Kisah Percakapan Dua Laki-laki Ahli Ibadah yang Saling Mengaku Teledor

ADVERTISEMENT

Kisah Percakapan Dua Laki-laki Ahli Ibadah yang Saling Mengaku Teledor

Kristina - detikEdu
Selasa, 19 Jul 2022 05:00 WIB
Vector illustration of two Arab men riding camels in the desert, night landscape for Ramadan and Islamic theme
Ilustrasi dua laki-laki ahli ibadah. Foto: Getty Images/iStockphoto/rudall30
Jakarta -

Abu Ja'far As-Sa'ih menceritakan sebuah kisah tentang dua laki-laki ahli ibadah. Dalam salah satu perbincangannya, kedua laki-laki saleh itu saling mengaku teledor.

Kisah ini ditulis oleh Imam Ibnul Jauzi dalam 'Uyun Al-Hikayat Min Qashash As-Shalihin wa Nawadir Az-Zahidin dan diterjemahkan oleh Abdul Hayyi Al-Kattani.

Disebutkan, laki-laki saleh itu adalah Amir bin Abdi Qais dan Humamah. Keduanya adalah seorang abid (ahli ibadah) terbaik yang berkomitmen untuk beribadah seumur hidupnya. Bahkan Amir bin Abdi Qais tekun salat seribu rakaat setiap hari dari pagi sampai ashar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amir bin Abdi Qais melakukannya sepanjang hari mulai pagi sampai sore dia terus salat. Setelah itu, dia pulang dengan kondisi kedua betis dan telapak kakinya bengkak.

Lalu, ia berkata kepada dirinya sendiri, "Sesungguhnya, engkau diciptakan tidak lain untuk beribadah wahai engkau yang selalu menyuruh kepada kejelekan. Demi Allah, sungguh saya akan melakukan suatu amal yang akan membuatmu tidak pernah merasakan alas tempat tidur."

ADVERTISEMENT

Pada suatu kesempatan, Amir bin Abdi Qais pergi ke sebuah lembah bernama Wadi As-Siba'. Di lembah itulah ia bertemu dengan ahli ibadah dari Habasyah yang tak lain adalah Humamah.

Amir bin Abdi Qais salat di satu sisi dan Humamah salat di sisi lain tanpa pernah saling mendatangi satu sama lain, kecuali ketika tiba waktu salat fardhu dan mereka salat berjamaah.

Selesai salat fardhu berjamaah, mereka berdua kembali ke tempat masing-masing. Hal ini terus berlangsung selama 40 hari. Setelah waktu berlalu, Amir bin Abdi Qais berinisiatif menghampiri Humamah.

"Siapakah engkau, semoga Allah merahmatimu?" tanya Amir bin Abdi Qais.

"Tolong, biarkan saya dan jangan ganggu saya," jawab Humamah.

"Saya bersumpah, sungguh saya ingin engkau memberitahukan namamu," kata Amir bin Abdi Qais.

Ia pun menjawab, "Saya Humamah."

Mendengar nama tersebut, Amir bin Abdi Qais lalu berkata, "Jika memang engkau adalah Humamah seperti yang saya ketahui, maka sungguh engkau adalah abid yang paling rajin beribadah di muka bumi ini. Maukah engkau memberitahuku sesuatu yang paling utama?"

Humamah pun menjawab, "Saya ini adalah orang yang teledor. Seandainya waktu-waktu salat fardhu tidak memaksaku memotong ritual rukuk dan sujudku, niscaya saya ingin menjadikan seluruh umurku untuk rukuk dan sujud saja, sampai saya menghadap kepada-Nya. Akan tetapi, waktu-waktu salat fardhu tidak membbiarkanku melakukan hal itu. Lalu, siapakah engkau?" kata Humamah.

Amir bin Abdi Qais pun mengatakan siapa namanya. Begitu mendengar nama itu, Humamah lantas bertanya, "Jika memang engkau adalah Amir bin Abdi Qais yang saya ketahui, maka berarti engkau adalah orang yang paling rajin ibadah. Maukah engkau memberitahuku tentang sesuatu yang paling utama?"

"Saya ini adalah orang yang teledor. Akan tetapi, ada satu hal, yaitu saya menanamkan keagungan Allah SWT di dadaku, sehingga saya tidak merasa takut dan segan sedikit pun kepada selain Dia," kata Amir bin Abdul Qais.

Lalu, datanglah sejumlah binatang buas mengepung Amir bin Abdul Qais. Kemudian, satu di antaranya meloncat menerkamnya dari belakang dan mencengkram pundaknya. Amir bin Abdul Qais lalu membaca ayat 103 surah Hud.

"Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadap)-Nya dan itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh semua makhluk)."

Ketika melihat mangsanya sama sekali tidak takut dan tidak mempedulikannya, binatang buas itu pun berlalu pergi.

Melihat hal itu, Humamah lantas bertanya, "Wahai Amir, apakah engkau tidak takut dengan apa yang baru saja terjadi?"

Amir bin Abdi Qais pun menjawab, "Saya sungguh merasa malu kepada Allah SWT jika saya takut kepada selain-Nya."

Mendengar jawaban Amir bin Abdi Qais, Humamah lalu berkata, "Seandainya Allah SWT tidak mengujiku dengan perut, sehingga jika kita makan, maka kita mesti buang air, niscaya selamanya saya akan selalu rukuk dan sujud."

Dalam sehari semalam Humamah salat sebanyak 800 rakaat, tetapi senantiasa mencerca dirinya sendiri dan berkata, "Saya adalah orang yang teledor."

Kisah ahli ibadah yang mengaku teledor ini juga diceritakan dalam kitab Al-Awliya dan Hilyatu Al-Awliya.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads