Kisah Pemuda yang Mencintai Allah dan Meninggal saat Sujud di Kakbah

ADVERTISEMENT

Kisah Pemuda yang Mencintai Allah dan Meninggal saat Sujud di Kakbah

Kristina - detikEdu
Selasa, 02 Agu 2022 05:00 WIB
Arab man praying on mat in desert. Male is in traditional wear. He is kneeling on sand.
Ilustrasi pemuda saleh yang mencintai Allah. Foto: Getty Images/xavierarnau
Jakarta -

Ada sebuah kisah tentang pemuda yang mencintai Allah SWT. Ia menempuh perjalanan panjang menuju Baitullah dan akhirnya meninggal tatkala sujud di Kakbah.

Kisah ini diceritakan oleh Ibrahim al-Khawwas sebagaimana ditulis oleh Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah.

Diceritakan, pada suatu musim panas, Ibrahim al-Khawwas berangkat melaksanakan haji. Ketika sampai di padang pasir Hijaz, ia berpisah dengan rombongannya dan tersesat di jalan. Karena kelelahan, ia kemudian tertidur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Begitu bangun, tak jauh dari tempatnya, ia melihat ada seorang pemuda tampan dan masih sangat muda, janggutnya pun belum tumbuh. Ia pun menyapa pemuda itu dan memberi salam kepadanya.

"Oh Ibrahim, wa'alaikum salam," ucap pemuda itu. Seketika Ibrahim al-Khawwas merasa heran dari mana pemuda itu mengetahui namanya.

ADVERTISEMENT

"Wahai, pemuda mulia, bagaimanakah engkau mengetahui namaku?" tanyanya pada pemuda itu.

Pemuda itu menjawab, "Wahai Ibrahim, sejak aku memperoleh ilmu makrifat dari Allah, aku selalu mengenal-Nya dan sejak aku bersama-sama dengan-Nya, aku tidak pernah meninggalkan-Nya. Aku mengenalmu ketika aku mengenal-Nya."

Ibrahim kemudian menanyakan apa yang membuat pemuda itu berada di padang yang panas ini.

Pemuda itu menjawab, "Wahai, Ibrahim, tidak ada seorang pun yang kucintai dan tidak ada seorang pun yang kujadikan teman kecuali Dia. Sepenuhnya kuserahkan diriku kepada-Nya, dan aku berikrar hanya Dia-lah yang aku tuju untuk disembah."

"Dari manakah engkau dapatkan makanan dan minumanmu?" tanya Ibrahim.

"Kekasihku telah menanggung semua itu atasku," jawab pemuda itu.

Ibrahim pun mengungkapkan kekhawatirannya apabila pemuda itu mengalami kesusahan. Pemuda tersebut lantas menangis dan bersyair.

Siapakah yang dapat menakut-nakutiku dengan keganasan padang pasir ini?
Aku berjalan meninggalkan padang pasir menuju kekasih-Ku.
Cintaku kepada-Nya membuatku gelisah dan rinduku membuatku berani melintas. Siapa yang mencintai Allah tidak akan takut kepada siapa pun.
Bila rasa lapar telah mengimpitku, aku mengisinya dengan mengingat-Nya.
Ketika aku melantunkan puji-pujian kepada-Nya, hilanglah rasa haus dan dahaga.
Apabila aku lemah, Kekasih-Ku akan membawaku dari Hijaz ke Khurasan.
Jangan engkau pandang remeh karena aku masih anak-anak, karena apa yang akan terjadi, kini telah terjadi.

Ibrahim semakin kagum ketika mengetahui pemuda itu baru berusia 12 tahun. "Aku merasa takjub dengan rupamu yang tampan, akhlak dan ucapanmu yang baik. Subhanallah, betapa indah makhluk yang diciptakan-Nya," ucapnya.

Pemuda itu sedikit menundukkan kepalanya kemudian mengangkat mukanya ke atas dan kembali bersyair.

Jika aku masuk neraka, aku akan binasa.
Apa gunanya ketampanan, keindahan dari rupa zahirku, jika menyebabkan aku di dalam azab neraka.
Dalam keadaan menjerit dan tangis aku berada dalam neraka.
Dan Allah berfirman, "Wahai, hamba yang buruk, terhadap-Ku engkau berdosa dan terhadap-Ku engkau menentang. Perintah-Ku engkau langgar dan perjanjian-Ku engkau lupakan. Begitu pula kau lupakan pertemuan dengan-Ku.

Pemuda saleh itu kemudian memberikan gambaran orang-orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah. "Wahai Ibrahim, engkau akan melihat pada hari itu wajah-wajah orang yang saleh bercahaya seperti bulan purnama."

"Dan apabila Allah mengangkat tirai cahaya, orang-orang saleh akan tertegun di dalam keajaiban, tidak ada yang dapat merasakan kenikmatan pada saat itu. Kemudian Allah akan memberikan pakaian kegembiraan-Nya dan wajah-wajah mereka berseri-seri penuh kebahagiaan," lanjutnya.

Pemuda itu kemudian bertanya kepada Ibrahim apakah ia tertinggal oleh rombongannya. Ia lalu berdoa kepada Allah dan membuat Ibrahim merasakan kantuk dan tertidur. Begitu bangun, Ibrahim sudah menunggang unta bersama rombongannya.

Begitu sampai di Baitullah, Ibrahim al-Khawwas melihat pemuda tadi sedang memegang kain Kakbah sambil menangis. Pemuda itu berkata:

Aku menziarahi Baitullah ini dan memegang kain Kakbah dengan kerinduanku. Namun, apa yang tersembunyi dari kata-kata yang ada di dalam hati, hanyalah Engkau yang tahu.

Aku datang dengan berjalan kaki tanpa kendaraan. Walaupun aku masih muda belia, aku telah jatuh cinta. Sejak bayi tatkala aku belum mengerti arti cinta, cintaku kepada-Mu telah merekah.

Apabila mereka marah kepadaku karena cinta ini, biarkanlah aku sebagai bayi dalam bercinta. Ya Allah, apabila maut mengunjungiku, tentukanlah aku bersama-Mu.

Setelah itu, pemuda tersebut bersujud dengan sujud yang panjang. Kemudian, Ibrahim al-Khawwas mendekatinya dan membangungkannya. Namun, ternyata dia sudah meninggal dunia.

Istimewanya lagi, seperti dikisahkan oleh Ibrahim al-Khawwas, jasad pemuda tadi hilang yang tak lain telah dikafani dan dikebumikan oleh-Nya.




(kri/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads