Bantuan pendidikan tinggi KIP Kuliah merupakan salah satu program yang bisa mewujudkan mimpi lulusan sekolah bisa kuliah sampai lulus. Tidak sampai S1 saja, mahasiswa penerima KIP Kuliah pun dapat melanjutkan sekolah pascasarjana dengan beasiswa luar negeri yang disediakan oleh Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi (BPPT).
Melansir situs Pusplapdik, manfaat dari KIP Kuliah tersebut dirasakan oleh perempuan lulusan Universitas Negeri Semarang (Unnes), yakni Raeni yang pada tahun 2014 sempat viral karena wisuda diantar oleh sang ayah menggunakan becak.
Pasca lulus sebagai wisudawan terbaik Unnes dengan IPK 3,96, Raeni melanjutkan S2 ke University of Birmingham Inggris setelah mendapat beasiswa langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerima KIP Kuliah atau saat itu bernama Bidikmisi ini kini bisa melanjutkan pendidikan hingga S3 di University of Birmingham.
Tips Kuliah di Luar Negeri bagi Penerima KIP Kuliah
Raeni mengajak kepada mahasiswa penerima KIP Kuliah atau yang sudah lulus untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana hingga ke kampus luar negeri.
Akan tetapi, sebelum melanjutkan pascasarjana ke luar negeri, Raeni mengatakan untuk melihat orientasi ke depan terlebih dahulu.
"Pastikan dulu, bagaimana orientasi ke depan, tentukan rencana karir ke depan seperti apa, cari tahu apa yang kita butuhkan, identifikasi apa kekuatan dan tantangan atau kendala yang kita punyai dan bagaimana solusinya," ujar Raeni dalam laman Puslapdik dikutip Kamis (23/2/2023).
Dikarenakan standar bahasa yang digunakan untuk menempuh kuliah di luar negeri adalah Bahasa Inggris, Raeni mengingatkan untuk mempersiapkannya.
"Untuk kuliah di luar negeri tentunya wajib menguasai kemampuan berbahasa asing, utamanya Inggris, kalau masih punya kendala, cari solusinya, saat ini banyak cara untuk bisa menguasai bahasa Inggris," ujar Raeni.
Raeni pun menuturkan bahwa program studi dan kampus menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
"Pelajari di website kampus tersebut yang mencantumkan jenis prodi, modul mata kuliahnya konsentrasi ke mana, siapa profesor pengajarnya dan sebagainya dan jangan lupa ranking kampus harus jadi bahan pertimbangan," terang Raeni.
Selain prosedur yang nanti akan ditempuh dan syarat mendapatkan beasiswa dari luar negeri, Raeni menyampaikan bawa kemampuan berpikir kritis dan analitis pun penting untuk dikuasai.
"Menurut saya, itu hal yang utama, taken for granted, sebagai modal dasar untuk sukses belajar di luar negeri," tegasnya.
Selama menempuh pendidikan di luar negeri pun menurut Raeni diperlukan pola pikiropen minded, karena mahasiswa nantinya akan dihadapkan dengan berbagai perbedaan budaya.
"Yang paling penting, menurut saya, kita pelajari budaya dimana kampus berada sembari kita tetap berpijak pada budaya kita sendiri sehingga tidak tergerus, kita harus punya pondasi budaya Indonesia yang kuat, "jelas Raeni.
(nwk/nwk)