Budaya mengucapkan minal aidin wal faizin kerap dilakukan oleh kaum muslim di Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri. Apakah penggunaan ungkapan ini sudah tepat dan apakah makna sebenarnya?
Menurut pendapat ahli hadis al Hafiz al Maqdisi, yang disampaikan oleh Syekh al Hafiz al Mundziri, terdapat perbedaan pendapat para ulama mengenai ucapan Idul Fitri. Dia sendiri berpendapat tidak mewajibkan maupun melarangnya.
"Para ulama masih saja berbeda pandangan mengenai masalah ini (ucapan selamat). Tetapi bagi saya, ucapan selamat seperti itu mubah, bukan sunnah dan bukan pula bid'ah," ucapnya, seperti dikutip dari Syarah Fathal Qarib Ubudiyah Jilid Satu yang disusun Tim Pembukuan Mahad Al-Jamiah Al-Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syekh Ibnu Utsaimin pun pernah menjelaskan, menyampaikan ucapan Idul Fitri boleh saja dilakukan asal kalimatnya tidak mengandung dosa. Seperti dikatakan dalam buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan karya Abu Maryam Kautsar Amru, menurutnya memberi ucapan Idul Fitri juga pernah dilakukan sebagian sahabat Nabi.
Namun, para sahabat bukan menuturkan minal aidin wal faizin, melainkan kalimat lainnya. Kalimat itu diizinkan para Fuqoha, sebab diniatkan sebagai doa kebaikan,
ΨͺΩΩΩΨ¨ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩ Ω ΩΩΩΩΨ§ ΩΩΩ ΩΩΩΩΩΩ Ω ΩΩ ΨͺΩΩΩΨ¨ΩΩΩΩ ΩΨ§Ω ΩΩΨ±ΩΩΩΩ Ω ΩΩΨ£ΩΨΩΨ§ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩ ΨΉΩΩΩΩΩΩ
Bacaan latin: Taqabbalallahu minna wa minkum wa ahalahullahu 'alaik
Artinya: Semoga Allah menerima amal kami dan amal Anda dan Allah memaafkan kesalahanmu.
Makna Minal Aidin wal Faizin
Ustaz Quraish Shihab dalam buku Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, menjelaskan kalimat ini tidak punya makna yang pasti. Sebab, pengartiannya tidak bisa mengacu Al Quran atau hadis.
Walau begitu, kata Aidin bisa diartikan sebagai pelaku Idul Fitri. Sementara, minal aidin dalam kebahasaan bermakna (semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali.
Quraish Shihab mengungkapkan, "Kembali di sini adalah kembali pada fitrah yakni, asal kejadian, kesucian, atau agama yang benar."
Selanjutnya, al faizin adalah bentuk jamak kata faiz. Menurut intelektual muslim tersbeut, kata ini berarti orang yang beruntung. Maka, dia memahami wal faizin sebagai sebuah harapan serta doa agar termasuk dalam orang-orang yang mendapat ampunan serta ridho Allah SWT, sehingga bisa memperoleh kenikmatan surgaNya.
Minal aidin wal faizin bisa dikatakan adalah sebuah budaya lokal. Pemakaiannya tidak cukup populer di Arab dan tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Namun dari paparan di atas, maka sebetulnya ucapan minal aidin wal faizin tidak dilarang. Seperti diterangkan oleh Qiraish Shihab,kalimat ini adalah doa dan harapan setelah berpuasa Ramadan.
(nah/faz)