Agrowisata Kakao Lombok Timur, Turis Asing Bikin Cokelat Tradisional

Sanusi Ardy W - detikBali
Minggu, 12 Okt 2025 21:22 WIB
Foto: Wisatawan mancanegara terlihat antusias belajar memetik buah kakao di Agrowisata, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, NTB. (Dok. Rabiatun Adawiyah/Agrowisata Kebun Kakao)
Lombok Timur -

Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), tak hanya memiliki pantai dan pendakian Gunung Rinjani. Agrowisata kebun kakao di Dusun Lendang Nangka, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, menjadi magnet baru bagi wisatawan.

Tempat ini ramai dikunjungi wisatawan mancanegara yang penasaran dengan proses pengolahan biji kakao secara tradisional. Para turis asing yang datang terlebih dahulu akan diajak untuk mengelilingi kebun kakao dengan luas kurang lebih 2 hektare. Mereka diberikan pengetahuan bagaimana merawat hingga panen buah kakao.

"Kalau mereka (turis) datang, kami bawa dulu ke kebun. Di sana kami jelaskan cara merawat dan memilih buah yang matang untuk dipanen," kata pengelola agrowisata kebun kakao Rabiatun Adawiyah ketika diwawancara detikBali, Minggu (12/10/2025).

Setelah itu, lanjut Adawiyah, para turis kemudian diajarkan mengolah biji kakao menjadi minuman cokelat hangat. Mulai dari penjemuran hingga proses sangrai menggunakan wajan yang terbuat dari tanah liat.

"Semua prosesnya kami jelaskan, mulai dari memilih biji kakao, penjemuran bijinya, hingga proses sangrai menggunakan kekete (wajan dari tanah liat) dengan tungku kayu bakar," jelasnya.

Setelahnya, dilanjutkan penumbukan biji kakao hingga halus menggunakan lesung kayu. Pada tahap ini, membuat para turis menjadi sangat terkesan karena tidak menggunakan mesin.

"Mulai dari proses sangrai dan menumbuk biji kakaonya memang kami di sini tidak menggunakan mesin, hanya menggunakan peralatan seadanya. Tamu kami juga sangat antusias untuk mencoba semua proses itu," ujar Adawiyah.

Dari semua tahapan tersebut, menurut Adawiyah menjadikan kesan tersendiri bagi para wisatawan asing yang berkunjung ke tempatnya. Tidak sedikit dari turis-turis tersebut mengaku baru pertama kali melihat buah kakao.

"Mungkin karena tidak ada pohon kakao di negara mereka, karena selama ini mereka kebanyakan hanya mengkonsumsi olahan makanan dari coklat, sehingga membuat mereka penasaran melihat langsung asal usulnya," ucap Adawiyah.

Rabiatun Adawiyah pengelola agrowisata Kebun Kakao sedang mengolah biji kakao untuk dijadikan minuman coklat, Minggu (12/10/2025). (Sanusi Ardi W/detikBali)

Adawiyah menyebut wisatawan asing yang berkunjung ke agrowisata tersebut didominasi dari Eropa, seperti Prancis, Rusia, Polandia, Belanda, dan Jerman.

"Ada beberapa wisatawan dari Asia, beberapa hari yang lalu dari Jepang. Biasanya para turis-turis tersebut datang ke tempat kami setelah dari Gunung Rinjani atau para tamu yang menginap di Kuta Mandalika. Ada juga mereka kadang datang dari Bali," bebernya.

Diakui agrowisata ini hampir tidak pernah sepi dari pengunjung. Hanya saja, pengelola saat ini masih terkendala bahasa ketika berkomunikasi dengan para turis asing.

"Jujur ya, bahasa Inggris saya masih sangat kurang. Kalau tidak paham, kami pakai Google Translate untuk berkomunikasi dengan tamu, tapi itu tidak pernah dipermasalahkan oleh mereka, yang penting mereka kami temani dan layani dengan baik," tuturnya.

Kendala lainnya yang dialami Adawiyah adalah keterbatasan alat dan pengetahuan untuk mengolah biji kakao menjadi coklat batangan. Sebab, selama ini tamu-tamu tersebut penasaran dengan proses pembuatan coklat batangan dari biji kakao langsung.

"Sementara ini kami hanya bisa menyediakan minuman cokelat hangat bagi mereka. Meskipun begitu mereka tetap senang dan terus ada saja yang berdatangan. Setiap bulan apalagi ketika musim liburan itu, setiap pekan lima hingga puluhan turis datang," pungkasnya.



Simak Video "Video: Membuat Cokelat Tanpa Biji Kakao Bisa Jadi Solusi Ramah Lingkungan"

(nor/nor)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork