Penulis, pegiat literasi, dan konsultan komunikasi Maman Suherman menyebut siswa zaman sekarang memiliki dwi kewarganegaraan. Hal tersebut pun memiliki risiko. Apa maksudnya?
"Murid-murid pembelajaran kita adalah orang yang begitu lahir punya dua kewarganegaraan. Warga negara Indonesia sekaligus warganet," ujar Maman dalam program virtual Kuliah Umum PembaTIK Level 4: Berbagi dan Berkolaborasi Belajar Bersama di Portal Rumah Belajar pada Kamis (11/11/2021).
Program PembaTIK Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang berlangsung sejak 15 April 2021 itu sendiri telah rampung pada November 2021. Ada 80 ribu guru terpilih yang diharapkan dapat menjadi penggerak komunitas-komunitas guru di wilayahnya dalam pendayagunaan pembelajaran berbasis TIK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada para guru PembaTIK tersebut, Maman menyebutkan anak-anak berumur 2-3 tahun zaman sekarang sudah dapat memegang gadget secara borderless atau tanpa batas. Apa yang dia maksud sebagai borderless adalah dapatnya melihat seluruh dunia hanya melalui gadget. Maman membandingkan fenomena ini dengan dirinya yang ketika lahir memiliki kewarganegaraan tunggal, yakni Indonesia.
Kendati begitu, Maman mengungkapkan sejumlah bahaya atau risiko yang bisa memberi dampak para siswa dwi kewarganegaraan tersebut.
3 Bahaya 'Dwi Kewarganegaraan' Siswa RI
Maman memaparkan siswa Indonesia memiliki sejumlah risiko sebagai penduduk asli dunia digital, di antaranya:
1. Fear of Missing Out (FOMO)
Dalam hal ini, Maman mencontohkan ketakutan seseorang ketika tidak terkoneksi dengan orang lain atau tidak ada yang memberikan tanda like dalam unggahannya.
"Sehingga apa yang terjadi? Mereka berusaha untuk tidak biasa-biasa saja. Untuk mencuri perhatian orang sehingga kadang-kadang kebablasan," paparnya.
2. Big Data dan Artificial Intelligence
"Sadar (atau) tidak sadar kita menggantungkan pada ada apa hari ini," kata Maman. Dia menyebutkan, siswa-siswa saat ini mungkin saja tidak lagi menggantungkan bukan pada kebenaran, namun pada ada apa hari ini.
3. Berusaha Melihat Insight Akun Media Sosial
"Anak-anak kita kalau punya akun, dia pasti berusaha melihat insight dari akun tersebut."
Pasalnya, para pelaku bisnis sering kali melihat insight akun sebelum memilih seseorang mempromosikan produknya. Ada tiga rincian insight akun media sosial yang dipaparkan Maman:
- Accounts reached
- Accounts engaged
- Total followers
"Bagaimana caranya supaya trafiknya tinggi. Itu jadi pikiran mereka terus," pungkas Maman.
Selain memaparkan bahaya sebagai penduduk asli dunia digital, dia juga berpesan bagi para guru jebolan program Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK) agar dapat mewujudkan belajar mengajar yang tidak membahayakan siswa ataupun mereka sendiri.
(nah/pay)