70 Persen Air Indonesia Tercemar Tinja? Ini Penjelasan Pakar Unair

ADVERTISEMENT

70 Persen Air Indonesia Tercemar Tinja? Ini Penjelasan Pakar Unair

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 01 Nov 2022 13:30 WIB
Ilustrasi air minum kemasan
Galeri detikEdu: Benarkah 70 Persen Air di Indonesia Tercemar Tinja? (Foto: Getty Images/iStockphoto/Hyrma)
Jakarta -

Ramai kabar air di Indonesia tercemar tinja, nyatanya informasi ini tak hanya simpang-siur. Menurut United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) dalam situs resminya, hampir 70 persen air di Indonesia tercemar limbah tinja.

Presentase itu diambil dari 20.000 sumber air minum rumah tangga yang diuji di Indonesia. Pencemaran itu tercatat turut meningkatkan penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian balita.

Menanggapi hal tersebut, Profesor bidang kesehatan lingkungan Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Ririh Yudhastuti drh M Sc menerangkan, setidaknya ada tiga jenis sumber air minum yakni, air olahan PDAM, sumur gali, dan tadah hujan. Kemudian diolah menjadi air kemasan, air isi ulang, serta air sumur secara berurutan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apakah Air di Indonesia Terkontaminasi Tinja?

1. Air Sumur Galian

Prof Ririh menerangkan salah satu sumber air adalah dari sumur galian. Bahwa semakin dalam sumur, maka akan semakin terbebas dari kontaminasi tinja.

"Tinja manusia, hewan, ataupun yang lainnya," katanya dalam laman Unair, Senin (31/10/2022).

ADVERTISEMENT

Sehingga jika ingin membuat sumur, individu disarankan untuk membuat galian lebih dalam agar menjauh dari kontaminasi tinja.

2. Air Kemasan

Kemudian untuk air kemasan bermerk, Prof Ririh menerangkan bahwa usaha air kemasan bermerk berada di tingkat industri. Sehingga ada standar yang harus dipenuhi yaitu Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP). HACCP adalah bentuk penjamin mutu yang sistematis untuk mengidentifikasi bahaya sekaligus bahan yang terkandung dalam suatu produk.

"Dan biasanya digunakan untuk controlling bahwa industri air minum ini sudah melewati HACCP ini. Oleh karena itu salah satu standar HACCP harus mencantumkan tanggal kedaluwarsa," ucapnya.

3. Air Isi Ulang

Sedangkan untuk air isi ulang, Prof Ririh menerangkan bahwa umumnya depo dilakukan inspeksi oleh dinas kesehatan melalui Puskesmas dua kali dalam setahun. Hal itu dilakukan agar penjamah tidak terkena penyakit menular seperti tipes dan TBC. Selain itu juga memastikan tidak ada penularan melalui air atau makanan (food borne diseases).

Selain itu, pengguna juga perlu melihat sarana dan prasarana depo. Memeriksa kebersihan dan kehigienisan pencucian galon mereka.

"Walaupun pencucian mereka sudah menawarkan macam-macam seperti ozon atau yang lainnya. Tapi kalau pencucian mereka tidak bersih akan membawa air yang tidak bersih," katanya.

Terakhir, peran depo air isi ulang hendaknya melaporkan kepada pihak Puskesmas atau Dinas Kesehatan jika ada sesuatu yang diragukan. Dan sebagai konsumen, jika masih ragu dengan air tersebut, sebaiknya merebus air selama satu menit dalam suhu 100 derajat Celcius agar bersih terhadap mikroorganisme.

Jadi jenis air di Indonesia sendiri sudah melewati tahap proses. Meski demikian, individu masih perlu melakukan antisipasi seperti merebus air selama satu menit atau menggali sumur galian lebih dalam pada air sumur.

Apakah Hubungan Air dengan Kasus Gagal Ginjal Akut Pada Balita?

Prof Ririh menyatakan belum mendalami hubungan tersebut. Menurutnya, air tidak banyak berkontribusi akan gagal ginjal akut.

"Karena yang penyakit ginjal itu biasanya kronis dan bukan air penyebab utamanya. Biasanya bisa pola makannya," ucapnya.

Prof Ririh menambahkan, bahwa temuan etilen glikol yang menyebabkan gagal ginjal akut itu dikarenakan kandungan asam oksalat yang tajam. Hal tersebut yang merusak tubulus dan glomerulus ginjal secara cepat.

"Dan itu terjadi pada anak-anak karena ginjal mereka masih dalam tumbuh kembang," katanya.

Tips Memeriksa, Mengonsumsi, dan Menyimpan Air Minum

Prof Ririh menyampaikan, ada tips dalam menjaga kebersihan dan kelayakan air minum, yakni:

1. Memilih air yang secara organoleptik bebas warna, bau dan rasa

2. Untuk air panas, disimpan pada wadah kaca atau keramik, stainless steel akan lebih baik.




(nir/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads