dengan Sons of Liberty-nya. Kejadian ini juga diorganisir oleh John Hancock.
Namun, banyak nama yang terlibat di dalamnya tetap tidak diketahui. Selain itu, karena para orang yang terlibat mengenakan atribut penduduk asli Amerika, pada akhirnya hanya satu orang saja yang ditangkap karena peristiwa ini. Dia adalah Francis Akeley.
Sebagian besar partisipan Boston Tea Party berusia di bawah 40 tahun. Sementara, 16 orang di antaranya adalah remaja.
Dampak Boston Tea Party
Sebagian pemimpin kolonis seperti John Adams senang mengetahui Pelabuhan Boston ditutupi daun-daun teh. Kendati demikian, sebagian orang tidak.
George Washington misalnya, memiliki pandangan pribadi soal ketidaksetujuannya dengan peristiwa Boston Tea Party. Sebagaimana halnya para kaum elit lain, dia menganggap properti pribadi sebagai sesuatu yang sakral.
Peristiwa Boston Tea party kemudian membuat Benjamin Franklin mendesak teh British East India Company yang terbuang supaya diganti. Dia bahkan menawarkan untuk membayarnya sendiri.
Kejadian itu tidak melukai siapa pun, meski menghancurkan gembok dan teh. Selain itu, tidak ada pula properti yang hancur. Para peserta juga dilaporkan menyapu bersih geladak kapal sebelum pergi.
Mengutip Sejarah untuk Kelas XI SMA IPS oleh Nana Supriatna, Boston Tea Party disebut mengawali Revolusi Amerika pada 1775. Peristiwa ini kemudian menyulut revolusi di Boston dan Lexington yang lantas diikuti beberapa negara bagian lainnya.
Simak Video "Arsenal Bungkam Fulham 3-0"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/pal)