Ragam Versi Sejarah Inisiator Serangan Umum 1 Maret 1949

ADVERTISEMENT

Ragam Versi Sejarah Inisiator Serangan Umum 1 Maret 1949

Tim detikcom - detikEdu
Senin, 07 Mar 2022 18:00 WIB
Aksi teatrikal peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, (3/3/2019)
Aksi teatrikal peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang digelar pada 2019 lalu . (Foto: Usman Hadi/detikcom)

Kesaksian Letkol dr. Wiliater Hutagalung

Menurut kesaksian Letkol dr. Wiliater Hutagalung, serangan khusus terhadap Yogyakarta baru diputuskan tanggal 18 Februari 1949 dalam rapat Divisi III di lereng Gunung Sumbing yang dipimpin Kolonel Bambang Sugeng.

Hal ini diungkapkan putra Wiliater, Batara Richard Hutagalung dalam keterangannya pada detikEdu. Batara bilang, "Sebelumnya, belum ditetapkan kota mana yang akan diserang. Namun, Panglima Besar Jenderal Soedirman sudah mengeluarkan perintah serangan besar-besaran untuk memperkuat delegasi Indonesia di DK PBB."

Saat itu , Letkol dr Wiliater adalah perwira teritorial di Jawa Tengah dan tim dokter Jenderal Soedirman. Adapun menurut A.H. Nasution dalam bukunya menyebut Wiliater adalah penasihat Gubernur Militer Kolonel Bambang Sugeng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rencana menyusun serangan itu, menurut Batara merupakan buntut dari Agresi Militer II Belanda. Tanggal 28 Januari 1949 DK PBB mengeluarkan resolusi yang isinya menyerukan Belanda menghentikan aksi militer dan melepaskan tanpa syarat pemimpin republik untuk maju ke meja perundingan yang difasilitasi PBB.

DK PBB juga mengumumkan sidang selanjutnya akan digelar pada 10 Maret 1949. "Belanda menolak resolusi itu dengan menyatakan Republik Indonesia dan pendukung bersenjatanya sudah tidak ada," ujar Batara.

ADVERTISEMENT

Menurut Batara, prajurit TNI yang sedang bergerilya di gunung-gunung termasuk Soedirman pun bisa mengetahui situasi tersebut lewat radio gelap. "Otomatis perintah komandan yakni memberi perintah serangan sebelum 10 Maret untuk menunjukkan kita masih ada," ujarnya.

Sekitar akhir Januari atau awal Februari 1949, Soedirman mengadakan rapat dadakan di dekat Pacitan. Wiliater turut hadir dalam rapat tersebut. Soedirman meminta Letkol Wiliater turut membantu menyusun strategi penyerangan.

Wiliater kemudian kembali ke markas Divisi III di lereng gunung Sumbing untuk membawa pesan Panglima Besar. Kolonel Bambang akhirnya menggelar rapat yang juga dihadiri oleh Komandan Wehrkreise II Letnan Kolonel Sarbini.

"Tanggal 18 Februari diadakan rapat di Markas Divisi III di bawah komando Bambang Sugeng. Disampaikan gagasan dari Wiliater untuk menyerang satu kota dengan serangan spektakuler. Kolonel Bambang bersikeras yang harus diserang itu Yogyakarta. Itu baru diputuskan siangnya," ujar Batara.

Setelah pertemuan, Kolonel Bambang Sugeng bergegas menuju Banaran, markas Kolonel TB Simatupang. Di Banaran, hari itu juga pukul 20.00, Kolonel Bambang Sugeng mengeluarkan Instruksi Rahasia pada Komandan Wehrkreise I Letnan Kolonel M. Bachrun.

Wilayah Letkol Bachrun meliputi Karesidenan Pekalongan, Banyumas, dan Wonosobo dengan markas di Desa Makam.

Isinya berbunyi: "Berkenaan dengan Instruksi Rahasia yang diberikan pada Cdt. Daerah III Let.Koln. Soeharto untuk mengadakan gerakan serangan besar-besaran terhadap Ibukota yang akan dilakukan antara tanggal 25/II/1949 s/d. 1/III/1949 dengan menggunakan bantuan pasukan dari Brigade IX.

Dengan ini diperintahkan kepada Commandant Daerah I untuk pada waktu yang bersamaan dengan tanggal tersebut di atas mengadakan serangan-serangan serentak terhadap salah satu objek musuk di daerah I untuk mengikat perhatian musuh dan mencegah bala bantuan untuk Yogyakarta."

Setelah menginap semalam di Banaran, Kolonel Bambang Sugeng dua kali bertemu dengan Letkol Soeharto. "Karena takut bocor, maka diputuskan perintah yang sangat penting harus disampaikan langsung oleh komandan pada bawahan langsung," ujar Batara.

Pertemuan pertama itu dilakukan di Brosot pada 19 Februari 1949 di sebuah gubuk di tengah sawah yang dihadiri Kolonel Bambang Sugeng, Letkol dr. Wiliater Hutagalung bersama ajudannya Letnan Amron Tanjung, Letkol Soeharto bersama ajudannya.

"Disampaikan perintah langsung pada Letkol Soeharto untuk mempersiapkan penyerangan terhadap Yogyakarta, karena daerah tersebut berada di bawah Wehrkreise III," ujar Batara.

Batara melanjutkan, "Kalau misalnya komandannya Sarbini, ya Sarbini yang dapat perintah. Jadi kalau ditanya mengapa Soeharto yang menyerang? Ya karena dia komandan Wehrkreise III. Simpel."

Beberapa hari kemudian Kolonel Sugeng dan Letkol Soeharto bertemu lagi di Panjatan. Dalam pertemuan itu, kata Batara, Soeharto melaporkan segala sesuatu terkait persiapan pelaksanaan serangan umum.

Ujungnya pada 1 Maret 1949 meletuslah peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang menggemparkan dunia internasional. Menurut Batara semua pihak punya peran dalam peristiwa tersebut. "Soedirman punya peran, Bambang Sugeng punya peran, Sarbini, Bachrun, Soeharto punya peran,' ujarnya.

Begitu juga dengan Sultan Hamengku Buwono IX sebagai penguasa sipil di daerah tersebut. Selain itu pendukung lain termasuk tenaga medis, dan yang menyedikan logistik pun berperan.

"Jadi menurut saya Keppres tersebut sebaiknya tidak menyebutkan satu nama pun untuk menjaga netralitas," ujar Batara.



Simak Video "Video Fadli Zon: Soeharto Sangat Layak Diberi Gelar Pahlawan Nasional"
[Gambas:Video 20detik]

(pal/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads