Mencegah sisa makanan agar tak menjadi sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara. Kali ini Dwi Ishartani, S.T.P., M,Si., Dosen Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memberikan tips bagaimana mengolah beberapa sisa makanan dan apa saja hal yang perlu diperhatikan.
Nasi yang tidak habis atau sisa bisa dimanfaatkan menjadi nasi aking yaitu nasi yang dikeringkan dengan cara dijemur untuk dimasak pada waktu lain. Praktik ini sudah akrab dan banyak ditemukan di masyarakat.
Dwi Ishartani, M.Si menyebut pengolahan tersebut menguntungkan. Nasi menjadi awet karena mampu menghilangkan sebagian kandungan air. Nasi menjadi lebih kaya akan pati resisten dibandingkan nasi biasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pati resisten merupakan serat pangan yang memberi manfaat bagi kesehatan tubuh," ujar Dwi dalam laman UNS, Rabu (30/6/2021).
Selain itu, kulit buah ketika dikupas kulitnya sudah pasti akan timbul sampah makanan dari kulit tersebut. Cara menyiasatinya adalah kulit buah yang memiliki aroma kuat dapat diolah menjadi bahan pembuat sirup.
Sedangkan beberapa kulit buah dan sayur yang tinggi pektin dapat ditambahkan dalam pembuatan selai atau diekstrak pektinnya. Lalu ada kulit wortel yang dapat ditepungkan dan digunakan sebagai campuran dalam pembuatan kue karena masih mengandung beta karoten.
Buah yang terlalu matang tidak jarang nantinya akan dibuang begitu saja karena dirasa kurang enak untuk dimakan. Namun sebenarnya buah yang terlalu matang belum busuk. Dwi Ishartani, M.Si menyarankan buah yang terlalu matang dihancurkan menjadi pure kemudian dibekukan.
Pure merupakan bahan makanan (biasanya buah atau sayuran) yang dilembutkan lebih baik itu dengan menggunakan blender atau ditumbuk manual. Pure ini sewaktu-waktu dapat digunakan sebagai campuran Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI), smoothies, campuran adonan kue dan lain-lain.
Tulang, duri ikan, kulit udang dan kepiting. Ini adalah komponen makanan yang sering tersisa. Pengolahannya dapat dibuat menjadi awetan kaldu secara sederhana di rumah. Cara pengolahannya dengan direbus atau tanpa ditambah bumbu lain lalu disaring. Hasil saringannya dapat dibekukan dalam wadah ukuran kecil sehingga siap digunakan ketika kita membutuhkan.
Tulang dan duri ikan juga bisa diekstrak gelatinnya untuk digunakan sebagai bahan pembuatan es krim, permen jeli, selai, dan sebagainya dengan nilai ekonomi yang tinggi. Duri ikan juga bisa dijadikan sebagai tepung untuk meningkatkan kandungan kalsium pada kukis.
Dan yang terakhir roti atau biskuit yang melempem dan berbau kurang enak. Meski belum berjamur keadaan demikian membuat kita ragu untuk memakannya. Dwi menyarankan agar roti atau biskuit tersebut dikeringkan lalu ditepungkan. Hingga kemudian dapat digunakan sebagai campuran adonan kue atau biskuit juga mentega pada gorengan seperti nugget serta risol mayo.
Bagaimana dengan kandungan gizinya?
Beberapa jenis sisa makanan yang diolah kembali menjadi makanan lain tetap menjadi sumber gizi maupun komponen fungsional. Tapi tidak bisa dipungkiri pengolahan tersebut juga bisa merusak kompinen gizi dan fungsionalnya.
Yang perlu diperhatikan dalam mengolah sisa makanan adalah mengecek terlebih dahulu kondisi bahan. Pastikan bahan tidak busuk atau rusak karena serangan mikroba atau binatang. Karena makanan busuk berpotensi mengandung kuman penyakit.
Sebaiknya bahan-bahan diolah kembali dengan cara dipanaskan. Namun, jika dalam pengolahan lanjutannya memang tidak menggunakan panas, seperti hancuran buah terlalu matang yang dibuat smoothies, maka harus ditangani secara bersih dan higienis. Poin ini tentu juga berlaku untuk semua jenis pengolahan.
Pengolahan sisa makanan ini dapat menunjang ketahanan pangan karena makanan tidak jadi terbuang sia-sia dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Jadi, jangan buang sisa makanan yang masih bagus ya detikers!
(lus/nwy)