Kabar ular masuk rumah dan ditemukan di lingkungan kampus kerap jadi berita yang menakutkan bagi warga, terutama yang takut dengan reptil ini. Ular juga kerap tampak oleh warga saat musim hujan, sehingga orang yang berburu ular untuk obat hingga pengobatan bisa panen ular lebih banyak. Tapi, apa betul ada lebih banyak ular saat musim hujan?
Peneliti Safari Park Biodiversity Reserve Jeffrey Lemma menuturkan, ia memang sempat kesulitan untuk mencari tahu populasi ular saat musim kemarau ketimbang saat musim hujan.
Jeffrey mencontohkan, iklim kering di San Diego, AS membuat reptil seperti ular dan hewan-hewan lainnya harus berpandai-pandai menjaga kadar hidrasi tubuh bila tidak mau mati kehausan, seperti dikutip dari laman San Diego Zoo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di banding kebanyakan hewan lain, kata Jeffrey, ular lebih mampu bertahan tanpa makan dan minum untuk waktu yang lama. Tetapi, agar bisa bertahan di udara dan iklim kering, ular dan reptil lainnya akan cenderung jadi tidak aktif dan bersembunyi jauh di bawah tanah yang dingin dan lembab.
Iklim kering juga membuat mamalia kecil dan mangsa ular lainnya bersembunyi untuk bertahan hidup, terlebih jika kemarau terjadi lebih dari satu tahun. Saat kemarau, sambungnya, populasi mangsa ular kerap berkurang. Karena itu, ular bertahan di bawah tanah yang lembab untuk menjaga tingkat hidrasi dan energi.
Saat musim hujan, ular lebih aktif ketimbang saat musim kemarau. Jeffrey menjelaskan, ular akan cenderung beraktivitas di permukaan tanah untuk mencari makanan dan kawin, sambil menjaga hidrasi.
Makin banyak makanan yang ditemukan, maka ular akan makin aktif, tumbuh, dan bereproduksi. Tetapi, ular juga butuh waktu untuk membangun dan menyimpan energi. Karena itu juga, populasi mamalia kecil tidak serta-merta meningkat saat musim hujan datang setelah kemarau.
Jeffrey menuturkan, tumbuhan juga butuh satu periode musim untuk pulih. Hal ini juga menunda cukupnya makanan untuk mamalia agar dapat berkembang biak dalam jumlah banyak. Dampaknya, populasi ular juga tidak akan meningkat, setidaknya untuk satu tahun. Lantas, kenapa ular disebut-sebut jadi lebih banyak saat musim hujan?
Apa Betul di Musim Hujan Lebih Banyak Ular?
Tampak di Permukaan Tanah
Pada musim hujan, permukaan tanah menjadi lembab dan vegetasinya subur. Jeffrey mengatakan, kondisi ini mendorong ular lebih mendekat ke permukaan tanah ketimbang di musim kemarau.
Ia mencontohkan, reptil di San Diego biasanya berkembang biak pada bulan April-Juni. Pada bulan ini, ular akan cenderung bergerak mencari pasangan. Spesies mangsa pun juga aktif di musim hujan. Karena itu, ular akan berburu untuk makan dan menghimpun energi agar bisa berkembang biak.
Muncul Pagi dan Siang hari
Pada suhu menengah, ular bisa aktif sepanjang hari. Tetapi, karena permukaan tanah akan menjadi lebih panas seiring matahari naik ke kepala, ular akan lebih aktif di pagi dan siang hari saja. Alhasil, waktu aktif ular di permukaan tanah jadi bersamaan dengan waktu orang beraktivitas. Dengan demikian, ular jadi lebih sering tampak oleh manusia.
Sementara di bulan Juli dan Agustus, saat musim panas sedang terik-teriknya, banyak ular menjadi hewan nokturnal atau aktif di malam hari. Beberapa di antaranya tetap mendinginkan tubuh di bawah tanah dan tidak aktif.
Musim Kelahiran Bayi Ular
Bayi ular biasanya menetas atau lahir (ular derik dan ular garter bisa melahirkan) di akhir musim panas dan awal musim gugur. Waktu menetas dan kelahiran ini menyebabkan orang lebih cenderung menemukan ular di musim gugur atau musim yang banyak hujan.
Nah, jadi anggapan banyak ular saat musim hujan tidak sepenuhnya benar ya, detikers. Peneliti mendapati, ternyata cenderung lebih tampak di permukaan tanah saja oleh manusia saat musim hujan karena udara dan tanah lebih lembab dan lebih banyak mangsa beraktivitas di luar persembunyian.
Jika kamu menemukan ular, Jeffrey menyarankan, jangan mendekat dan mencoba menangkapnya agar tidak digigit. Cari bantuan untuk menempatkannya ke habitatnya, sehingga ekosistemnya tetap terjaga. Tetapi berhati-hati ya, detikers!
(twu/lus)