Sosok Sam Ratulangi, Doktor Matematika yang Jadi Gubernur di Masa Revolusi

ADVERTISEMENT

Sosok Sam Ratulangi, Doktor Matematika yang Jadi Gubernur di Masa Revolusi

Tim Detikcom - detikEdu
Senin, 05 Des 2022 19:30 WIB
Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (tengah) (Dok. IKPNI)
Gerungan Saul Samuel Jacob atau Sam Ratulangi berdiri di samping Bung Karno (Dok. IKPNI)
Jakarta -

Nama lengkapnya Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, tapi ia lebih dikenal dengan panggilan Sam Ratulangi. Ia lebih dikenal sebagai gubernur pertama Sulawesi. Namun sebenarnya jejaknya dalam bidang ilmu pengetahuan tak kalah mentereng.

Sam Ratulangi lahir di Tondano, Sulawesi Utara, 5 November 1890. Ayahnya seorang kepala distrik Kasendukan. Status sebagai anak pejabat, membuatnya bisa mengenyam pendidikan dasar di Europesche Lagere School, ELS.

Setelah menamatkan sekolah dasar itu dia masuk Hoofdenschool, sebuah sekolah elite lokal. Dikutip dari buku biografi Dr GSSJ Ratulangi, Hoofdenschool yang setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama itu oleh masyarakat Minahasa disebut "Sekolah Raja", karena hanya keturunan kepala-kepala daerah dan kaum bangsawan yang dapat diterima di sekolah itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah murid yang dapat diterima dibatasi, paling banyak hanya 40 orang. Karena itu tidak semua anak yang berhak dan berminat memasuki sekolah ini dapat diterima. Mereka harus lulus ujian saringan lebih dahulu.

Perhatian Sam Ratulangi kemudian mulai tertarik ke pulau Jawa. Ia tertarik untuk menuntut pelajaran di Jawa , karena salah seorang saudara sepupunya ada yang belajar di sana. Saudaranya itu belajar di Indische Artsenschool (Sekolah Dokter) atau Sekolah Dokter Jawa di Batavia.

ADVERTISEMENT

Tak disangka-sangka Kepala Sekolah Hoofdenschool mengumumkan Sekolah Dokter Jawa akan memberikan beasiswa kepada tiga orang 14 murid Hoofdenschool yang berbakat. Siswa berminat dianjurkan untuk segera mendaftarkan diri guna mengikuti ujian saringan.

Sam Ratulangi yang memang telah menunggu kesempatan itu segera mendaftar dan lulus. Saat pamit pada ayahnya, ia diberi pesan, "Sekarang pergilah engkau! Akan tetapi janganlah kembali dengan kopor kosong."

Pada tahun 1904 Sam Ratulangi meninggalkan tanah Minahasa dengan menumpang kapal KPM. Pada waktu itu ia berusia 14 tahun. Di Batavia, Sam Ratulangi tidak jadi masuk Sekolah Dokter Jawa.

Ia merasa lebih berbakat untuk mengikuti pendidikan teknik. Ia masuk sekolah teknik Koningin Wilhelmina School (KWA) yang juga terdapat di Batavia. Sam Ratulangi memilih jurusan mesin di sekolah itu. Pelajaran di KWS benar-benar menarik perhatiannya.

Setelah lulus, ia mendapat pekerjaan di bagian teknik mesin pada pembangunan kereta api yang wilayah kerjanya meliputi Bandung, Maos sampai ke Cilacap

Sam Ratulangi segera merasakan adanya perlakuan yang tidak adil dari jawatannya. Ia sebagai orang Indonesia asli menerima gaji yang lebih rendah dari pada kawan-kawan sekolahnya yang termasuk golongan Indo-Belanda.

Dalam keadaan yang menyedihkan ini Sam Ratulangi berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia bertekad untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Sam Ratulangi ingin lekas-lekas melaksanakan niatnya itu. Ia segera menempuh pendidikan Lager Onderwijs (LO) dan Middelbare Acte dalam Ilmu Pasti atau Matematika dan ilmu pendidikan.

Pendidikan menengah itu tak diselesaikannya karena harus pulang kampung melihat ibunya yang sakit keras. Setelah ibunya meninggal, berbekal uang warisan, ia berangkat ke Belanda. Pada permulaan tahun 1912, ia tiba di Amsterdam.

Di sana ia segera meneruskan cita-cita memperoleh ijazah guru menengah. Pada awal tahun 1913 Sam Ratulangi berhasil menggondol ijazah, yaitu ijazah guru "Middelbare Acte en Paedagogiek" atau ijazah untuk mengajar ilmu pasti di sekolah menengah.

Setelah itu, ia mendaftarkan diri sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Pasti atau Matematika di Vrije Universiteit Amsterdam. Dua tahun sesudah mengikuti kuliah ia ingin menempuh ujian.

Akan tetapi permintaannya itu ditolak karena ia tidak memiliki ijazah HBS maupun AMS yaitu ijazah Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas, yang dijadikan salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian pada perguruan tinggi itu.

Oleh karena itu atas saran Mr Abendanon, mantan menteri pendidikan di Hindia Belanda, dia meninggalkan Belanda untuk menuju Zurich, Swiss, dan di sana menyelesaikan studi di bidang Ilmu Pasti dan Alam.

Pada tahun 1915 Sam Ratulangi diterima sebagai mahasiswa biasa di Universitas Zurich. Baginya tidak ada kesulitan sedikit pun dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi itu.

Dalam waktu empat tahun, pada tahun 1919 ia berhasil berhasil memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dari Universitas Zurich.

Ia merupakan orang Indonesia pertama yang berhasil mendapat gelar doktor dalam Ilmu Pasti atau Matematika dan Ilmu Alam. Saat kembali ke Indonesia Sam Ratulangi tidak segera memasuki gelanggang politik.

Mula-mula ia melangkahkan kakinya. dalam bidang pendidikan. Ia diangkat menjadi guru Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di sekolah teknik Prinses Juliana School (setingkat dengan STM sekarang) di Yogyakarta. murid-murid sekolah ini sebagian besar terdiri dari anak-anak Belanda.

Pada tahun 1922, Ratulangi meninggalkan Yogyakarta pindah ke Bandung. Ia menganggap lapangan pendidikan belum dapat dijadikan tempat untuk menyalurkan seluruh cita-citanya.

Singkat cerita, ia kemudian mendirikan perusahaan asuransi di Bandung dengan nama Algemene Levensverzekering Maatschappij Indonesia. Di kota ini, Sam Ratulangi berkenalan dengan Sukarno yang kemudian menjadi Presiden Indonesia pertama.

Ia pun akhirnya masuk dalam gelanggang pergerakan dan pernah menjadi wakil rakyat Minahasa dalam Volksraad (Dewan Rakyat). Jelang proklamasi, Sam Ratulangi juga bergabung dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Setelah Sukarno dan Hatta terpilih sebagai presiden dan wakil, Sam Ratulangi juga ditunjuk sebagai Gubernur Provinsi Sulawesi yang pertama.




(pal/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads