Lumba-lumba memiliki cara berkomunikasi yang unik biasanya melalui siulan yang khas. Siulan khas pada tiap lumba-lumba hampir tidak berubah sepanjang hidup mereka.
Namun ada temuan baru yang mengungkapkan lumba-lumba juga memvariasikan volume suara mereka.
"Ini sepertinya sangat mirip dengan jenis komunikasi non-kata yang manusia gunakan, yaitu dengan memberi penekanan pada area tertentu atau bagaimana kita mengurutkan dan memudar sehingga kita tahu kapan giliran satu sama lain untuk berbicara," ujar peneliti National Marine Mammal Foundation Brittany Jones pada laman New Science.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari penelitian tersebut ditemukan jika lumba-lumba akan menggunakan frekuensinya sebagai identitas dan saling berkomunikasi satu sama lain.
Para ilmuwan telah mempelajari frekuensi peluit yang khas pada lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) selama hampir 60 tahun. Kesulitan yang lain juga ditemukan saat peneliti mencoba menangkap perbedaan amplitudo pada lumba-lumba. Hal tersebut dikarenakan lumba-lumba bergerak ke arah yang berbeda.
Jones mengatakan saat ini timnya menggunakan mikrofon bawah air atau hidrofon. Itu juga digunakan bersamaan dengan peralatan analisis suara yang lebih canggih dan lingkungan perekaman yang lebih terkontrol.
Teknologi dapat mempelajari amplitudo peluit lumba-lumba dengan akurasi yang lebih tinggi.
Jones mengatakan jika timnya menggunakan teknologi untuk merekam 50 siulan khas dari delapan lumba-lumba di San Diego.
Sama dengan penelitian sebelumnya, semua lumba-lumba memiliki pola frekuensi yang sangat teratur dalam siulan khas mereka. Namun pola volume lumba-lumba berubah drastis tiap siulan.
Ada kecenderungan umum bagi lumba-lumba untuk meningkatkan volume ketika mereka bersiul pada frekuensi yang lebih rendah.
Selain hal tersebut, tidak ada pola amplitude yang jelas tiap lumba-lumba. Di tiap siulan, lumba-luma akan membuat beberapa perbedaan perbedaan, ada yang lebih keras dan lebih lembut.
Jones mengaku terkejut dengan perbedaan variasi tersebut.
"Tapi kemudian saya berpikir, yah, jika siulan khas begitu konstan sepanjang waktu, itu membuat sulit untuk mengomunikasikan hal-hal yang berbeda, seperti mengucapkan kata yang sama berulang-ulang," kata Jones.
"Jadi mungkin ini adalah jalan baru yang memungkinkan lumba-lumba mengkodekan informasi tambahan," ujar Jones.
Jones mengatakan saat ini kita hanya dapat membayangkan arti pola volume bagi lumba-lumba lain.
(atj/pal)