Pengen dapat beasiswa S1 luar negeri fully funded? Biar makin semangat, yuk simak tips dari Fawwaz, peraih beasiswa S1 luar negeri ini, yuk!
M. Fawwaz Ghazy Hafizh diterima di jurusan Ilmu Politik di University of Chicago, Amerika Serikat. Sebagai informasi, perguruan tinggi ini masuk dalam Top 10 universitas terbaik versi QS World University Rangkings 2022, lho.
Cara mendapatkan beasiswa luar negeri ala Fawwaz selengkapnya, sebagai berikut:
1. Tentukan minat, tujuan, dan jurusan
Alumnus SMA Pradita Dirgantara, Boyolali, Jawa Tengah angkatan pertama ini menuturkan, ia semula berencana berkuliah di dalam negeri untuk jadi diplomat atau arsitek. Fawwaz yang sejak kecil kerap menonton film dokumenter Perang Dunia II ini lalu tertarik dengan isu-isu perdamaian dan ingin ambil bagian di dalamnya.
Fawwaz mengatakan, ia lalu mencari tahu lebih jauh gelar jurusan apa yang dicari untuk menjadi profesi yang diminatinya di situs resmi Kementerian Luar Negeri RI sejak akhir tahun kedua hingga awal tahun ketiga SMA. Di situs tersebut, ia mendapati program studi (prodi) yang cocok dengan minat dan profesi yang disukainya saat itu di antaranya adalah jurusan hukum dan hubungan internasional.
Dari situ, ia memutuskan untuk mengambil prodi hukum di PTN dalam negeri dan prodi hubungan internasional (HI) di luar negeri. "Di universitas tujuan aku di US, (jurusan) HI masuk dan dipelajari dalam jurusan ilpol (ilmu politik). Jadilah aku daftar ilpol," jelasnya.
2. Tes minat dan bakat
Fawwaz mengatakan, saat mencari beasiswa S1 luar negeri ia juga terbantu mengerucutkan minat dan bakatnya ke depan dengan tes psikologi yang diadakan pihak sekolah di awal tahun ketiga SMA. Jika tes ini tidak diadakan di sekolahmu, kamu bisa mencoba tes minat dan bakat ke Puskesmas yang menyediakan layanan psikolog, atau ke biro psikologi kampus dan biro psikologi independen yang menyelenggarakan tes minat dan bakat.
3. Inspirasi dari role model
Fawwaz mengatakan, ia juga makin yakin dengan pilihan jurusan dan profesinya saat mendengar kisah diplomat Perutusan Tetap RI (PTRI) New York Silvany Austin Pasaribu yang viral. Kisah Silvany sempat diberitakan di media pasca menanggapi Perdana Menteri Vanuatu Bob Loughman tentang penanganan pelanggaran HAM di Papua Barat di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), September 2020 lalu.
4. Pilih kuliah di kampus luar negeri atau PTN?
Untuk memilih kampus tujuan, Fawwaz mengecek peringkat universitas berdasarkan prodi tujuan. Kamu bisa mengecek universitas terbaik dunia secara umum, berdasarkan prodi, berdasarkan lulusan yang paling banyak diterima bekerja, dan berdasarkan indikator lainnya di situs lembaga pemeringkatan seperti QS World University Rankings dan THE World University Rankings.
![]() |
"Jadi aku riset universitasnya pakai ranking dunia, terus lihat prodi yang mau kuambil di universitas itu bagus enggak (kualitasnya). Kampus aku di peringkat 19 (dunia) kalau dilihat dari prodi 19, jadi aku coba pilih. Aku lihat kampus yang enggak terlalu tinggi dan terlalu rendah pemeringkatannya, yang aku yakin bisa coba masukin aplikasi (pendaftaran)," kata Fawwaz.
Ia menambahkan, dirinya juga memilih beberapa kampus di Amerika Serikat dan Singapura lainnya untuk menjadi calon universitas tujuan. Sambil menetapkan kampus tujuan, lanjutnya, ia juga menyesuaikan persyaratan dan eligibilitasnya untuk masuk kampus tersebut. Jika eligible untuk mendaftar, ia mencatat berkas-berkas yang diperlukan, alur dan jadwal, keperluan konten esai, pertanyaan tes dari kampus, tes masuk umum, dan lain-lain.
Fawwaz mengatakan, pilihannya pada kampus luar negeri ini juga dimantapkan dengan izin orang tua. Tri Witanti, ibu Fawwaz menuturkan, ia mengizinkan anak sulung dari tiga bersaudara tersebut merantau kuliah ke luar negeri sebagai dukungan masa depannya.
"Karena dia punya cita-cita dan mimpi yang layak diperjuangkan. Lewat diskusi dengan dia, saya dukung dan doakan, Tetapi saya beritahu dia bahwa saya dan ayahnya tidak mampu membiayai dia untuk kuliah di luar negeri, jadi dia perlu masuk dengan beasiswa," kata ibu Fawwaz.
5. Persiapan akademik
Fawwaz menuturkan, 2 tahun pertama di sekolah berisi pembelajaran tentang materi SMA. Sementara itu, pada tahun ketiga, para siswa difokuskan spesifik pada persiapan masuk perguruan tinggi.
Ia memaparkan, saat proses seleksi di kampus, ia baru mengetahui bahwa nilai akademik hanya mengambil 20% porsi penilaian pendaftaran di kampusnya.
Di sisi lain, ia menuturkan, nilai akademik yang baik tetap amat dibutuhkan dalam seleksi masuk perguruan tinggi luar negeri dan dalam negeri. "(Nilai rapor) pasti kepakai, jadi belajar baik-baik dari tahun pertama SMA," kata Fawwaz.
Alumnus sekolah berasrama ini menjelaskan, dalam mempersiapkan mendapatkan beasiswa S1 luar negeri dirinya berupaya menerapkan manajemen waktu dengan fokus di kelas agar waktu di luar jam kelas hanya digunakan untuk review beberapa materi sebelum masuk kelas pagi harinya.
Dengan begitu, ia juga bisa punya waktu untuk kegiatan non akademik, seperti ikut dan latihan lomba di sore dan malam hari, rapat OSIS dan MPK online malam hari. "Pahami basic concept tiap materi biar lebih paham dan lama ingatnya saat mau latihan soal-soalnya," kata Fawwaz.
Ia bercerita, ketika tidak ingin belajar, ia tetap kumpul dengan teman, baca buku, dan nonton YouTube.
Selanjutnya persiapan non-akademik
Simak Video "Syarat Lengkap Beasiswa Chevening untuk Kuliah S2 di Inggris Raya"
[Gambas:Video 20detik]