Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria dinyatakan sembuh dari COVID-19. Ia membagikan pengalamannya selama terjangkit virus Corona untuk yang kedua kalinya. Termasuk membeberkan salah satu obat rahasianya untuk sembuh.
Berdasarkan hasil uji analisis genome sequencing yang dilakukan, Arif menyebut, virus yang kali ini menjangkiti dirinya adalah COVID-19 varian delta. Oleh sebab itu, gejala yang dirasakannya lebih berat seperti, hilang penciuman, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala, dan demam.
"Saya merasakan paparan varian delta ini lebih berat dari pada paparan COVID-19 tahun lalu," ungkap Arif Satria melalui keterangan tertulisnya, Kamis (8/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Rektor IPB Kembali Positif COVID-19 |
Meskipun dirasa berat dibandingkan gejala COVID-19 sebelumnya, Arif mengaku, salah satu obat mujarab yang membuatnya sampai pada titik ini adalah semangat dan dorongan untuk sembuh dari orang-orang sekitarnya.
"Suntikan semangat dari para dokter, keluarga, dan sahabat membuat saya lebih bersemangat untuk sembuh. Semangat adalah kata kunci," ujar Arif.
Selain dukungan orang sekitar, pria yang juga meyandang gelar Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB ini selalu mengingat perkataan dari cendekiawan sekaligus dokter kebanggaan Islam, Ibnu Sina. Ia mengatakan bahwa sumber ketenangan adalah separuh obat.
"Saya tetap ingat Ibnu Sina yang mengatakan bahwa ketenangan adalah separuh obat dan kepanikan adalah separuh penyakit," papar Arif.
"Sumber ketenangan utama adalah mengingat Allah SWT membangun prasangka positif atas musibah ini adalah bagian dari cara menemukan ketenangan tersebut. Kekuatan mindset akan makin membantu percepatan penyembuhan," sambung dia.
Selama menderita COVID-19, Arif dikabarkan sempat dirawat selama 10 hari di Rumah Sakit BMC Mayapada Kota Bogor dengan kondisi saturasi stabil 94-99. Oleh sebab itu, Arif berpesan pada masyarakat luas untuk tetap waspada dengan virus varian baru ini.
Sebab, menurut penuturannya, COVID-19 varian delta bisa berhasil lolos dari antibodi pasca vaksinasi, bahkan dari penyintas COVID sebelumnya.
"Semoga kita semua sehat walafiat selalu dan terus semangat menjaga kesehatan kita bersama. Jaga stamina, tingkatkan imun kita, dan terus berdoa," tutup Arif.
Sebelumnya, Arif menginformasikan pada publik bahwa dirinya kembali terinfeksi COVID-19 pada 25 Juni 2021 lalu melalui laman resmi IPB. Ia segera meminta orang-orang yang pernah berkontak langsung dengannya untuk segera memeriksakan diri.
Siapa Ibnu Sina?
Ibnu Sina yang memiliki nama lengkap Abu Ali al-Hussain Ibn Abdullah Ibn Sina lahir di Iran pada tahun 470 hijriyah atau 980 Masehi. Dia wafat pada 527 H atau tahun 1037 Masehi. Dia disebut sebagai dokter pertama yang memperkenalkan eksperimen dan hitungan cermat berbagai jenis penyakit menular berikut dengan cara-cara menjinakkannya. Selain itu, Ibnu Sina-lah yang memperkenalkan teknik karantina sebagai upaya membatasi penularan virus pertama kalinya.
Di bidang kedokteran, Ibnu Sina mendapat gelar The Father of Farmacology (Bapak Farmakologi) dan Al-Syekh al-Rais al-Thibb (Mahaguru Kedokteran). Salah satu karya terbesarnya yang terkenal Al-Qanun fi al- Thibb (The Canon of Medicine) sudah diterjemahkan kedalam 15 bahasa dunia. Selengkapnya tentang profil Ibnu Sina bisa dibaca DI SINI.
(erd/erd)