Mengenal Prasasti Pucangan, Dibawa Raffles ke India dan Rencana Pemulangan

ADVERTISEMENT

Mengenal Prasasti Pucangan, Dibawa Raffles ke India dan Rencana Pemulangan

Tim detikcom - detikEdu
Senin, 14 Nov 2022 15:00 WIB
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid dan prasasti Pucangan (dok. Instagram Hilmarfarid)
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid dan prasasti Pucangan (dok. Instagram Hilmarfarid)
Jakarta -

Prasasti Pucangan adalah dokumentasi tertulis terpenting mengenai Raja Airlangga yang pernah memerintah Kerajaan Mataram Kuno sekaligus raja terakhir. Prasasti ini sekarang berada di Indian Museum, Kolkata, India.

Raja Airlangga menurut ahli Epigrafi dan Sejarah Kuno Asia Tenggara, Prof JG de Casparis merupakan raja yang berhasil mengangkat kerajaan dan rakyatnya dari keterpurukan akibat serangan kerajaan lain dengan melakukan reformasi di berbagai aspek kehidupan bernegara.

Raja Airlangga dicatat sebagai raja besar di antara raja besar lainnya di kawasan Asia Tenggara. Ahli lainnya George Coedes menempatkan Airlangga sejajar dengan Raja Suryavarman yang memerintah di Angkor (Khmer) pada 1002-1050 dan Raja Anawrahta di Pagan, Burma pada 1044-1077.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berpindahnya prasasti tersebut ke India terjadi saat Inggris berkuasa di Nusantara antara tahun 1811-1816. Kala itu, Gubernur Jenderal Inggris di India, Gilbert Elliot Murray Kynynmound atau yang dikenal dengan Lord Minto, menunjuk Thomas Stamford Raffles menuju Jawa dengan jabatan Letnan Gubernur.

Raffles kemudian membawa 2 prasasti yakni Prasasti Pucangan dan Prasasti Sangguran untuk disimpan di kediaman Lord Minto di India.

ADVERTISEMENT

Deskripsi Prasasti Pucangan

Ketua Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Ninny Susanti Tejowasono dalam Forum Diskusi Denpasar 12 yang disiarkan lewat kanal Youtube Rerie Lestari Moerdijat beberapa waktu lalu mengungkapkan Prasasti Pucangan berbahan batu yang ditemukan di Gunung Penanggungan, Jawa Timur.

Prasasti ini berukuran tinggi 124 cm dan lebar (bagian atas) 86 cm. Prasasti Pucangan terdiri dari 2 prasasti. Prasasti bahasa Sansekerta bertahun 1037 dan bahasa Jawa Kuno bertahun 1041.

"Menurut informasi, bagian yang berbahasa Jawa Kuno sudah sangat rusak," ujar arkeolog dari Universitas Indonesia itu.

Prasasti Pucangan berbahasa Sansekerta terdiri atas 34 baris. Isinya antara lain, pujian pada Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa kemudian pengenalan raja Airlangga sebagai pahlawan dengan gambaran sifat baik yang ada di dirinya, dan penaklukan-penaklukan raja Airlangga pada daerah sekitarnya.

Adapun prasasti dengan bahasa Jawa Kuno memiliki 46 baris dengan isi antara lain unsur penanggalan, keterangan bahwa Airlangga adalah inkarnasi Wisnu yang dilindungi para dewa. "Ada juga daftar raja-raja yang diserang dan dikalahkan raja Airlangga dan pujian pada raja Airlangga," kata Ninny.

Selanjutnya, Rencana Penelitian dan Pemulangan Prasasti Pucangan

Rencana Repatriasi atau Pemulangan Prasasti Pucangan

Direktur Jenderal Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Hilmar Farid mengungkapkan Prasasti Pucangan sekarang ditempatkan di lantai dasar Indian Museum, Kolkata.

"Saya sudah bertemu dengan kepala museum dan kurator yang menangani koleksi. Saya melihat kondisi Prasasti Pucangan sudah kurang baik. Dari mereka saya dengar, sedang direncanakan pameran Prasasti Pucangan," ujarnya diskusi dalam tersebut.

Hilmar menyebut pemerintah sedang mengupayakan proses repatriasi atau pemulangan kembali Prasasti Pucangan dari India ke tempat asalnya di Indonesia. Ia menyebut saat berada di India, telah bertemu dengan Joint Secretary Kementerian Kebudayaan India dan menyinggung pernah ada kesepakatan untuk repatriasi.

"Saya nyatakan itu juga tidak ada keberatan dari pihak India untuk melakukan repatriasi," kata Hilmar.

Selain itu, Hilmar mengatakan terdapat kesepakatan antara Indonesia dan India untuk melakukan penelitian bersama terkait Prasasti Pucangan. Ia mengungkapkan terdapat dua area penelitian.

"Pertama terkait keaslian. Penting sekali dalam proses repatriasi ada penetapan secara formal. Ada satu tim melakukan verifikasi bahwa ini prasasti yang dimaksud," kata Hilmar.

Penelitian kedua menyangkut asal usul. Seperti penjelasan proses prasasti itu ditemukan, bagaimana pindah dari Indonesia 200 tahun lalu, hingga sekarang berada di Indian Museum Kolkata.

"Kita butuh bantuan ahli sejarah yang mengenal arsip Inggris agar tahu lebih detail. Penelitian-penelitian ini akan menjadi dasar rekomendasi selanjutnya. Tentu kita juga mesti melihat sistem hukum di India seperti apa," katanya.

Hilmar juga memaparkan fakta beberapa waktu lalu, Museum Nasional Skotlandia membuat perjanjian dengan India untuk pengembalian sebagian koleksi yang dulu dijarah dari negara di kawasan Asia Selatan tersebut.

"Dalam laporan penelitian bersama kita bisa rekomendasikan untuk melihat kemungkinan kebijakan seperti itu diterapkan dalam kasus prasasti Pucangan. Ada preseden kebijakannya," ujarnya.

Selain itu, Mendikbudristek Nadiem Makarim telah bertemu Minister of State for Culture Shri Arjun Ram Meghwal di kawasan Candi Borobudur, September 2022 lalu. Dalam pertemuan tersebut disetujui untuk dilakukan penelitian bersama soal Prasasti Pucangan



Simak Video "Video: Wujud Batu yang Diduga Prasasti Cikapundung di Tengah Gang"
[Gambas:Video 20detik]

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads