Asep yang juga guru besar bidang matematika mengatakan bahwa hoaks adalah sebuah keniscayaan. Sehingga, untuk menurunkan angka kerentanan terhadap hoaks, yang dibutuhkan adalah penelitian multidisipliner dan transdisipliner.
Dalam hal penelitian multidisipliner dan transdisipliner ini, selain dapat menjembatani prediksi penyebaran hoaks, matematika juga dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kerentanan hoaks.
"Mengingat bahwa dampak hoaks yang begitu besar dirasakan, perlu dilakukan upaya edukasi kepada berbagai pihak di masyarakat terutama generasi muda sejak dini tentang bahaya hoaks dalam rangka mengontrol nilai parameter tersebut," ujar Asep dalam diskusi "Satu Jam Berbincang Ilmu: Memprediksi Penyebaran Hoaks dan Pemodelan Matematika", Sabtu (12/6/2021).
Dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa ada parameter yang dapat dikontrol dalam mereduksi jumlah orang yang terpapar hoaks. Selain itu, model penyebaran hoaks juga secara mayoritas dapat dianalogikan dengan model penyebaran virus.
Apabila menggunakan analogi penyebaran virus, masyarakat dapat dikategorikan menjadi sehat, terinfeksi, dan recovered. Pakar MIPA Unpad tersebut selanjutnya menyatakan mengapa hoaks dapat dianalisis dengan pemodelan matematika.
Doktor matematika lulusan Adelaide University, Australia ini berpendapat, "Di dalam matematika ada cabang yang namanya matematika modeling yang didalamnya mengabstraksi permasalahan real menjadi permasalahan matematis. " Walau demikian, Asep juga mengungkapkan bahwa ada berbagai pendekatan yang diperlukan untuk memerangi hoaks.
Pendekatan ilmu yang dimaksud Asep adalah termasuk pendekatan kearifan lokal dalam menumbuhkan karakter yang kuat serta sikap tidak mudah tertipu dan converse gullibility. Di samping sikap tidak mudah tertipu, dibutuhkan juga kemampuan dalam mengecek fakta.
Asep pun menjelaskan sejumlah model yang dapat digunakan untuk menganalisis penyebaran hoaks. Dari sejumlah studi yang dilakukan, Asep menyebut ada peluang untuk mengembangkan model yang paling realistis, terutama di Indonesia.
Salah satu hal yang dapat menjadi perhatian adalah terkait kredibilitas hoaks. "Sekarang sudah banyak hoax detector yang melihat apakah berita ini hoaks atau bukan. Tapi belum ada yang bisa menentukan seberapa besar tingkat kredibilitasnya," ujar pakar matematika Unpad itu.
(pal/pal)