5 Pertanyaan yang Tak Bakal Ditanyakan Orang Ber-EQ Tinggi

ADVERTISEMENT

5 Pertanyaan yang Tak Bakal Ditanyakan Orang Ber-EQ Tinggi

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 26 Nov 2021 15:30 WIB
ilustrasi ngobrol
Lima pertanyaan di bawah ini tidak ditanyakan orang dengan kecerdasan emosional tinggi. Apa saja? Foto: Thinkstock
Jakarta -

Waktu libur hari besar dan reuni menjadi salah satu ajang berkumpul dengan teman lama, alumni satu sekolah, saudara jauh, tetangga, dan kerabat. Periode liburan tersebut rupanya dapat menyebabkan stres.

Psikolog klinis Marina Harris Ph.D menuturkan, hal ini disebabkan karena di samping saling bertukar kabar terbaru, sejumlah kerabat terkadang bertanya hal-hal yang apa yang sudah kita capai dan tidak capai setahun terakhir, seperti dilansir dari laman Psychology Today.

Ia menuturkan, orang dengan kecerdasan emosional tinggi atau EQ mengerti bagaimana komentar dan pertanyaan mereka dapat berdampak bagi orang lain. Untuk itu, mereka cenderung tidak menanyakan hal-hal yang merusak hubungan baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Marina menjelaskan, orang dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung lebih bertanya soal hobi, hubungan pada umumnya, proyek hobi yang sedang dikerjakan, respons terkait isu yang diikuti, serta memuji karakteristik internal yang dimiliki lawan bicaranya.

Sementara itu, orang dengan kecerdasan emosional rendah cenderung tidak sadar bagaimana ia dapat berdampak buruk bagi orang lain, sehingga membuat suasana liburan jadi tidak nyaman.

ADVERTISEMENT

Marina mengatakan, orang dengan kecerdasan emosional rendah cenderung menanyakan hal-hal yang bersifat 'mengorek', menyerang, dan tidak bermanfaat. Alih-alih membangun hubungan baik, pertanyaan mereka membuat orang tidak nyaman dan jadi self-conscious.

Berikut lima pertanyaan yang tidak ditanyakan orang dengan kecerdasan emosional tinggi dan alternatif pertanyaan yang bisa diajukan.

Pertanyaan yang Tidak Diajukan Orang dengan Kecerdasan Emosional Tinggi

1. Kapan Kamu akan Dapat Kerja yang Mapan?

Pertanyaan ini mengandung banyak penghakiman. Dengan menanyakannya, penanya mengesankan bahwa orang yang ditanya tidak punya kerja yang benar atau yang mapan (settled), sehingga seharusnya merasa tidak baik-baik saja dengan pekerjaannya saat ini.

Mengucapkan pertanyaan ini juga mengesankan bahwa si penanya hanya menilai sebuah pekerjaan layak dikejar hanya karena gaji atau statusnya. Tidak heran, pertanyaan ini akan membuat yang ditanya menjauh.

Alih-alih mengajukan pertanyaan tersebut, kamu bisa mencoba bertanya "Apa proyek yang sedang kamu kerjakan sekarang?", "Apa isu yang sedang diusung di pekerjaan kamu sekarang?" atau "Gimana load kerjaan sekarang? Lingkungannya nyaman, enggak?"

Kamu juga bisa menanyakan dengan cara senada yang menunjukkan ketulusan kamu peduli dengan kabar dan kehidupan orang yang ditanya. Pertanyaan sejenis juga menunjukkan bahwa oke-oke saja untuk bekerja di bidangnya sekarang, sambil menyiratkan bahwa kamu peduli dengan isu yang mereka gagas, mimpi, dan passion-nya. Jika mereka bahagia dengan pekerjaannya saat ini dan tidak mengejar kerja sambilan, kita bisa belajar tulus berbahagia untuk mereka.

2. Kapan Punya Anak?

Orang dengan kecerdasan emosional rendah tidak mengerti bahwa setiap orang punya kondisi dan cara hidup yang berbeda-beda. Karena itu, mereka menanyakan pertanyaan yang berasumsi bahwa semua orang punya alur hidup, tujuan, dan ide yang sama. Di berbagai situasi pertemuan dan reuni terkadang muncul pertanyaan ini.

