Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur dikenal banyak beroperasi di Batavia, sebagaimana gedung peninggalannya kini dapat dilihat di Kota Tua Jakarta tersebut. Tahukah detikers, sebelum berkedudukan di Batavia, pusat pemerintahan VOC bertempat di Ambon, Maluku?
Gubernur Jenderal VOC yang memindahkan pusat pemerintahan VOC dari Ambon ke Batavia adalah Jan Pieterszoon Coen atau J.P. Coen. Pemindahan pada 1620 ini dilakukan karena Batavia dianggap lebih strategis dan berpotensi dalam pengembangan usaha dagang VOC, seperti dikutip dari Sejarah 2 oleh Drs. Sardiman A.M., M.Pd.
Sebelumnya, pusat VOC berada di Ambon, Ternate, dan Banda dengan tujuan mendominasi perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Maluku dan menyingkirkan kekuasaan imperialisme Portugis. Tiga orang gubernur jenderal pertama VOC berkedudukan di Benteng Oranje, Ternate.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintahan VOC di Batavia pada Awal Kepindahan
Di awal perpindahan VOC, wilayah Batavia masih bernama Jayakarta. Pangeran Wijayakrama, Adipati Jayakarta, mengizinkan VOC membangun sebuah loji atau kantor dagang di timur Sungai Ciliwung.
Namun, VOC mulai tertarik dan melibatkan diri dalam berbagai konflik antar penguasa nusantara. Keterlibatan VOC turut memengaruhi timbulnya konflik antara rakyat dan penguasa di nusantara.
Contohnya, penyerbuan dan pembakaran Jayakarta oleh J.P. Coen pada 1619. Setelah penyerbuan tersebut, nama Jayakarta diubah jadi Batavia.
Kedudukan Batavia menjadi penting bagi VOC, baik sebagai pusat pemerintahan dan aktivitas, maupun jalur penghubung perdagangan antara Indonesia bagian barat, Malaka, dan India.
Sejak itu, semua kantor VOC di Asia dan di Tanjung Harapan, berada di bawah otoritas gubernur jenderal dan dewan VOC di Batavia. Dengan kata lain, markas besar atau markas utama VOC berada di Batavia.
Untuk sementara waktu di abad ke-18, Batavia menjadi satu-satunya pelabuhan kedatangan dan keberangkatan kapal-kapal dari dan ke Eropa, seperti dikutip dari Ke Timur Haluan Menuju: Studi Pendahuluan tentang Integrasi Sosial, Jalur Perdagangan, Adat, dan Pemuda di Kepulauan Maluku yang disunting Hikmat Budiman.
Di sisi lain, VOC tidak lantas melupakan pentingnya menjaga kekuasaan di wilayah timur nusantara. Untuk itu, VOC menggunakan benteng-benteng pertahanan seperti Benteng Rotterdam di Ujung Pandang, Benteng Nasau di Banda, dan Benteng Oranje di Ternate.
(twu/pal)