Kehidupan Manusia Purba Tinggal Dalam Gua dan Kebudayaan yang Dihasilkannya

ADVERTISEMENT

Kehidupan Manusia Purba Tinggal Dalam Gua dan Kebudayaan yang Dihasilkannya

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 13 Okt 2022 11:30 WIB
Lukisan gua merupakan coretan yang terdapat pada dinding gua atau tebing buatan orang-orang purba sebagai medium untuk menyampaikan pesan.
Ilustrasi kehidupan manusia pruba di gua. Foto: Getty Images
Jakarta -

Manusia purba di Indonesia menggunakan gua-gua sebagai tempat tinggal mereka. Gua-gua itu kemudian seakan menjadi perkampungan dan mereka meninggalkan jejak kebudayaannya di sana.

Sebutan untuk kebudayaan manusia purba yang tinggal di dalam gua ini adalah abris sous roche.

Dikatakan dalam buku Sejarah 1 SMA Kelas X karya Sardiman A.M., kebudayaan manusia purba tinggal di gua-gua menciptakan berbagai kebudayaan baru seperti kebudayaan tulang Sampung di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo dan kebudayaan Toala di gua-gua di Lamoncong, Sulawesi Selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebudayaan Tulang Sampung

Dijelaskan dalam Sejarah Sekolah Menengah Atas Kelas X oleh M. Habib Mustopo, Hermawan, dan Dwi Waluyo, penelitian pertama tentang abris sous roche dilakukan oleh Van Stein Callenfels di gua Lawa, dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur. Penelitian itu dilakukan sejak 1928 sampai 1931.

Alat-alat manusia purba zaman mesolitik yang ditemukan di gua tersebut di antaranya alat-alat batu seperti mata panah dan flake, batu penggiling, juga alat dari tulang dan tanduk. Sebagian besar alat yang ditemukan di Sampung adalah alat-alat dari tulang, oleh sebab itulah disebut sebagai kebudayaan tulang Sampung.

ADVERTISEMENT

Kebudayaan Toala

Dua orang saudara sepupu berkebangsaan Swiss, Fritz Sarasin dan Paul Sarasin meneliti gua-gua di Lumancong, Sulawesi Selatan selama 1893 sampai 1896. Mereka menemukan alat-alat serpih atau flake, mata panah bergerigi, juga alat-alat tulang.

Van Stein Callenfels yang meneliti kebudayaan tulang Sampung juga memastikan bahwa kebudayaan Toala adalah kebudayaan Mesolitikum yang berlangsung sejak 3.000 sampai 1.000 SM.

Pada penelitian lebih lanjut di gua-gua di Maros, Bone, dan Bantaeng (Sulawesi Selatan), juga ditemukan alat-alat serpih atau flake dan alat lainnya seperti batu penggiling, gerabah, dan kapak Sumatra. Alat-alat yang mirip dengan alat kebudayaan Toala ditemukan pula di Flores, Roti, dan Timor. Sementara, di daerah Priangan, Bandung berhasil didapatkan flake yang terbuat dari obsidian.

Itulah penjelasan mengenai kebudayaan manusia purba tinggal di gua-gua. Selamat belajar, detikers!




(nah/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads