Negatif Tidak Selalu Buruk

ADVERTISEMENT

Belajar dari Pakar

Negatif Tidak Selalu Buruk

Rachmat Hidayat - detikEdu
Kamis, 22 Sep 2022 08:00 WIB
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat adalah grand mentor di Ngajimatematika. Seorang guru matematika yang sekarang diamanahi menjadi kepala sekolah di SMP AL FURQAN MQ TEBUIRENG. Pemerhati pendidikan matematika di Indonesia
Negatif tidak selalu buruk
Foto: Getty Images/iStockphoto/Blankstock

Negatif dalam Matematika

Saya sering menemukan siswa saya menjadi ragu dengan hasil pekerjaan matematika mereka ketika hasil akhirnya menunjukkan bilangan negatif. Seringkali mereka akan melakukan pengecekan ulang untuk memastikan mereka tidak salah hitung. Mereka juga sering dengan ragu bertanya apakah tidak masalah jika hasil akhir perhitungan mereka itu bernilai negatif. Seolah negatif itu bukan bagian dari bilangan yang mereka cari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejatinya tidak ada baik atau buruk dalam bilangan. Baik negatif atau positif sama-sama bilangan yang berada pada garis bilangan. Bilangan positif tidak berarti lebih baik dari bilangan negatif. Otak kita lah yang memberikan persepsi demikian. Padahal sejatinya karena ada bilangan negatif operasi seperti 5 dikurangi 7 menjadi masuk akal dan jelas. Karena bilangan negatif pula pembukuan di kas kita menjadi lebih jelas antara untung dan ruginya. Sebab negatif pula pengukuran untuk suhu dan ketinggian permukaan tanah lebih mudah dipahami.

Negatif dalam Emosi Manusia

ADVERTISEMENT

Sayangnya kita membawa kesan buruk tentang negatif ke dalam kehidupan kita. Perilaku-perilaku buruk dianggap sebagai negatif. Emosi yang sering kali tidak diinginkan biasa disebut emosi negatif. Saat kita marah, sedih atau kecewa, atau mengalami emosi negatif lainnya orang menganggap kita sebagai orang yang negatif atau buruk. Padahal sejatinya emosi-emosi negatif kita, sebagaimana bilangan negatif dalam matematika, tidak selalu berarti buruk, justru seringkali malah bermanfaat.

Kita semua pasti mendambakan setiap hari yang kita lalui dipenuhi dengan banyak emosi yang positif. Tersenyum bahagia, merasa puas, bahkan sampai jatuh cinta. Padahal dalam hidup manusia butuh pelajaran. Di situ lah emosi negatif banyak mengambil peran. Emosi negatif seperti ketakutan sering kali merupakan mekanisme kita untuk dalam perlindungan diri. Sudah jamak kita sadari manusia semakin berhati-hati ketika ia mengalami ketakutan. Sedangkan kemarahan di satu sisi adalah cara otak untuk memaksa kita menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi. Saat kita merasa sedih seringkali kita menjadi lebih memahami diri sendiri dan orang yang kita cintai.

Pada akhirnya, sebagaimana dalam sebuah garis bilangan, bilangan positif terus merentang ke sisi kanan sampai tak hingga dan bilangan negatif merentang ke arah sebaliknya. Keduanya, baik bilangan positif dan bilangan negatif bersama-sama melengkapi garis bilangan menjadi seutuhnya. Begitu pula emosi negatif dan positif dalam diri kita. Kita tak akan mampu menjadi orang yang terus-menerus tersenyum bahagia. Emosi negatif hadir dan mengisi bagian hati kita agar kita terus bertambah dewasa. Percayalah, hanya karena kita memiliki emosi negatif tidak serta merta menjadikan kita sebagai manusia negatif pula.


(nwy/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads