Penggunaan kata ambigu tentu tidak asing lagi dalam percakapan sehari-hari. Kata ambigu ini kerap dibahas dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Secara umum ambigu diartikan bermakna ganda. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ambigu adalah bermakna lebih dari satu. Sehingga, terkadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan dan lain sebagainya.
Ambigu juga biasa disebut dengan makna ganda atau taksa. Kemudian, Isma Tantawi dalam bukunya yang berjudul Bahasa Akademik Indonesia (Strategi Meneliti dan Menulis) menafsirkan hal yang sama sebagaimana dijelaskan di KBBI. Ada empat faktor yang mempengaruhi adanya kalimat ambigu, di antaranya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Kalimat Tanpa Konjungsi
Kalimat ambigu disebabkan karena tidak memasukkan konjungsi atau penghubung di dalamnya. Sebagai contoh, perhatikan kalimat di bawah ini:
- Ayu tidak masuk sekolah, ibunya sakit.
Kalimat tersebut memunculkan makna ambigu karena tidak menggunakan kata petunjuk tertentu. Tetapi jika diberikan kata petunjuk yang berbeda akan menimbulkan makna yang berbeda pula, contohnya seperti ini:
- Ayu tidak masuk sekolah karena ibunya sakit.
- Ayu tidak masuk sekolah sejak ibunya sakit.
- Ayu tidak masuk sekolah selama ibunya sakit.
- Ayu tidak masuk sekolah setelah ibunya sakit.
Maka dari itu, penggunaan konjungsi dinilai penting untuk menghindari adanya makna ganda atau ambigu.
2. Unsur Unsur Kalimat Menyimpang
Maksud dari unsur unsur kalimat menyimpang yaitu berkaitan erat dengan kata, frasa, klausa dan konjungsi. Contohnya sebagai berikut:
- Para pedagang menyelamatkan barang yang hangus terbakar.
Kalimat tersebut terjadi karena salah pilih kata. Mengapa? Kata hangus dapat diganti dengan kata belum, sehingga kalimat tersebut bisa bernalar.
Oleh sebab itu, kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat yang lebih baik, seperti:
- Para pedagang menyelamatkan barang yang belum terbakar.
Kalimat tersebut lebih tepat dan tidak memunculkan makna ambigu.
3. Penggunaan Kata Tidak Tepat
Kalimat menjadi ambigu karena dipengaruhi oleh kata yang tidak tepat. Sebagai contoh berikut ini:
- Panitia sudah menyediakan kamar tempat tukar pakaian.
Kalimat tersebut termasuk penggunaan kata tidak tepat. Kata tukar dan kata ganti harus diperbaiki. Maka, kalimat yang benar seharusnya:
- Panitia sudah menyediakan kamar tempat ganti pakaian.
Jika kalimat tersebut tidak diubah, akan masuk ke dalam makna ambigu.
4. Penggunaan Intonasi Tidak Sesuai
Penggunaan intonasi yang tidak sesuai juga menyebabkan kalimat menjadi ambigu. Contohnya adalah sebagai berikut:
- Anjing makan tikus mati, di dapur.
- Anjing makan tikus, mati di dapur.
Kedua kalimat di atas memang benar, namun mengandung arti yang berbeda.
Kalimat pertama berarti memiliki arti anjing makan tikus mati dan tempatnya di dapur, sedangkan kalimat kedua memiliki arti anjing makan tikus dan anjingnya mati di dapur. Kalimat ini dapat digolongkan kepada makna ambigu.
Selain mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi suatu kalimat menjadi ambigu. Adapun, contoh lain dari kalimat ambigu sebagaimana dikutip dari buku Manajemen Bahasa karya Wahyu Wibowo yaitu:
1. Mahasiswa STIE IBII yang kesohor itu belum lama ini menerima penghargaan dari pemerintah.
2. Putri dosen yang cantik itu sekarang menempuh pendidikan S2.
3. Dewi mendapat juara lomba pencak silat yang pertama di Universitas Nusantara.
Nah, itulah pengertian ambigu dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kata atau kalimat ambigu serta contoh kalimatnya. Semoga penjelasan di atas dapat membantu ya, detikers!
(kri/kri)