Peradaban Romawi Kuno diperkirakan sudah berdiri sejak 3.000 tahun yang lalu. Republik kuno ini diisi oleh kelompok masyarakat patrician (ningrat), plebian (jelata), dan budak yang semula tidak diberi status kewarganegaraan Romawi. Seperti apa rasanya hidup di zaman Romawi kuno?
Kota kosmopolitan Roma di peradaban Romawi kuno merupakan tempat bernaung orang Yunani, Suriah, Yahudi, Afrika Utara, Spanyol, Galia, dan Inggris. Seperti orang modern, warga Romawi kuno rata-rata bangun setiap pagi untuk bekerja, bersantai, dan makan.
Di samping kerja dan tidur, kehidupan sehari-hari di Roma saat itu bergantung pada status ekonomi seseorang. Contoh, orang kaya bisa mandi air panas, makan malam, dan memastikan anaknya belajar di hari itu dengan tenaga budak yang akan memanaskan air, memasak, dan mengajar, seperti dikutip dari World History Encyclopaedia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, orang miskin tidak punya akses ke pendidikan, tinggal di rumah petak kumuh, dan kadang-kadang hidup dari sumbangan kota.
Kehidupan di Zaman Romawi Kuno
Hak Kepala Keluarga
Keluarga di zaman Romawi kuno berpusat sepenuhnya pada konsep paterfamilias, yaitu kepala rumah tangga adalah laki-laki. Kepala rumah tangga memiliki kuasa hidup dan mati atas semua anggota keluarga, bahkan di keluarga besar.
Contoh, kepala rumah tangga di zaman ini bisa menolak kehadiran anak yang mempertanyakan kebijakannya, anak perempuan yang dianggap terlalu banyak, anak difabel, atau siapapun yang tidak ia inginkan di keluarga. Kepala keluarga saat itu juga berhak menjual anak-anaknya sebagai budak.
Seiring waktu, penerapan kekuasaan ekstrem yang disebut patria potestas ini berkurang di tengah masyarakat.
Hak Istri di Rumah
Istri di zaman Romawi kuno semula dilarang keluar dari area rumah. Saat itu, istri bertugas menjalankan rumah tangga dan mengawasi pendidikan anak-anak sampai seorang tutor dapat ditemukan.
Pada akhir periode Republik, seorang istri Romawi kuno sudah dapat duduk bersama suaminya saat makan malam, pergi ke pemandian meskipun tidak pada waktu yang sama dengan laki-laki, menghadiri teater, dan mengikuti permainan.
Kelak, perempuan Romawi kuno juga dapat bekerja sebagai pembuat roti, apoteker, dan penjaga toko. Seiring waktu, hak-hak perempuan secara hukum meningkat, seperti dapat mengajukan perceraian.
Jarang Makan Daging
Seperti masyarakat modern, makanan orang Romawi kuno berbeda-beda berdasarkan status ekonominya. Orang miskin dan tunawisma saat itu makan olahan gandum dari jatah gandum bulanan, sereal, bubur berbau yang rendah gizi, dan minum air dari air mancur umum.
Rakyat menengah ke bawah Romawi kuno umumnya makan berat di sore hari, sekitar pukul 4-6 sore. Sementara itu, makan pagi dan siang diisi makan ringan seperti roti.
Kaum menengah makan olahan sereal, roti, sayuran, minyak zaitun, dan minum anggur. Tidak seperti olahan Italia saat ini, orang Romawi kuno tidak makan kentang, tomat, jagung, paprika, nasi, gula, jeruk, aprikot, atau persik.
Daging dianggap terlalu mahal, meskipun kadang-kadang orang menengah ke bawah bisa makan daging sisa persembahan. Saat itu, orang Romawi kuno hanya menggunakan organ dalam hewan sebagai persembahan pada dewa.
Karena belum ada lemari pendingin, orang Romawi kuno umumnya belanja setiap hari di toko kecil, gerobak, dan di bazar kota. Sementara itu, orang kaya bisa menikmati makanan dengan rempah-rempah impor sambil berbaring di atas bantal dan dilayani budak.
Work-Life Balance Romawi Kuno
Orang kaya di zaman Romawi kuno berbisnis hanya di pagi hari dan selebihnya mencari hiburan Sementara itu, masyarakat menengah umumnya kerja enam jam sehari dari terbit fajar sampai siang hari.
Beberapa toko kembali buka pada sore hari. Tetapi, sore hari umumnya adalah waktu luang yang kerap diisi orang Romawi kuno dengan menonton kompetisi gladiator, balapan kereta, gulat, teater, atau pergi mandi air panas ke pemandian umum.
Hiburan tersebut dapat dinikmati orang miskin saat itu. Kendati mengalami krisis, orang Romawi kuno tetap senang mengikuti pertandingan dan makan roti. Di sore hari, orang-orang banyak berkumpul di arena olahraga, amphiteater, pemandian kota, dan basilika seperti Circus Maximus, arena olahraga Colosseum, dan Teater Pompeii.
Selama masa Kaisar Claudius, ada 159 hari libur berbisnis di kalender mereka yang tidak mengenal akhir pekan. Namun, Kaisar Marcus Aurelius yang menganggap kebijakan tersebut terlalu ekstrem kelak memutuskan harus ada setidaknya 230 hari bisnis selama satu tahun.
Arsitek sampai Guru
Sebagian besar orang Romawi kuno bekerja di berbagai sektor perdagangan, mulai dari makanan hingga kayu. Sementara itu, budak berprofesi sebagai pekerja kasar, guru, dokter, ahli bedah, dan arsitek. Adapun orang miskin melayani orang kaya sebagai penata rambut, bidan, dan penjahit.
Nah, itu dia gambaran bagaimana rasanya hidup di zaman Romawi kuno. Apakah detikers tertarik dengan gaya hidup orang Romawi kuno?
(twu/lus)