Sejumlah pasangan, perempuan, dan orang-orang tidak ingin punya anak. Ada juga yang berjuang dengan kondisi fertilitas, kesehatan, dan kondisi lain yang mempengaruhi prospek untuk memiliki anak. Sejumlah pasangan lainnya bisa jadi masih menimbang-nimbang. Terlepas dari itu, apakah kamu akan memiliki anak atau tidak bukanlah urusan orang lain.

Perlu digarisbawahi, jika seseorang menceritakan sendiri kondisinya terkait memiliki anak, maka kamu dapat menunjukkan kepedulian dan melanjutkan pertanyaan. Namun jika tidak, jangan bertanya.

3. Kamu Kurusan, Ya? / Kamu Gendutan, Ya?

Pertanyaan "kamu kurusan" atau "kamu gendutan" menunjukkan kurangnya kesadaran. Biasanya, orang yang mempertanyakan hal ini merasa dirinya memberikan pujian atau menunjukkan dirinya memerhatikan. Di sisi lain, pertanyaan terkait penampilan rupanya dapat menganggu harga diri atau self esteem.

Berbagai faktor dapat memengaruhi perubahan berat badan seseorang. Beberapa orang bisa jadi berhasil berdiet, namun lebih banyak yang turun atau naik berat badan secara alami, sedang mengalami kondisi kesehatan fisik dan mental tertentu, sedang suka berolahraga, sedang menaikkan massa otot, sedang berusaha pulih dari gangguan makan, atau sedang mengalami depresi sehingga enggan makan.

Karena tidak semua penyebab perubahan berat badan tersebut membahagiakan, maka memuji naik atau turun berat badan seseorang justru malah menyakiti atau tidak berempati pada kondisi yang mereka alami. Di samping itu, bisa jadi berat badan seseorang tidak berubah, namun hanya terlihat berbeda karena kondisi hidrasi, masalah pencernaan, atau begah.

Pertanyaan yang lebih berusaha untuk fokus pada karakteristik internal ketimbang fisik bisa menunjukkan bahwa kamu memedulikannya, terlepas dari berat badannya. Contohnya seperti memuji optimismenya, kebaikannya, dan selera humornya.

4. Kenapa Masih Nggak Pacaran? / Kenapa Belum Menikah?

Orang dengan kecerdasan emosional tinggi tidak bertanya hal-hal yang diawali dengan "Kenapa kamu enggak.." Pertanyaan-pertanyaan tersebut menyiratkan bahwa yang ditanya sedang di posisi yang tidak seharusnya, sehingga respons pertama mereka adalah menjadi defensif.

Seperti mempertimbangkan lagi pertanyaan soal memiliki anak, penanya soal pacaran dan menikah ini juga perlu mengingat bahwa setiap orang punya kondisi, preferensi, dan alur hidup masing-masing. Karena itu, berasumsi bahwa semua orang mau menikah dan siap untuk menikah merupakan sikap yang egosentris.

Jika ingin peduli apakah orang yang ditanya memiliki support system yang nyaman, maka kamu bisa bertanya "Bagaimana teman-temanmu sekarang?" atau "Sekarang kegiatannya apa? Sama siapa?" Perlu diingat, support system tidak hanya terbangun dari hubungan romantis.

5. Berapa Gajimu Sekarang?

Uang umumnya merupakan hal yang sensitif untuk dibahas. Untuk itu, pertanyaan yang lugas tentang penghasilan seperti ini kerap membuat suasana jadi canggung dan tidak nyaman bagi orang yang ditanya. Di samping itu, seberapa besar gaji yang kamu dapat bukanlah urusan orang lain.

Ketimbang menanyakan gaji seseorang, kamu bisa menanyakan "gimana pekerjaan sekarang?" atau "Ada posisi atau proyek yang kamu pengen kejar enggak selain kerjaan sekarang?"

Jika orang yang ditanya merasa nyaman, kamu bisa membahas soal jenjang promosi dan kegiatan pengembangan yang bisa diambil di kantor atau di luar kantor.

Nah, menanyakan alternatif pertanyaan yang nyaman bagi lawan bicara menurut Marina juga mengasah kecerdasan emosional. Gimana detikers, mau coba?




(twu/pay)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads