Anjing merupakan hewan peliharaan yang setia terhadap pemiliknya. Ternyata menurut penelitian terbaru, anjing dapat mengetahui jika pemiliknya berbohong.
Penelitian itu juga menyebutkan anjing juga mengetahui ketika manusia hanya berpura-pura kepada mereka. Para peneliti menemukan jika anjing bereaksi berbeda terhadap informasi palsu yang diberikan manusia kepada mereka.
Selain itu anjing juga akan bersikap berbeda setelah manusia berbohong kepada mereka. Temuan juga menunjukkan jika anjing memiliki teori pikiran yang biasa digunakan oleh anjing untuk menjelaskan apa yang sedang dilakukan oleh pemiliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemampuan anjing seperti ini biasanya berkembang ketika mereka berusia empat tahun.
"Walaupun para pemilik anjing berpikir anjing mereka dapat memahami tuannya, kemampuan bernalar anjing yang berkaitan dengan keadaan mental pemilik belum pernah ditunjukkan secara ilmiah kepada anjing," ujar kepala unit Kognisi Komparatif di Messerli Research Institute di Wina, Ludwig Huber yang dilansir dari laman LiveScience.
Penelitian untuk Mengetahui Kemampuan Anjing Mendeteksi Kebohongan
Peneliti dari Messerli Research Institute Lucrezia Lonardo dan Ludwig Huber melakukan penelitian terhadap 260 anjing dari beragam usia untuk mengetahui kemampuan anjing dalam mendeteksi kebohongan.
Dalam penelitian ini, anjing ditunjukkan dua ember yang berisi makanan. Lalu seorang peneliti menyembunyikan makanan ke dalam suatu wadah. Namun setelah setengah jalan penelitian, peneliti itu memindahkan makanan ke wadah kedua sebelum meninggalkan ruangan.
Sementara itu, orang yang bertugas sebagai komunikator akan mengawasi gerakan peneliti yang menyembunyikan makanan dan memberitahukan para anjing di mana makanan yang disembunyikan tersebut berdasarkan apa yang dilihatnya.
Selama fase pertama, para anjing tidak melihat di mana makanan tersebut disembunyikan namun para komunikator mengatakan hal yang sebenarnya terjadi kepada anjing tersebut. Para komunikator juga berjongkok ke ember dengan makanan untuk mengambilnya, bergantian tatapan antara ember, dan berkata "Lihat, ini bagus, ini sangat bagus."
Pada fase kedua peneliti menguji kemampuan anjing dalam memilih yang dipengaruhi oleh perilaku komunikator. Dalam satu tes, komunikator meninggalkan ruangan setelah penyembunyi memasukkan makanan ke dalam ember pertama.
Lalu setelah komunikator meninggalkan ruangan, penyembunyi akan memindahkan makanan ke ember lain. Dalam tes lain, komunikator hadir ketika penyembunyi memindahkan makanan dari wadah pertama ke wadah berikutnya.
Dari kedua tes itu, komunikator menyuruh anjing untuk makan dari ember pertama dengan melihat ember itu dan mengatakan jika itu enak.
Hasil Penelitian
Mayoritas anjing memilih ember dengan makanan di dalamnya. Namun peneliti menemukan lebih banyak anjing yang memilih ember yang ditunjukkan komunikator jika komunikator tidak ada di ruangan saat penyembunyi mengganti lokasi makanan.
"Anjing menolak untuk mengikuti komunikator yang mengetahui letak makanan (padahal ia tidak mengetahui letak makananannya) tetapi masih menunjukkan wadah kosong. Kami rasa anjing mengerti kalau kita sedang mensugestikan mereka. Para anjing juga menganggap saran yang salah dari komunikator sebagai sebuah kesalahan," ujar Huber.
Para peneliti berharap akan menemukan pola lain dari para anjing tersebut. Namun masih belum jelas mengapa banyak anjing yang mengikuti komunikator daripada memercayai mata mereka sendiri.
"Pada tes pertama komunikator selalu memberi tahu anjing kebenaran tentang di mana makanan itu disembunyikan, sehingga mereka bisa membangun hubungan kepercayaan dengannya," ujar Huber.
Menariknya dalam penelitian tersebut, salah satu ras yaitu terrier lebih sering mengabaikan saran komunikator yang salah daripada menyesatkan komunikator yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui reaksi ras anjing apa yang berbeda secara tepat terhadap niat manusia yang berbeda," kata Leonardo.
(atj/nwy)