Puasa Ramadan Mahasiswa RI di Hungaria, Butuh 30 Menit Sampai Masjid

ADVERTISEMENT

Puasa Ramadan Mahasiswa RI di Hungaria, Butuh 30 Menit Sampai Masjid

Rosmha Widiyani - detikEdu
Rabu, 13 Apr 2022 06:00 WIB
Ornamental Arabic lantern with burning candle glowing at night. Festive greeting card, invitation for Muslim holy month Ramadan Kareem.n
Ilustrasi Ramadan 2022. Foto: Getty Images/iStockphoto/Choreograph
Jakarta -

Kisah puasa Ramadan dari berbagai negara membuka fakta kehidupan muslim, termasuk di wilayah dengan jumlah penganut muslim minoritas. Ceita ini dikisahkan Agus Dwi Nugroho, seorang mahasiswa RI di Hungaria.

Saat ini, Agus memasuki tahun kedua kuliah di Hungarian University of Agriculture and Life Sciences. Dia mengambil kuliah doktoral di Doctoral School of Economic and Regional Sciences.

Agus bersama istri dan tiga anaknya tinggal di Budapest, yang merupakan ibu kota Hungaria. Kehidupan muslim di Indonesia dan negara yang terletak di benua Eropa tersebut sangat berbeda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah puasa Ramadan mahasiswa RI di Hungaria.Kisah puasa Ramadan mahasiswa RI di Hungaria. Foto: Dok Agus Dwi Nugroho.

Salah satunya adalah jarak masjid yang sangat jauh dengan rumahnya. Agus mengatakan, dia perlu waktu 20-25 menit dengan kendaraan umum menuju masjid. Waktu yang lebih lama diperlukan jika ingin ke masjid saat subuh.

"Kadang saat pagi (salat subuh) butuh waktu 30-35 menit dengan berjalan kaki, karena transportasi umum belum beroperasi. Padahal jarak antara rumah dengan masjid di Indonesia relatif sangat dekat, hanya 5 menit dengan motor," kata Agus pada detikEdu.

ADVERTISEMENT

Perbedaan lain adalah durasi puasa yang lebih panjang. Puasa Ramadan 2022 di Hungaria bisa berlangsung 16-17 jam, sedangkan di Indonesia sekitar 13 jam. Para muslim juga harus berhadapan dengan cuaca yang cepat berubah.

"Pelaksanaan puasa tahun ini dan tahun lalu antara musim semi dan panas sehingga cuaca dapat berubah sangat cepat, kadang 1-2 hari dingin namun di hari lain sangat panas sehingga harus menjada ketahanan fisik," kata Agus.

Ramadan di Hungaria juga tidak membuat kehidupan berbeda, atau terasa lebih religius seperti di Indonesia. Agus bekerja seperti biasa, sama dengan anak-anaknya yang tetap sekolah tanpa ada libur atau keringanan.

Kendati begitu, Agus dan keluarga tetap khusyuk melaksanakan puasa Ramadan. Agus memilih banyak membaca Al Quran dan melaksanakan ibadah lain saat puasa. Dia juga fokus pada kegiatan akademik.

"Terutama menulis naskah di jurnal ilmiah, sehingga durasi waktu puasa yang panjang tidak terasa. Selain itu, wajib menjaga kesehatan fisik dengan minum vitamin, menjaga pola tidur, banyak makan buah dan sayur ketika sahur serta buka puasa," kata alumni UGM ini.

Agus dan keluarganya sangat bersyukur bisa melaksanakan puasa Ramadan di tanah rantau. Penduduk Hungaria sangat toleran dengan muslim dan kehidupannya, misal selalu ada polisi yang bertugas menjaga pelaksanaan salat tarawih di masjid.

Bahkan saat masih tinggal di asrama pada 2021, selalu ada pengecekan dari badan nasional Hungaria. Pemeriksaan tersebut untuk mengetahui jika ada tindakan rasis terhadap mahasiswa muslim.




(row/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads