Misteri dan Keindahan Danau Satonda, Danau Asin di Tengah Pulau

I Komang Murdana - detikBali
Minggu, 19 Okt 2025 06:30 WIB
Taman Nasional Moyo Satonda, NTB. (Foto: menlhk.go.id)
Dompu -

Secara umum, danau memiliki air tawar. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Danau Satonda di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). Danau ini unik karena airnya asin, meski berada di tengah pulau.

Danau Satonda terletak di Pulau Satonda, yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Tambora. Pemandangannya menakjubkan, dikelilingi hutan tropis yang rimbun dan masih alami. Danau ini memiliki luas sekitar 335 hektar dengan kedalaman mencapai 86 meter.

Air Asin dan Kehidupan di Dalamnya

Keunikan Danau Satonda bukan hanya pada rasa airnya yang asin. Penelitian berjudul Identifikasi Ikan di Danau Satonda, Kabupaten Dompu, Lombok oleh Nurbaitirrahmi dan Syuhriatin (2020) mencatat keberadaan ikan lele, ikan kerapu lumpur, dan ikan kakap di perairan danau ini.

Namun, kadar garam yang tinggi membuat ikan-ikan tersebut sulit tumbuh dengan baik. Kondisi ini memperkuat dugaan bahwa air asin di Danau Satonda berasal dari laut, bukan dari sumber air tawar seperti danau pada umumnya.

Asal Usul Danau Satonda: Antara Ilmu dan Legenda

Secara ilmiah, terbentuknya Danau Satonda diyakini akibat letusan Gunung Purba Satonda puluhan ribu tahun lalu. Letusan itu menciptakan kawah besar yang kemudian terisi air tawar.

Namun, ketika Gunung Tambora meletus pada 1815, gelombang tsunami dahsyat menghantam Pulau Satonda. Dinding kawah retak, dan air laut pun merembes masuk, menjadikan air danau berubah asin hingga kini.

Selain penjelasan ilmiah, masyarakat Dompu juga memiliki kisah legenda yang turun-temurun diyakini sebagai asal mula terbentuknya danau asin ini.

Pulau Satonda di NTB Foto: (Edward Edy/Kab Dompu/Istimewa)

Legenda Raja Tambora dan Tangisan Penyesalan

Menurut cerita rakyat, danau ini terbentuk dari tangisan Raja Tambora yang jatuh cinta kepada seorang perempuan cantik tanpa menyadari bahwa wanita itu adalah ibu kandungnya sendiri.

Setelah cintanya ditolak berkali-kali, sang raja murka. Kemarahannya diyakini memicu letusan Gunung Tambora yang memisahkan Pulau Satonda dari daratan utama. Saat menyadari kesalahannya, Raja Tambora menangis tanpa henti hingga air matanya membentuk Danau Satonda yang asin.

Kisah Putri Dae Mingga

Cerita lain yang juga populer di masyarakat adalah legenda Putri Dae Mingga, putri Raja Sanggar yang terkenal karena kecantikannya. Banyak pangeran dari Tana Samawa yang memperebutkannya, hingga menimbulkan perang berkepanjangan.

Untuk menghentikan kekacauan, sang putri diasingkan ke Pulau Satonda. Dae Mingga menangis sepanjang hari hingga akhirnya menceburkan diri ke danau. Tangisannya dipercaya membuat air Danau Satonda menjadi asin.

Lokasi dan Rute ke Danau Satonda

Danau Satonda berlokasi di Desa Nangamiro, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, NTB. Dari pusat Kota Dompu, perjalanan ke Pelabuhan Nangamiro memakan waktu sekitar 3 jam dengan kendaraan darat.

Dari pelabuhan, perjalanan dilanjutkan dengan perahu motor selama 30-45 menit menuju Pulau Satonda. Sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhi pemandangan laut biru dan panorama Gunung Tambora di kejauhan.

Sesampainya di pulau, wisatawan bisa menikmati ketenangan Danau Satonda dan menjelajahi keindahan bawah laut di sekitarnya yang masih alami.

Tradisi Pohon Harapan di Tepi Danau

Salah satu daya tarik lain dari Danau Satonda adalah Pohon Harapan. Pohon ini tumbuh rindang di tepi danau, dan ranting-rantingnya dipenuhi gantungan batu kecil yang dibungkus kain.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, setiap batu yang digantung mewakili doa atau harapan. Siapa pun yang menggantung batu sambil berdoa dengan tulus diyakini akan dikabulkan. Namun, ada satu syarat: jika harapan terkabul, orang tersebut harus kembali ke Pohon Harapan untuk mengucap terima kasih.

Konon, orang yang menggantung batu tanpa niat baik akan mengalami kesialan. Tradisi ini membuat Pohon Harapan menjadi simbol spiritual sekaligus daya tarik wisata budaya di Pulau Satonda.



Simak Video "Alquran Berusia 500 tahun di Pulau Alor yang Selamat Dari Kebakaran"

(dpw/dpw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork