Malam lailatul qadar atau malam yang penuh kemuliaan memang seakan seperti kejutan yang datang pada seorang muslim. Sebab, tidak ada yang tahu secara pasti waktu datangnya lailatul qadar selain Allah SWT.
Hal yang pasti diyakini soal waktu kedatangan lailatul qadar yakni, lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. Tepatnya pada malam-malam ganjil sesuai dengan perintah Rasulullah SAW pada umatnya dalam hadits berikut,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan." (HR Bukhari).
Ketidakpastian waktu kedatangan lailatul qadar ini pun melahirkan sejumlah prediksi dari para ulama besar, seperti Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin maupun ulama mazhab Syafi'i.
Menurut Imam Al Ghazali, waktu jatuhnya malam lailatul qadar ada kesesuaian dengan hari pertama dimulainya Ramadan. Kemudian para ulama mazhab Syafi'i berpendapat, lailatul qadar disebut jatuh pada 21 dan 23 Ramadan.
Sebetulnya, Rasulullah SAW sendiri dulunya pernah hampir membocorkan tanggal pasti waktu kedatangan lailatul qadar pada umatnya. Namun, hal tersebut dibatalkan oleh beliau karena terjadi peristiwa tertentu.
Kisah Nabi SAW yang Batal Bocorkan Waktu Lailatul Qadar
Diceritakan dalam buku Ringkasan Shahih Bukhari oleh Muhammad Nasir al-Din Albani, pada mulanya, Rasulullah SAW hendak memberitahukan umatnya tentang waktu pasti satu malam terjadinya lailatul qadar. Tapi, hal tersebut tertunda setelah Rasulullah melihat dua umatnya tengah berselisih.
Atas izin Allah SWT, peristiwa tersebut menyebabkan hilangnya pengetahuan tentang tanggal lailatul qadar dari kaum muslim. Diceritakan Ubadah ibnush-Shamit bahwa ia berkata,
خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ ليُخْبِرَ بِليلةِ القَدْرِ، فَتَلَاحَى رَجُلاَنِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، فَقَالَ النبيُّ ﷺ: إِنِّيْ خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فتلاحَى فُلَانٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ، فَعَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوْهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
Artinya: Nabi keluar untuk memberitahukan kepada kami mengenai waktu tibanya Lailatul Qadar. Kemudian ada dua orang lelaki dari kaum muslimin yang berdebat. Beliau bersabda, "(Sesungguhnya aku) keluar untuk memberitahu kan kepadamu tentang waktu datangnya Lailatul Qadar, tiba-tiba si Fulan dan si Fulan berbantah-bantahan. Lalu, diangkatlah pengetahuan tentang waktu Lailatul Qadar itu, namun hal itu lebih baik untukmu. Maka dari itu, carilah dia (Lailatul Qadar) pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima (pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan)," (HR Bukhari).
Dalam hadits ini, yang diangkat bukanlah ketetapan lailatul qadar. Melainkan, ketepatan malam turunnya lailatul qadar dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan yang bahkan luput dari ingatan Rasulullah SAW.
Dalam riwayat hadits Muslim yang menceritakan kisah yang sama, mulanya saat itu Rasulullah SAW sedang beri'tikaf di sebuah tenda pada sepuluh malam yang kedua di bulan Ramadan. Tujuannya untuk mencari lailatul qadar.
Hingga sampailah pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, Allah SWT memperlihatkan pada Rasulullah SAW bahwa lailatul qadar turun pada malam itu. Rasulullah pun bergegas untuk mengabarkan pada umatnya terkait hal tersebut hingga beliau melihat kedua sahabatnya berselisih.
Rasulullah SAW bersabda yang dikutip dari Mukhtasar Shahih Muslim oleh Syekh M. Nashiruddin al-Albani, "Wahai manusia, sesungguhnya, lailatul qadar itu telah diperlihatkan kepadaku, lalu aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian, tetapi ada dua orang yang bercekcok mulut mengaku benar sendiri sehingga dibarengi setan. Oleh karena itu aku dibuat lupa untuk menentukannya,"
Meski hingga kini kerahasiaan waktu lailatul qadar masih milik Allah SWT, para ulama pun membahas hikmah di baliknya. Menurut Dr. Thâriq Muhammad dalam Rahasia Puasa Menurut 4 Mazhab, bila satu orang saja mengetahui waktu lailatul qadar secara pasti, ada kekhawatiran dia hanya akan giat pada satu malam itu saja dan bermalas-malasan pada malam-malam lainnya.
Di samping itu, ulama lain juga berpendapat, kerahasiaan lailatul qadar ini pada dasarnya untuk menjaga umat Islam dari perselisihan, perpecahan, dan permusuhan. Ada juga yang berpendapat, lailatul qadar masih menjadi misteri semata-mata agar umat muslim selalu giat untuk beramal saleh.
(rah/row)