Peninggalan sejarah dunia banyak ditemukan di Indonesia, seperti kapak genggam atau pebble culture. Kapak genggam atau pebble culture menjadi warisan dan bukti peradaban manusia purbakala dalam menciptakan benda-benda yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari dan berlanjut hingga masa modern saat ini.
Pebble culture menjadi peninggalan nenek moyang yang banyak ditemukan. Persebarannya mencakup banyak wilayah selain Indonesia, seperti di Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand, dan Semenanjung Malaya.
Sejarah Penemuan Pebble Culture
Penemu pebble culture atau peninggalan kapak ini adalah seorang sejarawan Belanda Pieter Vincent van Stein Callenfels pada sekitar tahun 1925. Callenfels menemukan sebuah kapak yang berbeda dengan kapak genggam (chopper) pada masa Paleolitikum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X oleh Veni Rosfenti, pebble culture ini memiliki bentuk bulat dan terbuat dari batu kali yang dibelah dua. Pebble culture termasuk ke dalam kapak genggam yang keberadaannya banyak ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra, yakni tepatnya di antara Langsa (Aceh) dan Medan.
Baca juga: Bone Culture: Sejarah dan Peninggalannya |
Bisa dikatakan bahwa bentuk dari pebble culture sudah hampir sempurna karena teksturnya sudah cukup halus. Batu kali yang menjadi bahan untuk membuat kapak dibuat secara terpecah-pecah.
Selain ditemukan di Sumatra, pebble culture sempat ditemukan di wilayah lain seperti Semenanjung Malaya, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Australia, Tasmania hingga China Selatan.
Menurut arkeolog Madeleine Colani, kebudayaan prasejarah Indochina Bacson-Hoabinh yang terletak di pedalaman Vietnam merupakan pusat dari kebudayaan pebble culture di Asia Tenggara. Setelah itu, baru pebble culture ini menyebar ke Thailand hingga Semenanjung Malaya.
Perbedaan Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture
Perbedaan pebble culture dengan artefak lainnya adalah sebagai berikut:
- Pebble Culture
Pebble culture merupakan artefak litik yang dibuat dengan cara diserpih memanjang dan patahan mendatar yang ujungnya tajam. Pebble culture banyak ditemukan di daerah bukit kerang (kjokkenmoddinger) yang terdapat di sekitar pantai timur Sumatra Utara.
- Bone Culture
Bone culture berbeda dengan pebble culture mulai dari bahan pembuatannya, yakni terbuat dari tulang hewan. Meskipun sama-sama berasal dari Vietnam, tetapi penyebaran bone culture ini tidak ke berbagai tempat seperti pebble culture. Keberadaan bone culture pun berada di dalam gua-gua.
- Flake Culture
Flake culture terbuat dari batu yang memiliki ukuran kecil. Flake culture ini dibuat dari sisa hasil kapak genggam yang dibuat menjadi tajam. Selain itu, bahan pembuatan flake culture adalah dari batu andesit, gamping, atau permata kalsedon. Di Indonesia, keberadaan flake culture dapat ditemukan di daerah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
(twu/twu)