Salah satu syarat sebelum melaksanakan ibadah adalah suci dari hadas, baik besar maupun kecil. Para ulama fikih menyebut ada sejumlah alat yang dapat digunakan untuk bersuci.
Bersuci dalam Islam disebut dengan taharah. Secara bahasa, taharah artinya bersih. Adapun, menurut istilah para fuqaha (ahli fikih), taharah adalah membersihkan hadas atau menghilangkan najis jasmani, seperti darah, air kencing, dan tinja.
Alat bersuci yang utama adalah air. Imam Khomeini dalam bukunya Mi'raj Ruhani: Tuntunan Shalat Ahli Ma'rifat menambahkan tanah sebagai alat utama untuk bersuci selain air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taharah menggunakan air untuk menghilangkan hadas dan najis ini merujuk pada firman Allah dalam surah Al Anfal ayat 11,
وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لِّيُطَهِّرَكُمْ بِهٖ
Artinya: "...dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu..."
Jenis-jenis Air untuk Bersuci
Air yang digunakan sebagai alat bersuci ini terbagi ke dalam empat jenis. Mengutip Buku Panduan Sholat Lengkap (Wajib & Sunah) oleh Saiful Hadi El Sutha, keempat air tersebut adalah air mutlak, air musyammas, air musta'mal, dan air mutanajjis.
1. Air Mutlak
Air mutlak adalah air murni yang tidak tercampur oleh zat apapun atau masih dalam wujud penciptaannya. Air ini disebut dengan thahirun muthahirun, yakni sesuatu yang suci lagi menyucikan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
"Air itu suci dan menyucikan, kecuali jika baunya, rasanya ataupun warnanya berubah oleh najis yang masuk kepadanya." (HR al Baihaqi).
Air mutlak terdiri dari air hujan, air sumur, air laut, air sungai, air salju, air dari mata air, dan air embun.
2. Air Musyammas
Air Musyammas adalah air murni (air mutlak) yang dipanaskan dengan matahari di atas wadah yang terbuat dari logam atau sepuan emas. Hukum menggunakan air musyammas untuk bersuci adalah makruh.
3. Air Musta'mal
Air Musta'mal adalah air yang telah digunakan untuk bersuci, meskipun ia tidak berubah warna, rasa, atau bau. Air ini tidak boleh digunakan untuk bersuci. Para ulama mazhab menyebut haram hukumnya bersuci dengan air musta'mal.
4. Air Mutanajjis
Air mutanajjis adalah air yang sudah terkena atau tercemar najis dengan volume air kurang dari dua kulah atau kurang lebih 216 liter dan tidak boleh digunakan untuk bersuci. Namun, apabila jumlahnya melebihi dua kulah dan wana, rasa, baunya tidak berubah meskipun terkena najis, maka boleh hukumnya bersuci dengan air ini.
Mengutip buku Fiqih LIma Mazhab karya Muhammad Jawad Mughniyah, air yang dapat digunakan untuk menghilangkan najis menurut kesepakatan para ulama mazhab adalah air mutlak atau air suci dan menyucikan.
Apabila tidak ada air untuk bersuci, kita boleh menggunakan alat bersuci lain yang sah menurut syara'. Salah satunya dengan tayammum atau bersuci dengan debu.
(kri/lus)