Pada zaman jahiliyah sebelum Rasulullah SAW datang, derajat kemuliaan yang paling tinggi dipegang oleh kaum Quraisy. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ustaz Abdul Somad pada detikKultum detikcom, Selasa (12/04/2022).
"Level-level ini ketika Nabi Muhammad SAW datang, maka diajarkan tidak ada beda antara arab dengan non arab. Tak ada beda yang kulit putih dengan kulit hitam, semua kamu dari Adam dan Adam diciptakan dari tanah, berjalan di atas tanah dan akan mati masuk ke lubang tanah lalu dimakan cacing tanah," papar Ustaz Abdul Somad.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti".
Dari ayat tersebut dikatakan bahwa yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa, yang paling takut kepada Allah SWT. Makna takut sendiri berarti takut dalam melakukan dosa dan ingkar kepada Allah SWT.
Islam mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan antara suku, bangsa hingga warna kulit. Hal ini sebagaimana kisah Bilal bin Rabah yang merupakan hamba sahaya berkulit hitam, namun menjadi seseorang yang pertama kali mengumandangkan azan.
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan bapak kalian juga satu (yaitu Adam). Ketahuilah, tidak ada kemuliaan orang Arab atas orang Ajam (non Arab) dan tidak pula orang Ajam atas orang Arab. Begitu pula orang berkulit merah (tidaklah lebih mulia) atas yang berkulit hitam dan tidak pula yang berkulit hitam atas orang yang berkulit merah, kecuali dengan takwa." (HR. Ahmad dan Al Bazzar).
Begitulah cara Islam mengajarkan menembus suku, warna kulit dan status sosial. Kemudian hal lainnya seperti saat berpuasa.
"Walaupun kau orang kaya, walaupun kau pejabat tinggi, walaupun kau banyak harta, tapi kalau sudah sampai jam 1 atau 2 siang perutmu lapar. Sama dengan fakir miskin. Mana itu yang selama ini mengatakan status sosial saya lebih tinggi?" jelas Ustaz Abdul Somad.
Tujuan dari berpuasa yaitu menjadi orang yang bertakwa. Menanamkan rasa takut kepada Allah. Mereka yang tertanam rasa takut di hatinya, niscaya merupakan manusia yang paling mulia di sisi Allah.
"Silahkan kaya tapi kaya yang takut kepada Allah, silahkan punya kekuasaan tapi penguasa yang takut kepada Allah, silahkan menjadi anak muda tapi anak muda yang takut kepada Allah. Itulah yang membuat kualitas kita tinggi di hadapan Allah SWT," tutup Ustaz Abdul Somad.
Selengkapnya detikKultum bersama Ustaz Abdul Somad bisa Anda saksikan DI SINI.